Putri profile icon
PlatinumPlatinum

Putri, Indonesia

Kontributor

About Putri

Working mom of 2

My Orders
Posts(143)
Replies(11341)
Articles(0)
undefined profile icon
Write a reply

MASTRITIS BERBAHAYA!! 13th meninggal alm ibu

Bunda bunda, maaf sy mau share story mengenai meninggalnya ibu sy yg terkena kanker payudara karena mastritis. sekiranya berkenan mohon dibaca untuk pelajaran dan minta doanya untuk kebahagiaan alm ibu sy ******* Siang itu adalah siang yang kelam. saya yg duduk di bangku 6 SD tiba tiba disuruh naik becak bersama adik saya 4SD dari sekolah. Tidak tahu kemana, yang saya tahu guru wali saya menangis dan membayar bapak becak sebelum pergi meninggalkan sekolah. saya hanya diam tidak tahu apa apa, ternyata kami di antar ke sebuah RSUD. ketika kami sampai, ayah sudah menunggu di depan pintu sambil tersenyum. tapi sy tahu, matanya bengkak dan merah. sabar sabar, kata ayah. ketika masuk ruangan, sy melihat ibu saya mengamuk sambil menangis. ya, adik sy yang ber usia belum satu tahun meninggal. flashback kemarin, pagi hari adik sy demam tinggi dan ibu membawa ke RSUD untuk di cek, dan diminta rawat inap. sore pulang sekolah jalan kaki kesana, adik kami sudah ceria, bisa ngoceh. sudah tidak panas, bahkan suster membolehkan adik saya besok pagi pulang setelah di cek dokter anak. berdasar cerita ibu saya, subuh suster masuk dan memberikan suntikan. beberapa menit setelah disuntik, adik bayi saya kejang kejang, panas tinggi, kritis, hingga kemudian sekitar pukul 10 siang meninggal. ibu saya mengamuk marah marah "anak saya sudah sehat! mana suster yang nyuntik tadibpagi?! suntikin apa dia kenapa malah kejang kejang?!" kami? menangis. hanya itu yang bisa kami lakukan. ditengah kekacauan itu, ayah pamit cari pinjaman uang, karena perlu hutang menebus adik saya. hanya ibu dan kami bertiga di ruangan, terhening, hanya suara ibu yang masih ter isak. ditengah kekacauan itu, ibu mulai meracau lagi. katanya adik kami kelaparan. memang, adik sy yg sudah hampir setahun itu hanya makan nasi dan tempe. karena memang itulah yg kami makan. bahkan ketika tidak ada makanan adik sy diberi uleg an mie instan. bubur instan? bahkan ga mampu beli meski hanya 2rb perak. kami memiliki beras dan mie hasil pemberian nenek. kami perantau dan kami memiliki banyak musuh karena ayah tukang hutang. ibu sy yg sedih mulai menyalah nyalahkan dirinya yang kami malah makin menangis. sejak saat itu, hidup ibu makin menderita. karena usia adik belum setahun dan memang kebanyakan minum asi, PD ibu sy bengkak. pompa asi? jaman 2006 itu barang mewah yang harganya sgt mahal. ibu sy hanya urut urut PD dengan tangan sambil menampung asi di gelas. beberapa hari berlalu, ibu sy mulai panas. kami bawa ke RS, dikasih obat pulang lagi. ibu agak tidak sadarkan diri. karena tidak sadarkan diri ini, muncul benjolan di samping payudara ibu. ketika ibu mulai sehat, dia mulai memerah lagi susunya. namun benjolan sangat sakit sehingga tidak di pegang pegang. puskesmas lg? tidak ada biaya. kerja serabutan tidak ada asuransi bagi kami. skip skip, sebulan berlalu, benjolan menjadi sangat besar. suatu hari, benjolan tersebut pecah dan mengeluarkan nanah 😭 kami bingung, saya masih kecil. yang bisa saya lakukan hanya membantu semua kerjaan rumah tangga bersama kakak dan adik sambil menangis berdoa mendengar rintihan ibu. lubang nanah itu makin besar makin besar makin besar. hingga ibu tidak lagi menggunakan baju sebelah kanan. sebulan berlalu, akhirnya jaminan kesehatan dr pemerintah jadi. lama sekali, hingga nanah sebesar ini baru jadi. kami segera ke puskesmas. kemudian, ibu sy di vonis kanker payudara dan harus operasi. sebulan kemudian, bekas operasi mulai kering. namun lubang masih menganga mengeluarkan nanah berbau busuk. sudah beberpaa kali hingga dokter tidak bisa membantu tanpa uang. akhirnya ibu kami pulang. tangisan dan teriakan ibu adalah sehari hari kami. ibu tidak lgi bisa ke kamar mandi, badannya sangat sakit dan payudaranya sangatbsakit untuk dibuat bergerak. lagi lagi kami tidak bisa apa apa. hanya sekolah dan cuci baju cuci piring yang bisa kami lakukan 😭 kami bergantian lap badan ibu yg berkeringat berbulan bulan tidak mandi, kami buangkan BAK dan BAB ibu dari plastik.. kami bertiga bergantian izin sekolah untuk menjaga ibu. itu tahun 2006 akhir hingga 2007 tengah, sudah berkali kali operasi (saat ada uang) dan berkali kalo rawat inap. ibu sy sering menangis. infus di kanan, kiri, kaki pun sampai di infus juga saking banyaknya lubang. tapi ibu kuat. setiap melihat kami yg bergantian bolos, ibu malah nostalgia masa bayi kami. suatu sore, ayah mendapat pinjaman. ibu akhirnya bisa dirawat di RS sardjit* di jogja. ketika kami melepas dari RSUD, ibu hanya tersenyum dan berkata "nurut sm ayah ya sayang? kalau sehat mama pulang. jangan nakal. sekolah yang pinter" ayah dan ibu naik ambulans, dan kami pulang ke rumah. selama sebulan tidak ada kabar, tahun segitu, HP sangat mahal. bahkan ayah sy tidak punya HP. sesekali menelpon menggunakan tlep RS. bertanya apakah stok beras dan mie masih ada. jika habis, kadang saudara dr jauh tiba2 membawa mie beras dan sedikit uang untuk kami dirumah. siapa sangka, itu adalah kata terakhir ibu untuk kami. sebulan kemudian, ibu pulang tanpa nyawa.. kami semua menangis dan ber andai andai andai jaminan kesehatan kami punya sejak awal andai adik tidak meninggal karena suntik andai kami mampu segera membawa ke dokter saat penyakitnya belum parah andai kami yg masih SD ini sedikit pintar untuk tahu pertolongan pertama pada penyakit ibu namun, itu semua tidak berarti. penyesalan penyesalan hanyalah beban di hati yg membuat kami makin sedih mengenangnya Hari ini, adalah 13 tahun alm ibu meninggal. semoga kisahnya bisa menginspirasi sy dan ibu ibu lain agar terus bersabar dan bersyukur atas hidup yang diberi Allah aamiinnn ************** sekian. ini adalah kisah nyata keluarga saya pada tahun 2007. untuk ibu di surga, semoga sudah bertemu dengan adik kami dan bahagia di sana. tidak lagi merasa sakit. semoga dosa dosa ibu di ampuni dan Allah bersedia menempatkan ibu di surga atas buah kesabaranmu

Read more
undefined profile icon
Write a reply