Dini Fitrah profile icon
PlatinumPlatinum

Dini Fitrah, Indonesia

Kontributor

About Dini Fitrah

Ibunya Rusyd Dawan

My Orders
Posts(11)
Replies(53)
Articles(0)

Donor ASI

Assalamu'alaikum.. Ibu-ibu, mohon kiranya bisa meneruskan info ini kepada saudara/kerabat/teman yang sedang dalam kondisi darurat membutuhkan donor ASI (ibu sakit, bayi prematur, dll). Terutama yang bertempat tinggal di Sleman, Kota Yogyakarta atau Bantul. Ini adalah ASIP yang saya pumping di beberapa hari setelah melahirkan anak ke 2 kami. Saat itu saya lakukan pumping untuk mengatasi _breast engorgement_ (produksi ASI banyak, tapi bayi belum banyak menyusu), lalu saya masukan ke freezer kulkas berpintu 2. Awalnya distok di freezer seperti ini untuk mengantisipasi ASI saya berkurang jika ikut puasa Ramadhan. Tapi dengan beberapa pertimbangan akhirnya saya memutuskan untuk mengambil rukhsoh (keringanan) dengan tidak berpuasa untuk Ramadhan kali ini. Berikut informasi/data yang bisa menjadi pertimbangan bagi calon penerima donor ASIP. 1. Kami beragama Islam. 2. Tidak merokok dan di rumah tidak ada perokok. 3. Mengkonsumsi makanan halal, sehat dan bergizi serta tidak meminum minuman beralkohol. 4. Sehat. Tidak memiliki riwayat penyakit menular. 5. IRT dan selalu menyusui secara langsung di rumah. 6. Tidak ada riwayat transfusi darah atau tranplantasi (cangkok) organ atau jaringan. 7. Tidak sedang rutin minum obat termasuk insulin, hormon tiroid, maupun penanganan lainnya yang berisiko berpengaruh pada bayi. 8. Usia anak kami saat ini 1 bulan 19 hari. Berjenis kelamin perempuan. 9. Kami berdomisili di Sleman, DIY. 10. ASIP disimpan di freezer kulkas 2 pintu. Dan berikut syarat yang kami ajukan untuk calon penerima donor ASIP: 1. Beragama Islam 2. Diutamakan untuk bayi perempuan. Kalau bayi laki-laki bisa dipertimbangkan dengan saling menukar foto kartu identitas orangtua. 3. Berdomisili di Sleman, Bantul atau Kota Yogyakarta. Demikian informasinya. Jika berkenan silakan diteruksan kepada yang membutuhkannya dan bisa menghubungi saya melalui WA 08176343630. *Dini Fitrah Eristanti*

Read more
Donor ASI
undefined profile icon
Write a reply

Peluk Bunda2 yang sedang menghadapi anak tantrum

• Tantangan yang dihadapi akhir-akhir ini adalah anak tantrum hampir setiap hari. Sejumlah artikel dan infografis yang saya temukan, katanya rentang usia menjelang 2-3 tahun memang wajar mengalami tantrum. Sebab mereka makin banyak ingin tahu dan keinginan namun kemampuannya masih terbatas untuk disampaikan secara verbal. Kadang dengan ocehan dan gerakan mereka pun kita tidak paham apa maksudnya. Lalu yang terjadi adalah mereka mengekspresikannya dengan kesal, marah bahkan nangis berguling-guling di lantai. Sebenarnya mereka pun mungkin bingung "gimana cara ngomongnya biar efektif?". Jujur saya sempat kewalahan ketika awal-awal Rusy tantrum. Lebih tepatnya belum menyadari. Kadang saya sampai ikutan tantrum juga ? (ini bahaya, plis jangan ditiru!) Apalagi dengan kondisi sedang hamil begini, mood kerasa banget fluktuatifnya. Ayahnya lagi kerja pun sering kali diburu-buru pulang, "Yah, buruan dong ganti shift nih" wkwkwk. Misal pernah nih Rusy lagi pengen banget ngemil abon, eh ternyata di dalam abonnya keselip nasi satu butir, lalu dilepeh dan terjadilah drama teatrikal berguling di lantai. Nah saya temukan deh dari @idemainanak.id cara yang bisa dicoba untuk memperkenalkan ragam emosi kepada anak. Emoticon yang dibuat dari kardus bekas, kertas origami dan sentuhan karya seni Ibu yang sangat minim ini, sebagai alat bantu dalam mengidentifikasi, memvalidasi dan terakhir mengevaluasi emosi yang dirasakan anak. Alhamdulillah perlahan berjalan 5 hari cara ini cukup efektif diterapkan pada Rusy. Paling tidak mengurangi durasi tantrumnya, ia lebih terbuka dan rasanya ketika mengevaluasi emosinya kami menjadi lebih intim. Tentu dilakukan saat mereda emosi negatifnya. ?‍♀️: Rusy tuh tadi kenapa nangis? ?: hiks, hiks.. (mempraktekkan nada nangis) ?‍♀️: iya kenapa? Nangis karena marah? ?: he'em ?‍♀️: marah sama siapa? ?: Bu ?‍♀️: Oohh marah sama Ibu? Emang kenapa marah sama Ibu? (Mancing, padahal saya tau sebabnya) ?: nonono pupuk *ga boleh makan kerupuk ?‍♀️: oohh gara-gara Ibu ga bolehin makan kerupuk? ?: he'em. Hiks, hiks (pura2 nangis lagi) ?‍♀️: Tadi kayak gimana marahnya? ?: (ambil emoticon marah dan nangis) ?‍♀️: hmmm yang itu ya.. Lalu Saya jelaskanlah alasan tidak dibolehkannya ia makan kerupuk dan kapan waktunya ia boleh makan kerupuk lagi. Hasilnya begitu Rusy melihat toples berisi kerupuk, ia bilang "nonono pupuk, uhuk uhuk (batuk-batukan). Sampai situ saya bahagia ?❤

Read more
Peluk Bunda2 yang sedang menghadapi anak tantrum
undefined profile icon
Write a reply

Pengalaman anak jaundice dan nyinyiran yang menyertainya ?

Bunda2, semoga berkenan membaca cerita yang berdasarkan pengalaman saya pribadi. Sebagian dari kita mungkin ada yang pernah juga merasakan. Sejak kita memasuki masa kehamilan mulai dari TM1 bukan saja menguras energi karena morning sickness atau keluhan lainnya, tapi juga perubahan emosional yang begitu drastis. Hari ini kita bisa happy2 aja, besok belum tentu, bisa jadi malah sensitif yang kadang hanya terpicu oleh hal sepele. Sampai pasca melahirkan pun begitu. Apalagi jika menyangkut kondisi anak yang disinggung2. Jelas2 kondisi fisik kita masih lemah, sakit, tapi suka ada aja yang memicu emosi kita jadi panas. Stres pun sulit dihindarkan. Nah termasuk omongan usil orang2 di sekitar kita. Jadi begini... Saya melahirkan anak pertama yang saat ini berusia 18 bulan di tempat orangtua saya. Selama hamil saya ikut suami di lain provinsi. Mempertimbangkan ingin melahirkan di tempat orangtua karena dirasa akan sangat membantu pasca melahirkan, secara fisik maupun psikis. Suami pun memaklumi dan menyepakatinya. 12 hari setelah anak saya lahir, warna kulitnya cenderung kuning. Saya bolak balik ke bidan tempat dimana saya bersalin untuk memeriksakannya. Saran dari bidan untuk lebih sering disusui dan dijemur setiap pagi. Padahal saya merasa anak saya sering menyusu setiap 2 jam sekali dengan rata2 durasi menyusu sekitar setengah jam. Alhamdulillah ASI saya juga banyak. Juga setiap pagi dijemur sekitar 15 menit. Karena Saran dari bidan tersebut, Maka saya persering lagi menyusui anak saya, intensitasnya menjadi 1 jam sekali. Dijemur pun menjadi 30 menit. Meski mungkin khawatir juga ada masalah dengan kesehatan anak saya yang kuningnya tak kunjung mereda, ibu saya terus mensupport. Membantu menjemurkan cucunya, memasakkan makanan yang dipercaya menjadi ASI booster, membantu memperbaiki posisi menyusui yang mungkin salah sehingga anak saya masih kurang ASI lalu tubuhnya menjadi kuning. Di saat seperti itu, ada tetangga yang melihat anak saya sambil nyeletuk, "kok bayinya kuning sih? Emang ga dijemur? Atau ASI nya jelek kali!". Spontan ibu saya jawab, "udah gue garang!". Bunda tau maksudnya? Digarang itu ditaruh di atas perapian. Ibu saya bilang begitu saking kesalnya sama omongan tetangga usil ini ? mungkin di pikiran ibu saya, ga usahlah sok ngajarin, anaknya ada 6 dan terbiasa mengurus bayi baru lahir seperti cucunya ini. Saya yang menyaksikan "adegan" tadi ikut emosi juga, tapi saya diam. Di hari ke 14 kondisi anak saya tak kunjung menunjukkan tanda perubahan membaik. Beberapa artikel yang membahas bayi kuning via google cukup memberi arahan yang jelas. Oke, saatnya ke RS. Walaupun sangat berharap anak saya baik2 saja dan bisa dirawat di rumah, namun saya sudah mempersiapkan mental dan sudah berpikir segala kemungkinan anak saya akan diberi tindakan apa sebelum berangkat ke RS. Benar saja setelah melalui tes darah, menunjukkan bahwa kadar bilirubin anak saya tinggi. Jaundice namanya, atau yang lebih kita kenal bayi kuning. *Silahkan lebih lengkapnya bunda2 bisa googling.* Dokternya bilang, tidak semua kasus jaundice ini bisa dikendalikan dengan sinar matahari (dijemur) dan banyak disusui saja. Sehingga perlu penanganan lebih yaitu dengan terapi sinar biru (blue light). Yang lebih mengagetkan saya adalah kadar bilirubin anak saya ini paling tinggi sepanjang belasan tahun pengalaman dokternya menangani bayi kuning. Kata dokternya, anak saya kuat karena biasanya ada yang sampai kejang2. Saya masih harus bersyukur untuk ini ? Sedih pasti. Setiap malam harus meninggalkan anak yang baru 2 minggu lahir, padahal biasanya ada di samping tidur bersama. Hanya pagi sampai sore saja saya diperbolehkan ke RS dengan ditemani ibu atau ayah saya. Sebab suami hanya bisa menemani di minggu pertama pasca melahirkan. Di hari2 itu sempat diserang baby blues, tapi saya bertekad untuk selalu berpikir dan bersikap positif, agar tidak mempengaruhi produksi ASI. Karena anak saya sedang sangat membutuhkan ASI lebih banyak lagi karena efek dari blue light. Menyusui secara langsung sangat dibatasi agar anak saya tetap dalam perawatan dan pengawasan medis. Jadi saya terus pumping di RS maupun di rumah. Di sela-sela ayah saya menemani saya di RS, usai sholat ashar di mushola ayah mengobrol dengan seorang bapak paruh baya. Mereka saling bertukar cerita tentang siapa yang sedang dirawat di RS. begitu ayah saya menceritakan kondisi cucunya, si bapak memberi tanggapan yang kurang mengenakan. "Maaf maaf nih ya pak, kalau cucu bapak sakit kuning begitu, kayaknya anak bapak pas lagi hamil kurang gizi". Ampuuunn deh pak, tanggapannya ga berdasar banget. Saya sejak mengetahui hamil, saya sangat memperhatikan asupan nutrisi setiap harinya, memeriksakan kandungan secara rutin dan tidak ada dokter ataupun bidan yang mengatakan bahwa saya kekurangan gizi ketika hamil, alhamdulillah tidak ada keluhan yang berarti. Karena ayah saya merasa disinggung oleh si bapak, Maka yang ada di dalam pikirannya, suami saya kurang bertanggungjawab dalam memperhatikan saya ketika hamil. Apalagi ini menyangkut cucu pertamanya, jelas ada pikiran buruk terbersit karena terpengaruh oleh omongan yang tidak jelas. Nah kan, jangankan menyinggung langsung ibu hamil atau yang baru melahirkan. Menyinggung perasaan orang yang menjadi support systemnya saja berdampak buruk. Baru saja dilingkupi kebahagiaan karena dikarunia anggota baru dalam keluarganya, eh sengaja atau tidak lidah mencederai kebahagiaan orang lain. Agaknya kita memang perlu melatih lisan kita untuk memfilter apa2 yang ada di benak/pikiran kita, agar yang keluar jadi perkataan positif, yang memberi kesenangan bagi yang mendengar. Oh ya, jadi ingat ? tetangga yang menyinggung soal ga dijemur itu, pas anak ke 3 nya lahir, qadarullah mengalami jaundice juga. Saya yang mendapat kabar tersebut jadi refleksi, "Allah tuh kalau ngasih pelajaran kadang ingin hambaNya mengalaminya secara langsung". Btw, alhamdulillah setelah 4 hari menjalani perawatan anak saya mengalami kondisi yang jauh lebih baik dan sudah bisa dibawa pulang ke rumah. Otomatois rasa bahagia kembali hadir dalam pelukan langsung. Gitu aja ya bunda2. Semoga ada faedahnya dan kita dilindungi dari julid julid club. Hehe..

Read more
undefined profile icon
Write a reply