Selamat menjalankan ibadah ramadhan pemirsa. Jadi keinget ramadhan tahun lalu deh. Saat itu si kecil masih berusia 3 bulan. Pastinya ASI eksklusif yaaaaa... Betapa siaganya suami ku. Agar saya puasa gak lemes dan masih tetap bisa memberi ASI untuk si kecil, maka suami menyediakan segala hal. Mulai dari sahur, dia bangun lebih awal dari saya. Menyiapkan segala makanan yang berbau kacang-kacangan, menyiapkan susu yang dicampur kurma untuk saya minum. Tidak hanya saat sahur, berbuka puasa pun begitu. Mulai dari cemilan dan sayur, semua berbau kacang-kacangan. Bahkan minum air putih, disiapkan sama suami beberapa botol untuk saya. Nanti habis tarawih, saya berjaga untuk bikin ASIP, suami nemenin dan bantuin dong. Pokok saya tidak boleh stres sama sekali, kata pak suami. Karena saya punya tanggungan anak bayi, jadi tarawih pun tidak bisa jamaah ke masjid. Pak suami dong menemani saya jamaah di rumah. Padahal biasanya pak suami juga jamaah di masjid. Ramadhan kali ini tidak jauh dari Ramadhan sebelumnya. Dari sebelum puasa beliin saya kurma dan susu murni. Dibelain beli di daerah Pacet, Mojokerto. MasyaAllah. Terima kasih suami ku. #KarenaBundaBerharga
Read moreKini saya mau cerita 7 hari pasca melahirkan. Karena saya tidak tega sama suami yang sendirian sebegitu repotnya merawat saya, si kecil, dan bapak, maka saya minta suami untuk bawa saya ke Tuban. Kenapa di Tuban? Karena di sana mertua masih utuh dan sehat, banyak saudara yang dekat dan ikhlas bantuin merawat si kecil dan saya. Berbeda dengan keadaan di rumah Mojokerto, Ibu sudah meninggal, Bapak sakit, saudara jauh. Yups, saya dijemput oleh ibu mertua dan kakak-kakak ipar saya. Keadaan ekonomi di keluarga Tuban memang tidak semampu dengan keadaan ekonomi keluarga di Mojokerto. Tapi sebanyak uang yang kita miliki tidak mampu menandingi rukunnya keluarga. Betul atau betul pemirsa? Keluarga Tuban menjemput saya dan si kecil dengan mobil yang disewa oleh ibu mertua. Sesampai di Tuban saya benar-benar senang dan krasan sekali, hilang semua pikiran-pikiran buruk (baby blus). Awalnya yang memandikan baby hanya ibu mertua, tapi perlahan dengan penuh ketelatenan ibu mertua mengajari saya untuk merawat bayi. Lambat laun saya sudah bisa memandikan si kecil sendiri, tapi ibu mertua tetap membantu saya menyiapkan semua kebutuhan dan perlengkapan si kecil. Karena memang saya tidak boleh ibu untuk mengangkat barang-barang berat. Bahkan saya jadi bisa memberi ASI langsung untuk si kecil. Bagaimana caranya? Ibu mertua saya sudah menyiapkan bantal khusus untuk saya memberi ASI. Jadi tidak khawatir pipisnya si kecil nerembes ke perut dan kena luka operasi. Selain ibu mertua ada kakak ipar saya yang setia merawat dan membersihkan luka bekas operasi saya. Pagi-pagi bangun tidur, minum air putih 1 botol besar sudah disiapkan ibu mertua. Tidak hanya minuman, kacang hijau dan cemilan lainnya pagi-pagi sekali sudah siap untuk saya santap, pastinya ibu mertua dong. Kata ibu, "orang menyusui itu harus banyak makan, semalaman disedot sama bayi, pagi-pagi harus sudah makan untuk energinya". Makan pagi, siang, malam juga disiapkan oleh ibu mertua, dan tidak luput dari sayuran yang terdiri dari daun katuk dan kacang-kacangan. Meski ibu mertua bukan termasuk orang yang berlimpah secara ekonomi, tapi beliau selalu berusaha agar saya makan ikan laut dan telur. Selama di Tuban saya tidak boleh menyentuh pekerjaan rumah. Kata ibu tugas saya hanya merawat si kecil dan merawat diri. Bahkan mencuci pakaian saya dan si kecil adalah tugas ibu. MasyaAllah. Sungkan? Pasti. Tapi itulah bentuk sayang mertua saya dan keluarga lainnya. Bahkan saat saya mau balik lagi ke rumah Mojokerto, ibu berpesan agar saya tidak angkat-angkat berat, olahraga ringan saja. Tidak hanya saya yang diberi pesan begitu, suami juga di beri pesan begitu. Hehe. Sehat sehat nggeh di Tuban. #KarenaBundaBerharga
Read moreTidak terasa saya nulis cerita hingga 10 episode. Oke kita lanjut ya pemirsa, tapi kali ini cerita pasca melahirkan. Setelah dinyatakan sehat semua, saya dan si kecil diperbolehkan untuk pulang. Saya dan si kecil pulang naik mobilnya bulek, sedangkan suami naik motor. Sebagai ibu baru, saya memiliki perasaan yang tidak karuan. Merasa belum siap untuk merawat bayi. Tapi semua perasaan itu hilang karena suami yang selalu menemani. Tidak terbayang betapa capeknya suami saat itu. 1. Sepulang dari rumah sakit dia langsung menyiapkan syukuran untuk si kecil. 2. Semua pekerjaan yang seharusnya tugas saya diambil alih oleh suami. Mulai dari membersihkan rumah, mencuci baju, memasak, merawat bapak, memandikan si kecil, menjemur si kecil 3. Bekerja. Yups, memang pekerjaan suami bisa dikerjakan di rumah. Tapi saya tahu betul bahwa pekerjaan suami butuh pikiran fokus. 4. membantu saya untuk membuat ASIP dan memberikan ASIP untuk si kecil. Yups. Waktu itu saya belum berani memberikan ASI secara langsung, karena luka bekas operasi yang belum kering dan belum berani mengenakan pospak untuk si kecil. Meski capek, tapi suami tidak memperlihatkan depan saya. Karena suami ingin saya selalu senang, tidak stres, dan menghilangkan pikiran-pikiran buruk yang bisa disebut babyblus. #karenabundaberharga #KarenaBundaBerharga Suami ku, betapa besar cinta mu untuk kami.
Read moreSeminggu setelah kejadian keputihan yang berlebih. Tibalah saat yang dinanti-nanti. Saat itu berawal dari habis magrib, saya merasakan perut kayak kram dan itu berselang sekitar 5 menit sekali ditambah dengan keluarnya lendir disertai darah bergumpal-gumpal. Akhirnya suami ngajak ke bidan desa, ditemani Budhe Ulipah. Sama bidan desa dsuruh pulang, karena pembukaan masih 2. Sampek rumah suami menemani saya dan tidak tidur semalaman. Perut dan punggung dibelai terus sambil komat kamit (gak tau baca apaan). Pagi setelah sholat subuh, saya diajak ke bidan desa lagi karena pendarahan semakin menjadi dan dorongan dari dalam perut semakin kencang. Sampai di bidan desa saya disuruh pulang lagi karena pembukaan tetap masih 2. Oke saya buat mondar mandir biar gak seberapa kerasa sakitnya. Sementara suami saya minta untuk istirahat. Sekitar jam 11 siang suami ngajak ke bidan luar desa, karena suami kawatir dengan keadaan saya yang terus menerus mengeluarkan darah. Sampai di bidan, saya disuruh istirahat, tapi keadaan badan saya tidak memungkinkan untuk istirahat, karena rasanya ingin kencing terus tapi tidak bisa kencing. Suami menemani saya mondar mandir ke kamar mandi. Sekitar pukul 4 sore pembukaan masih 4. Saya masih bisa menahan sakitnya dorongan dari dalam perut, tapi pihak bidan khawatir dengan kondisi saya yang badannya sudah panas, gak bisa kencing, darah keluar terus. Akhirnya dirujuk ke rumah sakit. Suami masih tetap setia menemani saya. Sendirian? Iya dong, suami sendirian. Karena memang jauh dari saudara dan keadaan ortu tidak memungkinkan. Keesokan harinya di rumah sakit saya disuruh puasa oleh pihak medis. Karena akan dilakukan tindakan SC jika jam 10 belum ada perubahan. Benar saja, waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi pembukaan masih 5. Saya tidak tahan dengan sakitnya ingin kencing tapi tidak bisa. MasyaAllah sekali kalau ingat. Sudah pukul 10, waktunya masuk ruang operasi, suami tidak mau melepas saya sendirian, dia ngotot ke pihak medis untuk menemani saya dalam ruang operasi. Operasi sudah selesai, Alhamdulillah semua berjalan lancar, bayi sehat bunda sehat yanda sehat. Semua sehat Alhamdulillah. Setelah beberapa saat saya di ruang pulih sadar akhirnya kembali ke ruang perawatan. Suami dong tetap setia sendirian merawat saya. MasyaAllah kalau ingat perjuangan suami, mondar mandir demi saya dan anaknya. mengurus administrasi, merawat istrinya, menjenguk anaknya di ruang yang berbeda. Sungguh suami ku. Aku mencintai kamu. Terima kasih dan cinta saja tidak cukup untuk mu. #KarenaBundaBerharga
Read more1 Minggu sebelum hari H lahiran, usia kehamilan tepat 9 bulan. Saya mengalami keputihan yang derastis. Saya kira itu air ketuban, sehingga saya dan suami bingung serta gugup. Tepatnya hari Kamis sekitar pukul 11 malam. Suasana sudah sepi sekali, bahkan sangat sepi. Saat itu saya istirahat dan terbangun karena seperti ngompol. Saya lihat, kok tidak pesing dan berlendir. Saya pun bilang ke Suami. Buru-biru dia langsung gedor-gedor rumah Budhe Ulipah (karena sebelumnya sudah diberi tahu kalau ada apa-apa langsung telpon mbak atau gedor-gedor rumah), tapi tidak ada respon, mungkin karena sudah istirahat semua. Akhirnya suami mengajak saya ke bidan terdekat, sudah gedor-gedor lama tapi tidak ada jawaban. Lalu kita pulang, suami menenangkan saya, lalu pergi ke Bidan tetangga desa. Dia berangkat sendirian, karena tidak mau saya stres dan menambah kelelahan. Ternyata hasilnya nihil. 3 bidan nihil semua. Karena panik takut itu air ketuban, suami langsung mengajak saya ke Rumah Sakit. Jarak RS dan rumah cukup jauh. Saking paniknya, suami tidak melihat keadaan motor. Sampai ditengah perjalanan lah kok motor mati karena kehabisan bensin. MasyaAllah. Oleh suami, saya tidak boleh turun dari motor, dituntunlah motor dengan posisi saya diatas motor untuk menuju ke pom bensin terdekat. Bisa dibayangkan dong Bunda? Nuntun motor dalam keadaan mesin mati, diatasnya ada orang gendut yang lagi hamil. Nuntun motor doang saja sudah berat, apalagi ada orang gendut diatasnya. Kalau ingat nangis bener, terharu dengan perjuangan suami melindungi saya dan calon buah hati. #KarenaBundaBerharga Para penjual bensin ecer sudah tutup semua. Akhirnya nekat ke pertamina. Sampai pertamina, lah kok stok habis. Ya Robbi.... Suami nekat, dituntunlah motor dan saya ke Rumah Sakit. Suami ku suami ku suami ku. Kamu adalah malaikat untuk ku dan anak kita. Cinta mu begitu tulus untuk keluarga. Semoga kau selalu diberi kesehatan serta kenikmatan dalan setiap langkah hidup mu. Aaamiiin #KarenaBundaBerharga
Read morePimirsa ingat tidak cerita saya yang saat pendarahan lalu saya nyetatus di media sosial? Nah ini saya mau cerita akibatnya. Tepat di bulan November, suami belum dapat kerjaan juga. Tetap dengan aktifitasnya yang jualan sedotan. Bisa dibayangkan dong gimana keadaan ekonomi kami saat itu? Nah...salah satu orang yang mau saya ceritakan ini adalah atasan saya saat masih bekerja di surabaya. Yups. Namanya Bu Nynda. Beliau salah satu orang yang sangat berkesan di hati saya (cieh illeh). Dulu beliau yang mengumrahkan orang tua saya sebelum ortu sakit. Kembali ke persoalan awal. Saat saya pendarahan, beliau tanya keadaan saya dan menanyakan kabar suami. Saya bilang kalau suami belum bekerja dan saya juga curhat salah satunya kepikiran suami belum dapat pekerjaan. Karena Bu Nynda ingin mengurangi beban pikiran saya, supaya tetap sehat sebagai seorang yang hamil #karenabundaberharga, suami diberika pekerjaan sebagai penulis konten di proyeknya. Sangat-sangat bersyukur karena beliau sangat perhatian kepada saya dan keluarga. Setiap saat beliau mengadakan rapat dengan suami, selalu menitipkan sesuatu untuk saya kepada suami, dan selalu itu adalah kesukaan saya. Seperti beliau sudah hafal betul kesukaan saya. Dan baiknya lagi, beliau selalu memberikan waktu untuk suami agar kerjaan dibawa pulang saja, alasannya agar suami dapat selalu menjaga saya disetiap waktu. Bos sebaik apa coba Bu Nynda. Beruntung sekali punya Bos seperti beliau. Beruntung saya kenal beliau. Dari beliau saya belajar sabar, menahan emosi, menjadi orang pinter depan publik, dan banyak lagi deh. Terima kasih Bu Nynda. Kamu seperti kakak saya sendiri. #KarenaBundaBerharga
Read moreMemasuki usia kandungan 4 bulan, tradisi di keluarga saya adalah mengadakan syukuran atas kehamilan dan ditiupkannya ruh pada janin. Keinginan untuk mengadakan acara itu sesuai tradisi? PASTI. Saat itu keuangan keluarga belum mencukupi untuk mengadakan syukuran tersebut. Suami memberi pengertian ke saya, alhamdulillah saya bisa menerima. Yang penting syukuran untuk calon anak dan keluarga, semampunya, tidak sama persis dengan tradisi syukuran yang harus ada ini itu. Perencanaan sudah matang. Seminggu sebelum acara syukuran dilakukan, saya ditanya sama budhe Ulipah, "kapan tingkep?". Saya pun menjawab. Dan budhe Ulipah bilang, "Ya wes, kamu siapkan berasnya saja, lainnya biar tak siapkan". Aku kaget. Budhe Ulipah adalah tetangga ku. Benar-benar tidak ada ikatan saudara dengan keluargaku. Tapi beliau super duper perhatian dengan keluargaku. Posisi ibu ku sudah meninggal dunia, bapak ku sakit stroke, dan semua keluarga suami ku sudah sepuh + posisi jauh dari rumah. Sebelumnya saya ngobrol-ngobrol sama budhe Ulipah dan anaknya, ngomongin makanan, dan aku saat itu bilang, "botokan simbukan enak mungkin ya". Dan keesokan harinya sama Budhe Ulipah dibuatkan botok simbukan. MasyaAllah, padahal saya hanya sekedar ngomong, langsung diturutin. Lanjut acara syukuran tingkep. Semua keperluan benar-benar disiapkan oleh beliau, dan saya tidak boleh bantu-bantu masak, disuruh istirahat. Karena posisi saya masih keluar flek-flek. Masih teringat juga. Tepatnya bulan Januari 2018, ada tradisi ngeliwet saat ada gerhana bulan di desaku. Lagi dan lagi semua dipersiapkan oleh budhe Ulipah. Subhanallah. Semoga beliau sekeluarga selalu diberi kenikmatan rejeki. Aaamiiin. #KarenaBundaBerharga
Read more