Z profile icon
PlatinumPlatinum

Z, Indonesia

Kontributor

About Z

Mom

My Orders
Posts(17)
Replies(176)
Articles(0)

Kumpulan Perjodohan?

Terduduk aku di sebuah meja makan panjang bernuansa vintage. Beberapa orang ikut duduk namun tak cukup jauh ku kenal. Ada wanita juga pria. Yang aneh, tak terhidang satupun makanan atau minuman. Kita hanya berkumpul seolah mengadakan sesuatu yang penting. Wanita yang ada disamping kiriku bertanya sambil mengarah ke 2 lelaki yang duduk didepanku, yang kiri si putih poni, kanan si sawo matang. "Hei, kamu suka lelaki yang mana?" "Ahh yang itu", jawabku dengan asal sembari menunjuk ke kiri arah pria si putih poni. Entah kenapa pertanyaan itu terasa wajib dijawab, ataukah perkumpulan ini memang untuk itu? Yang pasti, satu yang kita semua tahu dan sangat kentara terlihat, bahwa lelaki tinggi, tampan yang di sebut si sawo matang, ia menyukai wanita yang sudah berpasangan. Tepatnya pasangan itu duduk disebelahku. Perkumpulan itu berakhir dengan sangat tak jelas, dan kita berpindah tempat ke suatu ruangan untuk bersantai dan hanya melihat-lihat. Satu hal yang sudah terjadi, dan aku melewati kejadian itu. Pria sawo matang menyerah mengejar cintanya, karena pasangan tadi ternyata akan segera menikah. Namun seakan tak merasa patah hati, dia begitu tenang dan bersikap biasa saja. Semua orang disana termasuk aku lanjut bebenah rumah, si sawo matang banyak membantu pekerjaanku, ia cukup baik ternyata. Sedikit menjadi lebih dekat. Ia sempat sedikit menyinggung si poni yang ku sukai. Aku hanya tersenyum, seakan tak yakin dengan rasa suka itu. Seusai bebenah, aku berbaring melepas lelah. Namun seketika aku kaget, si sawo matang menghampiriku, ia memelukku. Aku mendadak patung, tak berkutik. Ada dua hal yang mengganjal, rasa nyaman dan rasa bersalah. Berusaha ku lepas pelukannya, ia pun mengerti. Yang aku tak mengerti, seorang lelaki memanggilku keluar. Ia berteriak cukup kencang, "ayo pergi! Kamu sudah jadi pasanganku!" "itu si poni sama temannya, aku takut", ucapku dalam hati Aku menemuinya, hanya saja aku terdiam didepan pintu, tak berani untuk melangkah, mencoba memahami situasi dan hati. Tapi pada akhirnya, "ah aku harus masuk ke dalam dulu, ada yang ketinggalan!" "iya cepat", sahut si poni. Aku tahu aku cuma beralasan untuk menghindar, berlari memasuki ruangan bersantai tadi. Disana ada si sawo matang, dan teman wanitaku. Aku hanya berdiri dibalik pintu, dipeluk rasa takut dengan perasaan sendiri. Teman wanitaku tahu, ada yang berbeda dari aku dan si sawo matang. "sudah, kalian bersama saja", tegasnya. Aku dan sawo matang saling menatap, dia berjalan ke arahku. Semakin mendekat, sungguh tak ku sangka dia berusaha menenangkanku, memelukku. Tanganku bergetar, aku sangat bingung juga takut. "coba rasakan! jantungku berdetak kencang! Aku takut banget!" "aku tahu", balasnya. Setelah cukup tenang, aku memutuskan untuk memperjelas semuanya. Aku pergi keluar menemui si poni, "maaf! Aku gak bisa ikut kamu!" Raut wajah si poni berubah, seperti kecewa dan ingin marah, aku mulai kasian padanya, mungkin bicaraku salah? "aku suka kamu, sekedar suka, bukan berarti mau jadi pasangan, suka sebagai teman biasa!", teriakku lagi lebih lantang. Si poni pergi bersama temannya dengan menggerutu, tak bisa ku dengar jelas. Aku hanya menjadi lebih lega. Saking leganya aku langsung pergi menghadap si sawo matang, lalu ku peluk ia. Menoleh ke arah samping, aku dan temanku berbalas senyum, menandakan apa yang ku lakukan sudah tepat. Entahlah, rasanya sangat bahagia, seakan menemukan pasangan yang super cocok. Rasa ingin meledak jika terus kurasakan bahagianya. Mataku yang rapat terbuka perlahan, cahaya dibalik jendela cukup menyilaukan pandangan. Sudut mataku menangkap seseorang di sudut ranjang, "ahh anakku masih tidur, ahh mimpi apa barusan? Kerasa nyata banget, apalagi pas meluknya! Mantap ya mimpinya ampe kelar, ga gantung, tumben!", gumamku dalam hati sambil tersenyum-senyum sendiri mengingat dengan keras rangakaian mimpi itu. Hahahaha #mimpi

Read more
 profile icon
Write a reply

Cerai/Bertahan, Dampak Mental Anak Tetap Ada

Siapa sih yang gak ingin punya keluarga harmonis, rukun, bahagia dengan kelengkapan istri, suami dan anak? Realitanya rumah tangga itu tak semulus handphone yang baru dibeli. Sedikitnya cekcok itu pasti ada, tergantung soal tolerir atau enggak. Besar kecil masalah juga tergantung sudut pandangnya, juga dampaknya. Perceraian itu dampak! Akibat! Dari apa? Dari tak tolerirnya masalah kan? Katanya perceraian bukan solusi. Benar? Bisa iya bisa tidak. Lagi-lagi tergantung! Kenapa? Karena perceraian itu juga masalah, masalah baru untuk pasangan, keluarga. Karena untuk cerai butuh pertimbangan matang. Kalau handphone ada virus, ada yang buang virusnya, ada yang jual handphonenya. Lihat keparahan rusaknya isi hp! Bersyukur dan beruntunglah yang nampak cacat, retak diluar namun dalamnya utuh tanpa kerusakan satupun. Tampilan luar siapa peduli! Don't judge hengpon by the cover. Sayangnya hp tuh gak bisa beranak meski ada fasilitas download. Hahaha Cerai itu gak mudah kayak jual handphone. Tapi kalau diusahakan pasti bisa. Gak mulus juga. Banyak mediasi. Kadang mikir, rumah tangga ga mulus, cerai masih saja ga mulus. Emang lah yang mulus mah cuman pantat bayi. Tiada tanding. Out of topic banget aku tuh! Bertele-tele! Ya intinya cerai itu keputusan yang berat apalagi ada anak yang butuh keutuhan keluarga, kasih sayang dan perhatian dari keduanya. "Jangan cerai! Kasian anak, nanti mentalnya kena apalagi masih kecil", seru mereka. Atau "Cerai saja lah, gak akan bener kalau terus bersama", kata mereka yang lain. Kok mereka? Soalnya gak sebiji yang ngomong begitu. Aku setuju dengan kedua saran itu. Kalau cerai, anak tumbuh dan berkembang hanya dengan satu orang tua. Dampak perceraian itu jelas ke anak. Berefek panjang, nanti gimana kalau mau ketemu bapaknya, neneknya dan efek-efek lainnya yang bejibun. Malah ada anak yang awalnya ceria, karena perceraian jadi lebih pendiam. Belum lagi kalau emaknya nikah lagi. Anak belum tentu terima, ada saja yang canggung. Kalau bertahan, akankah anak bahagia dengan terus menonton drama ibu bapaknya secara live? Gak pake streaming loh! Kalau sudah seharusnya berpisah namun tetap bertahan demi mental anak. Seyakin itukah mental anak akan baik-baik saja di keluarga yang toxic? Yakin? Yakin? Yakin? Aku yakin! Sangat yakin. Yakin kalau anaknya akan kena dampak toxic juga dari kisruh orang tuanya. Bertahan kadang bukanlah suatu kebaikan. Cerai ataupun bertahan sama-sama berdampak pada anak menurutku. Tinggal pilih. Cerai berdampak ke anak yang tak mampu merasakan kasih sayang keluarga utuh? Atau, bertahan dengan keutuhan keluarga yang kacau, penuh drama indosiar? Hatiku memilih cerai! Tanpa keutuhan orang tua pun, banyak jalan menuju roma agar anak tak larut dalam kesedihan, tak kehilangan rasa kasih sayang dari ibu dan bapaknya. Tugasku adalah membangun pribadi anak yang kuat, percaya diri, bahwa perceraian bukan akhir dari kasih sayang orang tua. Ngejalaninya pasti ga mudah. Itu tantangannya. Sebab bertahanpun, aku tak yakin anak akan dapat kasih sayang utuh. Kalau orang tuanya sibuk dengan pertikaian mulut, lalu bagaimana bisa merawat anak bersama sedangkan untuk akur dan duduk berduapun primitive? Justru malah jadi contoh yang buruk bagi anak. Bagaimana kalau sampai anak menganggap pertengkaran itu adalah hal wajar, saking seringnya terekam di otak dia. Namanya serumah, disembunyikanpun akan sulit. Masa iya harus menutuk telinga anak dengan semen agar tak terdengar? Gila! Serumah akan lebih terasa kebobrokannya. Ya, gak semua seperti itu. Tergantung orangnya masing-masing. Yang pasti bagi siapapun, inginnya menikah sekali seumur hidup. Banyak orang sadar pilihan itu salah dari awal, namun tak sadar dampak tak terduga yang lebih dan lebih setelahnya. Keyakinan itu harus. Tapi terlalu yakin gak bagus. Karena kadang ada sesuatu yang tak mampu kau rubah bahkan paten tak bisa dirubah sekuat dan setegar apapun melebihi takdir. Hebat ya ko bisa, apa itu? Niat! Tak ada niat tak akan ada yang berbuat. Entahlah aku ini bergumam apa, pokoknya begitulah. Terima kasih 😃

Read more
 profile icon
Write a reply

PD yg di Pumping Bikin ASI Seret atau Tetap Ada?

Di hari pertama bayi lahir, aku sudah siap agar bayi asi ekslusif. Hari pertama keluar colostrum sedikit, ku paksakan menyusui lewat puting. Colostrum bagus kan? Meski Bayi belum terbiasa puting, sulit nyedot, kadang cuma nempel ujung putingnya saja. Apalagi puting kanan dan kiri ku beda. Karena post op sc, posisi menyusuiku lumayan sulit. Tapi dibantu oleh bidan2 di Rs dan dipegangi suami. Bayi ga dibawa ke ruang perina, full bareng aku karena diberi ASI, kecuali jika sufor bayi dikasih ke ibunya dari setiap jam 09.00 pagi selesai dimandikan dan diberi susu. Pokoknya setiap jadwal nyusu perawat bawa itu bayi. Begitu penjelasannya. Hari kedua, produksi masih colostrum. Setahuku ASI mungkin keluar pas hari ke 3 pasca lahiran. Setiap jam bayi bangun selalu ku tetein. Entah ini bayi kenyang atau ngga, colostrumnya keluar atau ngga. Aku teguh ga mau ada sufor diantara kita. Ya bayi pun sudah jelas nangis terus. Hari ketiga. Aku pulang. Di perjalanan bayi nangis ga henti, kasih kanan kiri puting susahnya luar biasa. Sampe aku bingung sendiri. Dan di rumah tangisnya makin menjadi. Suaranya mulai serak, parau seperti tak ada tenaga. Bibirnya tampak kering. Aku sedih. Ku usahakan lagi nete. Ga bisa. Aku nangis. Akhirnya dengan berat hati tengah malam suami beli sufor. Dan dikasih lah. Pakai dot isi sufor, aku ngasihnya sampe nangis terus2an. Memang sufor ga salah, tapi aku sangat tegus pengen asi ekslusif. Asalnya selang seling dot dan puting. Pas asi mulai keluar, ku pancing dengan pumping. Alhamdulillah keluar. Cuman sedihnya, karena bayi kenal dot dini, jadi makin sulit nemu puting. Sampe akhirnya bayi bingung puting. Tiap ku coba tetein, bayi nangis aku juga ikut nangis. Berasa post partum blues. Itu berjalan sampe beberapa hari kita nangis berdua. Katanya kalau terus di pumping tanpa di sedot bayi, asi bakal berangsur berkurang/seret. Ya allah ga mau! Usaha mengatasi puting sudah dilakoni. Kalau tetap ga bisa. Aku pasrah pakai dot tapi isi asi. Yang jadi pikiran, apa bakal seret atau tetap ada asi nya? Minta sharenya pengalaman bunda2 disini, biar nambah ilmu dan pengalaman buat aku. Makasih ?

Read more
 profile icon
Write a reply

Siapa yang Menangis?

Malam itu, tepatnya malam selasa. Aku tidur lebih awal sekitar pukul 21.00 wib. Nyenyak setelah bermimpi yang aku lupa ceritanya seperti apa, lalu aku terbangun. Ku lihat ke arah jendela masih gelap. Coba check handphone, ternyata jam 02.30 wib. Ku niatkan lebih baik sholat tahajud saja. Suasana sepi seperti biasa. Kamarku yang berada di lantai dua seakan membuatku terisolasi. Samping kamarku adalah kamar kakak, sudah beberapa tahun tidak dipakai tidur. Kakakku sudah menikah dan punya rumah sendiri jadi alasannya. Kalaupun kakak pulang, ia lebih suka tidur di tengah rumah sambil nonton tv. Aku sering dengar cerita dari mamah saat ia tidur di kamar kakak. Katanya ada yang ganggu. Aku percaya? Entahlah. Namun pagi ini mengubah hatiku jadi percaya. Selepas wudhu ku lanjutkan sholat. Tak ada yang aneh. Meski sepi, namun ku nyalakan semua lampu. Aku beranjak ke kasur untuk bersenggama dengan selimut. Baru saja kelopak ini ingin memeluk bola mata, telingaku merespon satu suara. Tubuhku mendadak kaku, hati tak takut, tapi kenapa sulit bergerak? "heuuu heuu huuu huuu huu" Suara itu terdengar merintis pilu. Ada yang menangis. Ku dengar lebih teliti darimana asalnya, ternyata dari kamar kakakku. Aku pikir itu suara mamah. Tunggu! Kapan mamah bangun dan ke kamar kakak? Ingin sekali aku lihat, tapi badan seakan dirantai. Satu jam suara itu bertahan. Antara percaya dan tak percaya, aku berusaha untuk terpejam. "Ayo ngantuk datanglah padaku", gumamku dalam hati" Sulit untuk tidur kembali, dan tanggung juga menunggu waktu subuh. Sekitar 10 menit sebelum adzan. Seketika suara tangis itu pun hilang. Aku mulai lega. Terdengar suara gordeng berbahan kerang laut dari lantai bawah. Pertanda orang tuaku sudah bangun. Bergegas ku lihat, itu mamahku. Merasa ada keberanian, ku buka pintu kamar kakak, dan luar biasa, tak ada siapapun di dalam sana. Selesai subuh, ku ceritakan pada mamah. Ia hanya tersenyum. Heran masih bergelantung di pikiranku. Kira-kira siapakah dia?

Read more
 profile icon
Write a reply

Mimpi Saat Hamil Benarkah Pertanda?

Di kehamilanku 5 bulan, aku pernah bermimpi sedang duduk di pinggir jalan, situasinya seperti perumahan. Saat itu siang hari dan aku sendirian. Tiba2 ada orang gila laki2 yang mencoba menggangguku, menyakitiku, aku sangat ketakutan di mimpi itu. Tapi orang gila itu terus ada di dekatku. Seketika saja ada seekor ayam jago berwarna hitam kecoklatan, dengan jambul merah khas. Dia seakan mengusir orang gila tersebut dengan mematuknya sampai orang gila itu pun pergi menjauh. Lalu ayam itu bersender di kakiku. Aku heran, ini ayam kenapa? Daaan terbangun lah aku dari tidur. Aku teringat cerita ibuku yg dulu saat mengandung alm kakak kembarku, beliau bermimpi punya sepasang merpati jantan yg hinggap di genteng rumah, tapi tak lama kemudia pergi menghilang. Dan pada nyatanya, mamahku hamil kembar laki2 dan baru dilahirkan hanya bertahan 2 minggu dan meninggal karena suatu penyakit. Ibuku lalu hamil kakak ku yg sekarang. Saat hamil ia bermimpi ayam jago, ketika ayam itu tumbuh besar, ia mematuk tangan ibuku hingga ibuku sangat kesakitan. Dan nyatanya lahirlah kakak ku laki2, saat ia kuliah ia banyak menyakiti ibuku. Bukan karena nakal tapi memaksa berpacaran dengan wanita yg tak direstui ortu, karena wanita itu lebih tua dari kakak ku 20 tahun, janda dan punya 3 anak yg paling dewasa usia kelas 3 SMA. Hingga kakak sering membohongi ibu dengan sembunyi2 bertemu dgn wanita itu. Sampai ibuku naik darting dan komplikasi jantung. Saat hamil aku, ibu bermimpi memiliki ayam betina berwarna putih. Lalu ia bertelur 6 ekor anak berwarna putih juga dan betina. Tapi masih kecil pun anak2 ayam itu pada pergi meninggalkan induknya. Nyatanya lahirlah aku perempuan, dan betul aku hamil masih kecil sudah ditinggal karena keguguran dan itu 2x. Karena takut mimpinya terjadi, di kehamilanku sekarang, ibuku berdoa sangat khusyi sampai berurai air mata. Beliau yakin, bahwa takdir bisa diubah dengan kekuatan doa. Ibu mendoakanku agar aku dan janin kuat , sehat serta panjang umur, jangan sampai keguguran lagi. Dan alhamdulillah aku bertahan hamil hingga sekarang usia kandungan 7 bulan dan semoga sehat2 baik2 saja. Tapi kelamin anakku laki2. Mungkin karena doa merubah takdir, apalagi doa seorang ibu. Daripada aku punya anak perempuan tapi keguguran terus, jadi Allah ubah dan kasih aku anak laki2 agar ia kuat dan sesuai yg di doakan serta diharapkan ibuku. Syukur alhamdulillah. Aku masih mendapat doa ibu. Semoga beliau panjang umur. Karena tak ada yg ku takutkan di dunia ini kecuali hilangnya doa orang tua terutama ibu. Makasih mah ? Lalu apakah mimpi aku diatas? Semoga ialah yg melindungiku sebagai ibu dan membelaku sebagai panutannya dari orang2 yg akan menyakiti ibunya. Aamiin

Read more
 profile icon
Write a reply