Dear me, semua butuh proses

Dear Vina, Kamu telah belajar banyak, kamu yang dulu merasa berat, lelah dan bosan saat bertemu mertua. Sekarang bisa tersenyum lebar dan lepas ,bisa cerita berbagai hal sama mertua, ngobrol juga sharing-sharing Masih teringat momen itu 2 tahun tinggal bersama mertua, sungkan kalau bangun kesiangan, sungkan kalau nerima paket habis belanja, sungkan kalau weekend ke mall, sungkan kalau anak nangis dan rewel. Sungkan kalau harus memaksakan makan yang ga sesuai selera. Jengkel kalau mertua sudah mulai keluar jurus pola asuh yang kamu ga suka, jengkel kalau mertua keluar komentar yang menurut mu aneh, jengkel kalau semua harus disamakan dengan kalau jaman mamah dulu... Sakit hati kalau mertua muji muji menantu lain, sakit hati kalau mertua nyuruh kita mencontoh menantu lain, sakit hati kalau mertua membandingkan anak kita dengan keponakan yang lain, sakit hati kalau mertua memuji muji cucu yang lain. Sungkan, sakit hati, tidak bebas, mau membela diri tapi takut beliau tersinggung. Mau menampakkan wajah kecewa, sedih atau marah tidak bisa. Semua tertumpuk di hati, berat rasanya berat. Hanya mengeluh , menangis, banyak berdoa, kenapa Allah memberimu ujian ini. Ternyata semua hanya masalah ruang dan hati. Setelah hidup terpisah segalanya lebih jelas, pikiran jadi lebih jernih, mertua ternyata hanya ingin didengarkan. Beliau dengan segala pengalaman hidupnya, hidup dengan 3 anak laki laki dan suami yang mungkin sering kesepian, tidak pernah benar benar didengar curahan hatinya. Bertemu dengan menantu yang dipilih anaknya, beliau ingin berbagi pengalaman nya , beliau ingin diapresiasi perannya sebagai ibu rumah tangga, beliau senang bercerita, bangga anak dan menantu nya bisa sukses finansial. Selama ini kamu hanya defensif, kamu merasa tercekik dan tidak dihargai keberadaan mu. Namun ketika kamu membuka hati kamu memuji muji beliau keberhasilan mertua mengurus ketiga anak laki lakinya, beliau berkaca kaca. Beliau terharu. Ya Vina kamu sadar bahwa dibalik bertolak belakang nya sifat kamu dan mertua kamu mau belajar. Belajar menerima, belajar merangkul hati mertua, belajar menyelami hatinya. Terimakasih untuk tidak defensif dan mau membuka hati. Terimakasih mau belajar lebih baik lagi sebagai anak dan menantu. Suamimu sekarang tidak akan ada tanpa kasih sayang mertuamu. Tidak akan rugi kamu menyayangi beliau seperti menyayangi orang tua kandung mu sendiri. Terima kasih sudah melihat kenangan itu sebagai proses, terima kasih melihat pengalaman tinggal di mertua sebagai pembelajaran. #dearmeTAP

Dear me, semua butuh proses
1 Tanggapan
 profile icon
Tulis tanggapan

bagus ni mba.. shrusnya bnyk yg baca