Suka duka tinggal dengan mertua
Menikah dengan suami baru 1 tahun tepat januari kemarin. Dan tinggal dirumah mertua juga genap 1 tahun, tapi sebelumnya saya sibuk bekerja jadi instensitas dirumah tidak begitu full. setelah saya keguguran dan hamil lagi saya memutuskan resign dri kantor utk bedrest. Dari situlah saya mulai merasakan sepenuhnya selama kurang lebih 6 bulan ini tinggal dengan mertua yg full dari pagi ketemu pagi lagi, dan setiap hari. Awalnya saya anggap enjoy saja, dan krna tipe saya org yg supel ga sulit buat beradaptasi yg buat saya yakin bisa menjalani rumah tangga 1 atap dengan mertua itu tidak begitu sulit. Tapi ternyata setelah hari hari yg saya lalui, Saya mulai merasa begitu sulit. Saya orangnya yg notabene supel, seketika lambat laun berubah jadi pendiam dan sering nangis. Bukan karena apa, Karena ternyata sifat mertua yg sangat pengatur, ikut campur, dan berlebihan akan suatu masalah. Terlebih soal suami, dimana suami anak laki2 pertama dan satu2nya dalam keluarga. Ketika suami berbuat salah sedikit atau selisih pendapat dengan mertua. Satu rumah memojokkan dan menyalahkan suami sampai bahas2 yang diluar konteks. Mirisnya orang tua maupun adek2 ipar tidak ada yg berusaha menghargai saya, bahwa saya ini istrinya yg ada di rumah ini juga, yang harusnya ngga patut mendengar semua hujatan umpatan utk suami saya. Apalagi itu saya dengar langsung dari mulut orang tua nya sendiri serta saudara2 kandungnya. Bahkan mertua sangat mengatur tentang semua persoalan rumah tangga kami. Sampai saya rasanya konflik batin yg cukup parah, Sering menangis sendiri dan tertekan dirumah ketika suami bekerja. Bagi mertua pilihan suami dan saya, itu tidak sepenuhnya tepat. Mertua selalu menuntut cara yg sama seperti yg mereka sudah lakukan selama ini. Suami kekeh dengan pendiriannya sendiri, sedangkan mertua juga ego dengan aturan mereka yg dinilai paling benar. Konflik batin ini betul2 bikin saya stress bunda, Apalagi sedang masa hamil begini. Sedih rasanya #bantusharing
Read more