mrs. hikari profile icon
PlatinumPlatinum

mrs. hikari, Indonesia

Kontributor

About mrs. hikari

neurolog/ preemie baby's mom

My Orders
Posts(16)
Replies(1466)
Articles(0)

Masalah pekerjaan rumah dan pengasuhan anak

Banyak banget bu ibu di sini yang pada komplain suamiku begini, suamiku begitu Pulang kerja langsung molor, kalo libur main game, padahal si istri keteteran bersih bersih rumah dan urus anak, terus ga sempet skincare-an (atau ga dimodali) dan jadilah kesannya si istri bulukan Belum lagi yang tinggal sama mertua, si suami seolah ga ada membela istri Naaaah.. saran buat dek adek yang belum nikah (ga tau deh ada ga di aplikasi ini), atau buat bunda sekalian yang punya saudara belum menikah, buatlah kesepakatan sebelum menikah, Nanti akan tinggal dimana, nanti pengeluaran/gaji akan dialokasikan kemana, apakah ada tanggungan keluarga (biaya adik sekolah/kuliah misalnya) Terus siapa yg beres-beres rumah, apakah mau ikut bersama-sama, atau mau pake ART. Kalo punya anak apakah mah bersama2 mengasuh, atau apakah mau mengeluarkan biaya untuk baby sitter. Belum lagi kebiasaan lainnya, yang mungkin ga bisa ditolerir. Misal main nongkrong sama temen sampe malam, apakah bisa dikurangin setelah nikah. Jangan sampe hanya terbuai kata-kata manis "Aku mencintaimu setengah mati" aja terus ga mikir apa-apa lagi Menikah bukanlah akhir, menikah adalah awal kehidupan baru. Kalo aku terus terang pas masih pacaran, aku sudah kasihtau semua unek-unekku. Kalo urus rumah dan anak nanti tetep bareng-bareng. Kamu harus bisa juga mandii gantii popok anak. Kalo gak ya ga usah dek nikah sama aku. Hehehehehhe Makasih buat yg baca Buat yg masih berjuang menaklukkan hati suami semoga diberi kemudahan. Aamiin

Read more
undefined profile icon
Write a reply

Working Mom dan ASI Ekslusif

Ada gak sih ibu-ibu yang mulai galau saat cuti bersalin habis? Padahal baru saja berjuang dengan proses menyusui, perlekatan, dan semua perintilannya. Rasanya kok ya gimana mau kembali bekerja saat hubungan emosional ibu dan bayi baru saja terjalin beberapa minggu atau bulan. Muncullah kegalauan, apa bisa anakku lulus ASI ekslusif bahkan lulus ASI 2 tahun? Jawabannya tentu saja bisa, ga ada yang ga mungkin di dunia ini asal kita mau belajar dan berusaha. Dan berdoa tentu saja. Sebagai pengalaman, saya adalah working mom, hmm, sebenernya lebih tepatnya StudentMom. Eh tapi ga cocok juga. Saya adalah ResidentMom. Mungkin sebagian ada yang udah tau apa itu residen, jadi residen ini adalah tahapan dokter umum yang mau ambil spesialis. Lamanya bukan seperti S2 yang 2 tahhn kelar, pendidikan ini lamanya 4-5 tahun tergantung jenis spesialisasi dan "keberuntungan" saat menjalani. Residen ini sistemnya langsung praktek ke pasien, kalo bunda-bunda ada yang pernah berobat/berkunjung ke RS pendidikan seperti RSCM di jakarta, RS Sutomo di surabaya, bunda bakal sering nemuin dokter-dokter residen ini. Mereka ada di UGD, di poli, di bangsal perawatan dan lab pemeriksaan penunjang. Kegiatannya full pagi-sore, senin-jumat, ditambah jaga malam dan hari libur sesuai giliran. Jadi kalo lagi kena jaga malam, saya bakal di RS dari jam 6 pagi sampe jam 4 sore besoknya, alias 34 jam ga pulang. Saat bayi saya baru sebulan, cuti saya habis, karena cuti saya lebih banyak di masa hamil. Belum lagi bayi saya ini lahir prematur dan BBLR. Bayi saya alhamdulillah sudah full ASI meski sempat dibantu sufor khusus BBLR 2-3 hari. Sejak saya pulang dari melahirkan, saya bertekad untuk mulai stok ASI perah (ASIP). Karena saya cuma punya waktu ga sampe sebulan untuk stok ASIP sebelum kembali bekerja. Setiap hari per 3-4 jam saya pumping, sementara bayi tetap full dbf. Hasilnya apakah banyak? Tentu saja tidak. Setiap pumping ga lebih dari 50cc. Tapi tak apalah, masih lebih baik dibanding tak ada. Tak lupa saya praktekkan juga PowerPumping tiap subuh. Alhamdulillah pelan tapi pasti hasil pumping meningkat hingga 80-100cc. Selama jam kerja, saya tetap berusaha pumping rutin per 3 jam. Susah? Susah susah gampang. Gimana caranya tetap harus pumping. Kadang di sela laporan jaga sambil nyudut, di sela menunggu pasien, sambil makan, sambil ngerjain tugas, dimanapun itu, yang penting bawa tas asi dan apron kemana-mana. Hasil pumpingnya apakah selalu banyak? Gak kok. Paling banyak 100cc, tapi karena rutin alhamdulillah pas dengan kebutuhan bayi. Saat hari biasa saya bisa bawa pulang 3-4 kantong asi isi 100cc, kalo sedang jaga bisa 8-10 kantong asi. Karena kalo jaga seringkali jadwal pumping molor karena harus mendahulukan pasien gawat di UGD. Alhamdulillah bayi saya tetap full ASI 6 bulan. Dan masih ASI tanpa sufor sampai sekarang (15 bulan). Eh kenapa sih maksa banget ASI? Sampe bela-belain repot bawa-bawa tas asi ke UGD? Ya iyalah,, kan ASI adalah sumber nutrisi bayi terlengkap dan minim alergi buat bayi. Apalagi bayi saya ini lahir prematur, tentu komposisi ASI saya lebih cocok dibanding sufor manapun, karena kandungan ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Bayi prematur membutuhkan ekstra kalori dan ini ada di ASI prematur. Terus sufor haram? Nggak kok, tentu saja boleh. Asal sesuai indikasi dan saran dari Dokter Spesialis Anak yang merawat. #PentingnyaMemgASIhiTAP

Read more
Working Mom dan ASI Ekslusif
undefined profile icon
Write a reply

Tentang Prematuritas dan ASI

Sebenarnya ini bukan anak pertamaku. Ini kehamilan dan kelahiran keduaku. Namun anak pertamaku harus kembali ke sang Pencipta bahkan sebelum aku bisa mendengar suara tangisannya. Aku didiagnosa pre-eklampsia berat saat usia kehamilan menginjak usia 24 minggu. Dan anakku hanya bertahan hingga usia 28 minggu dengan segala gangguan pertumbuhannya. Betapa tidak saat ia lahir, beratnya hanya berkisar setengah kilo. Ia lahir dalam keadaan tak lagi bernyawa. Selang 10 bulan setelah kejadian itu, aku kembali diberi amanah untuk hamil. Kali ini aku bertekad untuk lebih waspada terhadap kondisiku, aku memutuskan mengambil cuti lebih awal. Aku sebenarnya seorang ibu pekerja, namun sedang menjalani tugas belajar sebagai seorang residen di salah satu universitas. Residen yang kumaksud adalah nama lain dari mahasiswa ppds, pendidikan lanjutan bagi dokter untuk mengambil gelar spesialis. Sekedar untuk wawasan, residensi ini berbasis praktik langsung di rumah sakit namun tetap dengan tugas-tugas layaknya mahasiswa, seperti membuat laporan, makalah, dan sebagainya. Alhasil aku memutuskan untuk Stop Out 1 semester, lebih awal, saat usia kehamilanku baru mencapai 12 minggu. Sebetulnya aku sudah siap dengan risiko kembali terkena preeklampsia. Dan ternyata benar, di usia kehamilan 31 minggu, aku kembali didiagnosa preeklampsia, masih ringan saat itu. Aku diberi tenggat sampai usia 37 minggu untuk melahirkan. Aku istirahat, konsumsi obat, mengurangi garam, dan makan banyak karbohidrat. Ternyata, di usia 34 minggu tekanan darahku naik tidak terkendali, mencapai 200/100 mmhg kalau aku tidak salah ingat. Dan hari itu juga aku melahirkan secara sesar. Bayiku lahir prematur, 34-35 minggu, dengan berat 2090gr, kecil tentu saja. BBLR istilah medisnya. Karena sempat sesak napas karena paru-paru belum matang, bayiku sempat dirawat di NICU selama beberapa hari. Muncullah drama baru, 24 jam ASI belum keluar juga. Saat itu bayiku masih puasa, semua kebutuhan cairan (dan gula) didapat dari infus. Keesokannya ku coba pumping, setetes dua tetes, paling banyak 5cc. Sementara bayiku mulai kelaparan, mulai menguning. Kebutuhan minumnya sudah tak sesuai dengan hasil pumpingku. Dan akhirnya dokter anak pun terpaksa memberi tambahan susu formula, susu formula khusus bayi berat badan rendah. Sedih. Tentu saja. Padahal aku sudah berniat ASI ekslusif. Namun apa boleh buat, aku sudah berusaha, hasil pumping masih tak lebih dari 5 cc per 3 jamnya. Dua hari kemudian kami diperbolehkan pulang, sambil menunggu pulang, aku kembali belajar menyusui. Aku dan bayiku sama-sama belajar. Aku belajar perlekatan, dia belajar menghisap. Dan alhamdulillah berhasil. Anakku juga langsung lepas susu formula hari itu juga. Satu bulan, dua bulan, tiga bulan. Di usia 3 bulan, berat badannya sudah mencapai 5kg, sudah tidak terlalu nampak bahwa dia lahir prematur dan berat badan rendah. Dan di usia 1 bulan aku kembali masuk residensi. Selama residensi aku pumping rutin tiap 3-4 jam. Kadang aku hampir tak peduli sedang ada dimana. Yang penting aku bawa tas asi dan apron kemana-mana. Saat ini anakku sudah 15 bulan, masih ASI dan tanpa susu formula. Pumping? Tentu saja. Selain untuk stok ASIP, juga agar produksi ASI tetap terjaga. Tumbuh kembang anakku juga sesuai usianya, sesuai target capaian rentang usianya. Aku bukan tipe yang memaksakan diri untuk memberi asi, atau tipe yang anti dengan susu formula. Namun apabila kita bisa mengASIhi, tentu itu lebih baik. Hanya saja mengASIhi butuh ilmu juga proses belajar. Saat diniatkan untuk bisa memberi yang terbaik, maka segala cara akan dilakukan. Meski itu dengan banyak pengorbanan waktu, pikiran, dan tenaga. MengASIhi butuh niat, tekad, dan nekad. Mari upayakan ASI untuk generASI yang lebih baik. #PentingnyaMengASIhiTAP Foto 1: usia 5 hari (2 kg) Foto 2: usia 2,5 bulan (kisaran 5 kg)

Read more
Tentang Prematuritas dan ASI
undefined profile icon
Write a reply

semua ada indikasinya, semua ada aturannya

Kalo bahas working mom vs full time mom, mungkin ini sebenernya balik ke kondisi masing-masing, ada hal hal yang bersifat pribadi yang mendorong kita memilih mau jadi working mom atau full mom Saya working mom, lebih tepatnya mahasiswa s2 tubel mom, tapi mahasiswa nya bukan macam yang cuma datang kuliah lalu bikin penelitian, saya mahasiswa yang bayaran tiap semester tapi masih kerja di RS itu (tanpa bayaran pastinya, lah saya sekolah kok judulnya) Saya sudah terlanjur nyambung sekolah sebelum hamil,, dan apa yang udah dimulai harus diselesaikan, tapi sekolahnya lama bun,, minimal 4 tahun baru lulus ? Singkat cerita saya jadi working mom yang harus bagi waktu gimana caranya anak dan sekolah keurus... Begitu juga dengan working mom lain, pasti ada alasan kenapa harus tetap kerja, iya kan mom? Yang penting anak tetap keurus... Ada yang bilang masak ngurusin orang bisa, ngurusin anak malah nitip ke orang lain Contoh di profesi saya, kalo semua orang mikirnya gitu, ga akan ada dokter spesialis yang perempuan, padahal banyak perempuan nyamannya berobat ke perempuan juga kan? Lalu gimana dengan lahiran normal (per vaginam) dan Seksio sesarian? Harusnya stop pemikiran pro dan kontra, sebab mau normal atau SC tentu ada indikasinya, Misal ibu sehat bayi cukup bulan, ketuban cukup, bayi juga berat badan cukup dan sehat, tentu selagi masih bisa normal pasti akan diusahakan normal,, lah dari pemulihan lebih cepat normal kok,, Terus kalo ternyata ada penyulit? Ya sudah... Serahkan sama dokter SpOG, jika memang sulit dilahirkan pervaginam (meski sudah dengan bantuan induksi) dan akhirnya disarankan seksio sesaria, bearti itulah jalan terbaik.. Jadi ga ada tuh normal vs sc ? Terus satu lagi ASI vs sufor? Sufor itu tujuannya apa? Untuk membantu ibu ibu yang ga bisa ngasih ASI Faktor apa aja yang ga bisa ngasih ASI? Bisa jadi ibu ada penyakit menular yang khawatir akan tertular dari asi, ibu ada konsumsi obat2 tertentu (yang bisa larut dalam asi) yang efeknya ga bagus buat bayi, atau anaknya beneran alergi asi.. Tentu sah sah saja dikasih sufor,, asal,,,asal udah konsultasi ke DSA, ga serta merta asi saya dikit terus inisiatif beli sufor sendiri di minimarket... Ya udah sekali kena sufor, susah mau full asi lagi,, Artinya, jika ada indikasi ya gapapa,, jangan juga maksa anakku mesti asi aja,, padahal anaknya ada gangguan enzim misalnya (ini kasusnya jarang tapi yah) Ini saya selipkan link IDAI buat nambah2 wawasan http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pemberian-susu-formula-pada-bayi-baru-lahir Terimakasih..

Read more
semua ada indikasinya, semua ada aturannya
undefined profile icon
Write a reply

MP ASI bayi

Baby A memulai MP ASI mengikuti usia kronologisnya, saat ulang bulan ke6, walaupun memang untuk kasus bayi prematur terkadang jadwal pemberian MPASI bisa molor karena ada beberapa persyaratan yang belum dipenuhi Saat usia baby A 6 bulan dia bisa duduk dibantu, tapi memang masih harus ditambah kain lagi kalo mau duduk di baby chairnya, krn tingginya masih belum pas (wkwkwkwkw) Menu MP ASI nya tentu langsung menu WHO sih, mencakup karbohidrat, protein, sayur/buah, dan lemak. Saya mah ga terlalu ribet sama menunya Tinggal cemplung-cemplung aja sekalian masak buburnya di slow cooker (biar praktis gitu), eits.. kebetulan slow cookernya kado dari temen2, hehehehe Menu awal dulu saya seling-seling, tapi paling sering sih karbonya beras putih (yang ada di rumah aja mom?), kadang pake kentang Terus lauknya antara ayam, daging sapi, hati ayam, ikan (pake fillet salmon) krn masih pengenalan pakenya dikit, jadi ga gitu mahal, hehehehe, pernah juga pake udang dan ikan patin Sayurnya paling sering sih tomat sama wortel, krn menurutku ini sayur stoknya bisa tahan lama di kulkas Terus lemaknya pake butter dan keju belcube yang mini mini itu Tambah duo bawang dan kaldu non msg Masak aja sampe jadi bubur (3 jam) terus saring deh pake saringan kawat,... Kenapa saya ga nyebut protein nabati? Krn setau saya protein itu yang utama ya protein hewani, karena asam amino yang dibutuhkan tubuh utamanya didapatkan dari protein hewani, Kadang saya tambahkan protein nabati juga macam tahu atau taoge tapi ga rutin, Baby A tipe yang mudah bosen, lauknya mesti beda tiap hari, Dan jangan dikira setiap makan pasti habis,, Malah jarang banget bisa habis.... Saya kalo dia habis 3/4 porsi aja udah senang banget,... Masuk usia 8 bulan, udah mulai tumbuh gigi, Tekstur makan mulai dinaikkan, yang tadinya lembut banget mulai agak kasar tapi masih gampang ditelen, Menunya? Masih sama aja Cuma di usia ini saya udah berani kasih garam (seiprit aja kok...),garam itu boleh tapi memang kadarnya sedikit aja,, Makannya juga udah mulai saya masakin macam stup roti, sup krim ayam jamur, tentu dengan tekstur yang disesuaikan Eits.. tentu dengan segala dramanya.... Sekarang baby A udah masuk 10 bulan, Makannya udah dipisah2 (sejak 9 bulan kmrn sih) Jadi skrg masaknya nasi lembek + lauk + sayur Lauknya juga kadang udah ngikutin lauk keluarga, kadang masih saya masak khusus buat dia, Oiya gimana sama bubur mpasi instan? Boleh2 aja kok moms... Asal sesuai takaran nyeduhnya, jangan keenceran, bubur instan (terfortifikasi) malah udah ada jelas takaran gizinya,, asal udah lulus uji BPOM yah Baby A juga suka saya seling bubur instan biar ga bosen Favorit doi Yu**y B*tes cereal keju sama C*re**c bananalicous... Demikian sekilas cerita saya....???

Read more
undefined profile icon
Write a reply