Harapan baru setelah pandemi berakhir
Hidup ini unpredictable. Selama hidup, saya tidak akan pernah menyangka bahwa 1,5 tahun ini saya akan menjalani kehidupan berdampingan dengan pandemi. Sesuatu yang rasanya hanya ada di Tv atau kisah masa lalu dimana vaksin belum ditemukan. Keluar rumah harus pakai masker, taat prokes, ingat 3 M, curiga dengan orang lain yang batuk batuk. Jalan ditutup, kerumunan dilarang anak ga boleh sekolah, ga boleh ibadah di masjid, mall dibatasi. Sungguh sesuatu yang belum pernah saya bayangkan sebelumnya. Tapi pandemi ini mengajarkan saya sesuatu. Setiap hari adalah berharga, nikmati waktu sebaik baiknya. Bila selama ini selalu menyesali masa lalu atau mengkhawatirkan masa depan pandemi ini mengajarkan hidup sebaik baiknya lah sekarang. Bilang sayang pada ortumu jangan tunggu kalau ketemu. Bilang sayang pada suami ga harus nunggu momen tertentu. Semua hal sekecil apapun layak disyukuri. #SetelahPandemiBerakhirTAP saya akan terus ingat untuk lebih sering bersyukur tiap harinya, seluruh keluarga dalam keadaan sehat, tagihan masih kebayar, anak masih sehat dan ceria walaupun setahun lebih #dirumahaja #SetelahPandemiBerakhirTAP saya akan tetap menjalani hidup sehat seperti yang saya jalani selama ini. Kesehatan itu penting jajan Boba mungkin bisa dikurangi, ga ada lagi alasan ga ada waktu olahraga toh selama pandemi ini kita bisa yoga atau sekedar senam ringan demi menjaga kebugaran tubuh kita, makan makanan bergizi masak sendiri makan dirumah kumpul bersama keluarga ternyata sama nikmatnya ketika pergi ke resto. Jalan jalan, honeymoon, silaturahmi dengan keluarga besar bisa diatur, yang penting tetap utamakan kesehatan baik fisik dan mental itu tetap harus dijaga. Entahlah.. rasanya semenjak pandemi dekat dengan berita kematian dari keluarga, sanak saudara, tetangga membuat keinginan kita semakin sederhana tetap bisa sehat dan berkumpul bersama keluarga. Harapan saya setelah pandemi ini berakhir orang lebih memahami manfaat gaya hidup sehat, cuci tangan setelah bepergian, pakai masker saat sakit. Pola makan sehat dan jangan anti vaksin buat anak kalian. Walupun pandemi ini entah kapan selesai, saya harus tetap optimis untuk survive dengan keadaan seperti ini. Saya yakin kita bisa beradaptasi dan bertahan dalam kondisi ini. Semangat kita semua..❤️
Read moreBerdamai dengan peran menjadi ibu
Dear Vina Aku tau kamu sering merasa aneh dengan sesama ibu yang mengejudge kamu ketika kamu me time. Dengan alasan anak mereka ga mau skincare an, ga mau me time, kamu ke salon bentar ditanyain kok ga kasian anaknya ditinggal tinggal. Anaknya dipegang bapaknya, udah dikomentari kok ga kasian bapaknya kerja seminggu weekend masih disuruh jaga anak, ibunya ngapain. Belum lagi tudingan kalau anaknya kepentok meja, jatuh dari kasur, anaknya masuk angin semua tangan menunjuk ke arah ibu, ibunya ngapain? Ibunya dimana kok anaknya bisa jatuh BLA BLA BLA. Aku tau kamu merasa tercekik, ada yang salah dengan sosial kita, dengan budaya patriarki kita, belum budaya nyinyir dengan pilihan kamu sebagai irt. Ketika menjadi ibu baru, aku tau betapa kamu struggle dengan peran kamu, betapa kamu merasa asing, kenapa semua pengasuhan anak hanya ditamparkan ke muka kamu, kenapa masalah bb anak, masalah pup anak, masalah milestone anak sangat menganggu tidurmu dan membuatmu resah. Belum menghadapi peran sesama ibu yang membuat tumbuh kembang anak sebagai kompetisi. Hingga kamu sering mempertanyakan apakah peran ibu hanya akan melekat selamanya di kamu, apakah irt harus sekompleks ini, apakah anak harus jadi segalanya nomor satu sehingga kamu menomorduakan diri kamu sendiri. Syukurlah, kamu bisa mereset ulang pikiranmu, syukurlah kamu bisa menjalin support sistem dengan suami sehingga kamu tidak benar benar kehilangan jati diri. Walau belum bisa lepas dari lingkungan yang meromantisasi bahwa ibu adalah madrasah anak pertama,kamu dan suamimu sepakat pengasuhan adalah kewajiban berdua. Kamu dan suamimu berhak punya me time karena jadi orang tua melekat kalian sepakat tidak melupakan peran lain baik sebagai suami istri, sebagai seorang Vina. Senang sekali liat kamu sekarang,berkurang wajah cemberut, hati gundah gulana, fisik mental yang terkuras karena menjadi orang tua. Kamu tetap meluangkan waktu skincare an, luluran di waktu weekend, sesekali ke salon. Sesekali belanja baju , sepatu , tas juga untuk diri sendiri. Sempat untuk makan bergizi dan refreshing di waktu weekend. Perubahan dari kamu yang dulu merasa harus mengorbankan banyak hal, sekarang bisa mengatur ulang semua prioritas. Anak itu memang penting tapi bukan SEGALANYA. Semoga dengan kamu rutin selfcare dan me time kamu kuat dan bisa tumbuh menjadi ibu terbaik bagi anak anakmu. Ga perlulah jadi ibu terbaik versi masyarakat, versi tetangga, versi mertua. Asal bagi anakmu dan suamimu kamu udah oke banget, itu tandanya ga ada yang salah dengan pola pikir mu, ga ada yang salah dengan caramu mengelola stres saat menjadi ibu. Aku bangga padamu Vina !!! #DearMeTAP
Read moreDear Vina, Kamu telah belajar banyak, kamu yang dulu merasa berat, lelah dan bosan saat bertemu mertua. Sekarang bisa tersenyum lebar dan lepas ,bisa cerita berbagai hal sama mertua, ngobrol juga sharing-sharing Masih teringat momen itu 2 tahun tinggal bersama mertua, sungkan kalau bangun kesiangan, sungkan kalau nerima paket habis belanja, sungkan kalau weekend ke mall, sungkan kalau anak nangis dan rewel. Sungkan kalau harus memaksakan makan yang ga sesuai selera. Jengkel kalau mertua sudah mulai keluar jurus pola asuh yang kamu ga suka, jengkel kalau mertua keluar komentar yang menurut mu aneh, jengkel kalau semua harus disamakan dengan kalau jaman mamah dulu... Sakit hati kalau mertua muji muji menantu lain, sakit hati kalau mertua nyuruh kita mencontoh menantu lain, sakit hati kalau mertua membandingkan anak kita dengan keponakan yang lain, sakit hati kalau mertua memuji muji cucu yang lain. Sungkan, sakit hati, tidak bebas, mau membela diri tapi takut beliau tersinggung. Mau menampakkan wajah kecewa, sedih atau marah tidak bisa. Semua tertumpuk di hati, berat rasanya berat. Hanya mengeluh , menangis, banyak berdoa, kenapa Allah memberimu ujian ini. Ternyata semua hanya masalah ruang dan hati. Setelah hidup terpisah segalanya lebih jelas, pikiran jadi lebih jernih, mertua ternyata hanya ingin didengarkan. Beliau dengan segala pengalaman hidupnya, hidup dengan 3 anak laki laki dan suami yang mungkin sering kesepian, tidak pernah benar benar didengar curahan hatinya. Bertemu dengan menantu yang dipilih anaknya, beliau ingin berbagi pengalaman nya , beliau ingin diapresiasi perannya sebagai ibu rumah tangga, beliau senang bercerita, bangga anak dan menantu nya bisa sukses finansial. Selama ini kamu hanya defensif, kamu merasa tercekik dan tidak dihargai keberadaan mu. Namun ketika kamu membuka hati kamu memuji muji beliau keberhasilan mertua mengurus ketiga anak laki lakinya, beliau berkaca kaca. Beliau terharu. Ya Vina kamu sadar bahwa dibalik bertolak belakang nya sifat kamu dan mertua kamu mau belajar. Belajar menerima, belajar merangkul hati mertua, belajar menyelami hatinya. Terimakasih untuk tidak defensif dan mau membuka hati. Terimakasih mau belajar lebih baik lagi sebagai anak dan menantu. Suamimu sekarang tidak akan ada tanpa kasih sayang mertuamu. Tidak akan rugi kamu menyayangi beliau seperti menyayangi orang tua kandung mu sendiri. Terima kasih sudah melihat kenangan itu sebagai proses, terima kasih melihat pengalaman tinggal di mertua sebagai pembelajaran. #dearmeTAP
Read moreBun ada yang punya rekomendasi multivitamin buat busui? Semenjak anak kedua saya MPASI saya mulai kewalahan mengerjakan tugas negara jadi IRT. Sudah mau sebulan badan pegal pegal dan njarem di sekujur tubuh sudah istirahat jeda libur ga masak weekend tetep aja badan masih sakit dan pegal-pegal. Mungkin ada yang bisa berbagi pengalaman buat menjaga daya tahan tubuh? ##bantusharing #seriusnanya #mommybuntu
Read more