Karena Bunda Berharga Part 6

Memasuki usia kandungan 4 bulan, tradisi di keluarga saya adalah mengadakan syukuran atas kehamilan dan ditiupkannya ruh pada janin. Keinginan untuk mengadakan acara itu sesuai tradisi? PASTI. Saat itu keuangan keluarga belum mencukupi untuk mengadakan syukuran tersebut. Suami memberi pengertian ke saya, alhamdulillah saya bisa menerima. Yang penting syukuran untuk calon anak dan keluarga, semampunya, tidak sama persis dengan tradisi syukuran yang harus ada ini itu. Perencanaan sudah matang. Seminggu sebelum acara syukuran dilakukan, saya ditanya sama budhe Ulipah, "kapan tingkep?". Saya pun menjawab. Dan budhe Ulipah bilang, "Ya wes, kamu siapkan berasnya saja, lainnya biar tak siapkan". Aku kaget. Budhe Ulipah adalah tetangga ku. Benar-benar tidak ada ikatan saudara dengan keluargaku. Tapi beliau super duper perhatian dengan keluargaku. Posisi ibu ku sudah meninggal dunia, bapak ku sakit stroke, dan semua keluarga suami ku sudah sepuh + posisi jauh dari rumah. Sebelumnya saya ngobrol-ngobrol sama budhe Ulipah dan anaknya, ngomongin makanan, dan aku saat itu bilang, "botokan simbukan enak mungkin ya". Dan keesokan harinya sama Budhe Ulipah dibuatkan botok simbukan. MasyaAllah, padahal saya hanya sekedar ngomong, langsung diturutin. Lanjut acara syukuran tingkep. Semua keperluan benar-benar disiapkan oleh beliau, dan saya tidak boleh bantu-bantu masak, disuruh istirahat. Karena posisi saya masih keluar flek-flek. Masih teringat juga. Tepatnya bulan Januari 2018, ada tradisi ngeliwet saat ada gerhana bulan di desaku. Lagi dan lagi semua dipersiapkan oleh budhe Ulipah. Subhanallah. Semoga beliau sekeluarga selalu diberi kenikmatan rejeki. Aaamiiin. #KarenaBundaBerharga

1 Tanggapan
undefined profile icon
Tulis tanggapan

😊