Ada gak sih ibu-ibu yang mulai galau saat cuti bersalin habis? Padahal baru saja berjuang dengan proses menyusui, perlekatan, dan semua perintilannya. Rasanya kok ya gimana mau kembali bekerja saat hubungan emosional ibu dan bayi baru saja terjalin beberapa minggu atau bulan. Muncullah kegalauan, apa bisa anakku lulus ASI ekslusif bahkan lulus ASI 2 tahun? Jawabannya tentu saja bisa, ga ada yang ga mungkin di dunia ini asal kita mau belajar dan berusaha. Dan berdoa tentu saja. Sebagai pengalaman, saya adalah working mom, hmm, sebenernya lebih tepatnya StudentMom. Eh tapi ga cocok juga. Saya adalah ResidentMom. Mungkin sebagian ada yang udah tau apa itu residen, jadi residen ini adalah tahapan dokter umum yang mau ambil spesialis. Lamanya bukan seperti S2 yang 2 tahhn kelar, pendidikan ini lamanya 4-5 tahun tergantung jenis spesialisasi dan "keberuntungan" saat menjalani. Residen ini sistemnya langsung praktek ke pasien, kalo bunda-bunda ada yang pernah berobat/berkunjung ke RS pendidikan seperti RSCM di jakarta, RS Sutomo di surabaya, bunda bakal sering nemuin dokter-dokter residen ini. Mereka ada di UGD, di poli, di bangsal perawatan dan lab pemeriksaan penunjang. Kegiatannya full pagi-sore, senin-jumat, ditambah jaga malam dan hari libur sesuai giliran. Jadi kalo lagi kena jaga malam, saya bakal di RS dari jam 6 pagi sampe jam 4 sore besoknya, alias 34 jam ga pulang. Saat bayi saya baru sebulan, cuti saya habis, karena cuti saya lebih banyak di masa hamil. Belum lagi bayi saya ini lahir prematur dan BBLR. Bayi saya alhamdulillah sudah full ASI meski sempat dibantu sufor khusus BBLR 2-3 hari. Sejak saya pulang dari melahirkan, saya bertekad untuk mulai stok ASI perah (ASIP). Karena saya cuma punya waktu ga sampe sebulan untuk stok ASIP sebelum kembali bekerja. Setiap hari per 3-4 jam saya pumping, sementara bayi tetap full dbf. Hasilnya apakah banyak? Tentu saja tidak. Setiap pumping ga lebih dari 50cc. Tapi tak apalah, masih lebih baik dibanding tak ada. Tak lupa saya praktekkan juga PowerPumping tiap subuh. Alhamdulillah pelan tapi pasti hasil pumping meningkat hingga 80-100cc. Selama jam kerja, saya tetap berusaha pumping rutin per 3 jam. Susah? Susah susah gampang. Gimana caranya tetap harus pumping. Kadang di sela laporan jaga sambil nyudut, di sela menunggu pasien, sambil makan, sambil ngerjain tugas, dimanapun itu, yang penting bawa tas asi dan apron kemana-mana. Hasil pumpingnya apakah selalu banyak? Gak kok. Paling banyak 100cc, tapi karena rutin alhamdulillah pas dengan kebutuhan bayi. Saat hari biasa saya bisa bawa pulang 3-4 kantong asi isi 100cc, kalo sedang jaga bisa 8-10 kantong asi. Karena kalo jaga seringkali jadwal pumping molor karena harus mendahulukan pasien gawat di UGD. Alhamdulillah bayi saya tetap full ASI 6 bulan. Dan masih ASI tanpa sufor sampai sekarang (15 bulan). Eh kenapa sih maksa banget ASI? Sampe bela-belain repot bawa-bawa tas asi ke UGD? Ya iyalah,, kan ASI adalah sumber nutrisi bayi terlengkap dan minim alergi buat bayi. Apalagi bayi saya ini lahir prematur, tentu komposisi ASI saya lebih cocok dibanding sufor manapun, karena kandungan ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Bayi prematur membutuhkan ekstra kalori dan ini ada di ASI prematur. Terus sufor haram? Nggak kok, tentu saja boleh. Asal sesuai indikasi dan saran dari Dokter Spesialis Anak yang merawat. #PentingnyaMemgASIhiTAP
Read moreSebenarnya ini bukan anak pertamaku. Ini kehamilan dan kelahiran keduaku. Namun anak pertamaku harus kembali ke sang Pencipta bahkan sebelum aku bisa mendengar suara tangisannya. Aku didiagnosa pre-eklampsia berat saat usia kehamilan menginjak usia 24 minggu. Dan anakku hanya bertahan hingga usia 28 minggu dengan segala gangguan pertumbuhannya. Betapa tidak saat ia lahir, beratnya hanya berkisar setengah kilo. Ia lahir dalam keadaan tak lagi bernyawa. Selang 10 bulan setelah kejadian itu, aku kembali diberi amanah untuk hamil. Kali ini aku bertekad untuk lebih waspada terhadap kondisiku, aku memutuskan mengambil cuti lebih awal. Aku sebenarnya seorang ibu pekerja, namun sedang menjalani tugas belajar sebagai seorang residen di salah satu universitas. Residen yang kumaksud adalah nama lain dari mahasiswa ppds, pendidikan lanjutan bagi dokter untuk mengambil gelar spesialis. Sekedar untuk wawasan, residensi ini berbasis praktik langsung di rumah sakit namun tetap dengan tugas-tugas layaknya mahasiswa, seperti membuat laporan, makalah, dan sebagainya. Alhasil aku memutuskan untuk Stop Out 1 semester, lebih awal, saat usia kehamilanku baru mencapai 12 minggu. Sebetulnya aku sudah siap dengan risiko kembali terkena preeklampsia. Dan ternyata benar, di usia kehamilan 31 minggu, aku kembali didiagnosa preeklampsia, masih ringan saat itu. Aku diberi tenggat sampai usia 37 minggu untuk melahirkan. Aku istirahat, konsumsi obat, mengurangi garam, dan makan banyak karbohidrat. Ternyata, di usia 34 minggu tekanan darahku naik tidak terkendali, mencapai 200/100 mmhg kalau aku tidak salah ingat. Dan hari itu juga aku melahirkan secara sesar. Bayiku lahir prematur, 34-35 minggu, dengan berat 2090gr, kecil tentu saja. BBLR istilah medisnya. Karena sempat sesak napas karena paru-paru belum matang, bayiku sempat dirawat di NICU selama beberapa hari. Muncullah drama baru, 24 jam ASI belum keluar juga. Saat itu bayiku masih puasa, semua kebutuhan cairan (dan gula) didapat dari infus. Keesokannya ku coba pumping, setetes dua tetes, paling banyak 5cc. Sementara bayiku mulai kelaparan, mulai menguning. Kebutuhan minumnya sudah tak sesuai dengan hasil pumpingku. Dan akhirnya dokter anak pun terpaksa memberi tambahan susu formula, susu formula khusus bayi berat badan rendah. Sedih. Tentu saja. Padahal aku sudah berniat ASI ekslusif. Namun apa boleh buat, aku sudah berusaha, hasil pumping masih tak lebih dari 5 cc per 3 jamnya. Dua hari kemudian kami diperbolehkan pulang, sambil menunggu pulang, aku kembali belajar menyusui. Aku dan bayiku sama-sama belajar. Aku belajar perlekatan, dia belajar menghisap. Dan alhamdulillah berhasil. Anakku juga langsung lepas susu formula hari itu juga. Satu bulan, dua bulan, tiga bulan. Di usia 3 bulan, berat badannya sudah mencapai 5kg, sudah tidak terlalu nampak bahwa dia lahir prematur dan berat badan rendah. Dan di usia 1 bulan aku kembali masuk residensi. Selama residensi aku pumping rutin tiap 3-4 jam. Kadang aku hampir tak peduli sedang ada dimana. Yang penting aku bawa tas asi dan apron kemana-mana. Saat ini anakku sudah 15 bulan, masih ASI dan tanpa susu formula. Pumping? Tentu saja. Selain untuk stok ASIP, juga agar produksi ASI tetap terjaga. Tumbuh kembang anakku juga sesuai usianya, sesuai target capaian rentang usianya. Aku bukan tipe yang memaksakan diri untuk memberi asi, atau tipe yang anti dengan susu formula. Namun apabila kita bisa mengASIhi, tentu itu lebih baik. Hanya saja mengASIhi butuh ilmu juga proses belajar. Saat diniatkan untuk bisa memberi yang terbaik, maka segala cara akan dilakukan. Meski itu dengan banyak pengorbanan waktu, pikiran, dan tenaga. MengASIhi butuh niat, tekad, dan nekad. Mari upayakan ASI untuk generASI yang lebih baik. #PentingnyaMengASIhiTAP Foto 1: usia 5 hari (2 kg) Foto 2: usia 2,5 bulan (kisaran 5 kg)
Read moreBaby A udah 13 bulan, tapi kalo bobok tetep mesti ada yang nemenin di sampingnya. Padahal emaknya ini cuma mau ngerjain ilmiah (tugas kuliah) di lantai tapi kamar yang sama dan doi bobok di ranjang. Baru 10 menit buka laptop, connect wifi, belum juga sempat ngetik, eh dah bangun aja doi... Bangun terus rewel nyari emaknya, padahal ada bapaknya di sebelahnya.... Nak,, nanti bunda ga tamat-tamat loh sekolahnya kalo kamu ga bisa ditinggal😒 Ada yang bisa kasih saran gimana biar anak bisa ditinggal pas lagi bobok? #baladaemakppds
Read moresemua ada indikasinya, semua ada aturannya
Kalo bahas working mom vs full time mom, mungkin ini sebenernya balik ke kondisi masing-masing, ada hal hal yang bersifat pribadi yang mendorong kita memilih mau jadi working mom atau full mom Saya working mom, lebih tepatnya mahasiswa s2 tubel mom, tapi mahasiswa nya bukan macam yang cuma datang kuliah lalu bikin penelitian, saya mahasiswa yang bayaran tiap semester tapi masih kerja di RS itu (tanpa bayaran pastinya, lah saya sekolah kok judulnya) Saya sudah terlanjur nyambung sekolah sebelum hamil,, dan apa yang udah dimulai harus diselesaikan, tapi sekolahnya lama bun,, minimal 4 tahun baru lulus ? Singkat cerita saya jadi working mom yang harus bagi waktu gimana caranya anak dan sekolah keurus... Begitu juga dengan working mom lain, pasti ada alasan kenapa harus tetap kerja, iya kan mom? Yang penting anak tetap keurus... Ada yang bilang masak ngurusin orang bisa, ngurusin anak malah nitip ke orang lain Contoh di profesi saya, kalo semua orang mikirnya gitu, ga akan ada dokter spesialis yang perempuan, padahal banyak perempuan nyamannya berobat ke perempuan juga kan? Lalu gimana dengan lahiran normal (per vaginam) dan Seksio sesarian? Harusnya stop pemikiran pro dan kontra, sebab mau normal atau SC tentu ada indikasinya, Misal ibu sehat bayi cukup bulan, ketuban cukup, bayi juga berat badan cukup dan sehat, tentu selagi masih bisa normal pasti akan diusahakan normal,, lah dari pemulihan lebih cepat normal kok,, Terus kalo ternyata ada penyulit? Ya sudah... Serahkan sama dokter SpOG, jika memang sulit dilahirkan pervaginam (meski sudah dengan bantuan induksi) dan akhirnya disarankan seksio sesaria, bearti itulah jalan terbaik.. Jadi ga ada tuh normal vs sc ? Terus satu lagi ASI vs sufor? Sufor itu tujuannya apa? Untuk membantu ibu ibu yang ga bisa ngasih ASI Faktor apa aja yang ga bisa ngasih ASI? Bisa jadi ibu ada penyakit menular yang khawatir akan tertular dari asi, ibu ada konsumsi obat2 tertentu (yang bisa larut dalam asi) yang efeknya ga bagus buat bayi, atau anaknya beneran alergi asi.. Tentu sah sah saja dikasih sufor,, asal,,,asal udah konsultasi ke DSA, ga serta merta asi saya dikit terus inisiatif beli sufor sendiri di minimarket... Ya udah sekali kena sufor, susah mau full asi lagi,, Artinya, jika ada indikasi ya gapapa,, jangan juga maksa anakku mesti asi aja,, padahal anaknya ada gangguan enzim misalnya (ini kasusnya jarang tapi yah) Ini saya selipkan link IDAI buat nambah2 wawasan http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pemberian-susu-formula-pada-bayi-baru-lahir Terimakasih..
Read morePerkembangan Anakku Normal atau Nggak?
Assalamualaikum Dah lama ga nulis di sini Aku perhatiin banyak juga yang nanyain di beranda, anakku umur 3 bulan belum bisa tengkurap, normal ga? Anakku umur 1 tahun belum bisa jalan normal ga? Jadi kalo di kedokteran, ada yang namanya skrining perkembangan anak, kalo di klinik biasanya pake Denver II, tapi ini lumayan ribet dan harus sudah paham cara plot nya Ada yang namanya Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) mulai dari usia 3 bulan - 24 bulan, Jadi misal usia anak 3-5 bulan pakenya tabel 3 bulan, 6-8 bulan pakenya tabel 6 bulan, dst Nah, kalo ada ada 1 jawaban tidak di tabel, bunds bisa stimulasi bayinya 2 minggu, terus nilai lagi, kalo masih ada jawaban tidak sebaiknya konsul ke dokter spesialis anak biar dinilai apakah memang ada keterlambatan atau tidak, jadi bisa diterapi lebih awal, Kalo jawaban tidak udah 2 ke atas sebaiknya langsung konsul ke dokter spesialis anak,, Di album aku bakal share tabel-tabelnya, smoga membantu https://drive.google.com/folderview?id=18u5GxDB0LlTIDMtzqpWxwuoouz8LIRDr Kalo butuh boleh donlod d link itu ya ☝️
Read more