Anak saya usia 17 bulan, baru bisa jalan sejak 1,5 bulan yg lalu. Terus saya belikan sepatu yg gabung sm kaus kaki (warna abu hitam) ehh gamau, terus saya belikan lagi sandal model kyk crocs (warna pink) yg paling murah krn takut gak mau lagi, dan ternyata bener masih gak mau juga. Setiap pakai dia gamau berdiri, pasti duduk dan berusaha lepasin, sambil ah uh rewel gitu, saya pegangin ditetah jg gak mau. Apa ada saran sandal atau sepatu seperti apa yg nyaman? Sejauh ini kepikiran sandal yg ada tali belakangnya, barefoot shoes, sandal yg bisa nyala atau ada suara nit nitnya. Ataukah sebenarnya belum waktunya pakai alas kaki ya? #mommybuntu #bantujawab
Read more#RumahTanggaTAP Tidak terasa rumah tangga saya dan suami sudah mau satu tahun. Satu tahun yang lalu tanpa ragu dia memilih saya sebagai istrinya pun saya memilih dia sebagai imam seumur hidup saya. Selama setahun ini rumah tangga kami begitu nyaman. Dulu, saat saya masih duduk di bangku kuliah pernah satu kali ada pembicara di kelas yg bercerita jika pernikahan yang baik adalah pernikahan yang saling berbagi, saling bahu membahu, dan tidak ada ketimpangan dalam urusan pembagian tugas rumah tangga. Saya pikir di awal pernikahan harus mendiskusikan ini dan meminta pembagian tugas rumah tangga yang adil, tapi ternyata tidak. Tanpa perlu diminta, dia tidak pernah segan menyapu, membereskan rumah, mencuci baju, mengurus peliharaan, memotong rumput di halaman, cuci piring, walaupun kalau memasak dia masih sedikit gelagapan. Rumah tangga kami tidak perlu dipaksakan, tidak mau mencuci ya tinggal laundry, tidak mau memasak ya tinggal beli, daripada menggerutu karena tidak ikhlas, ada jalan lain yang sah-sah saja untuk dilakukan, tidak pernah sekali pun dia protes saat rasa lelah menghampiri saya. Entah bagaimana, dia selalu berusaha membuat saya sehat dan tidak kelelahan, dan yang terpenting: bahagia. Kata orang tua dulu, suami itu bak raja yang harus selalu dilayani. Tapi nyatanya dialah yang membuat saya merasa seperti seorang ratu, membuat saya merasa menjalani peran istri tanpa paksaan. Pernikahan bagi orang zaman dulu bagaikan 'membeli' wanita untuk menjadi 'pelayan'. Tentu saya pun paham jika memang harus melayani dia, tapi tidak pernah dia memaksa saya untuk ini maupun itu. Katanya setiap hari, "kalau capek tidak perlu dilakukan, biar aku saja", diiringi kecupan sebelum dia memacu kendaraan roda dua menuju tempat mengais nafkah keluarga. Bagi kami, rumah tangga yang sehat adalah rumah tangga yang bahagia, kami berdua adalah partner yang bekerja sama. Tujuan kami menikah adalah untuk mencari pendamping, yang siap berjalan beriringan, bukan salah satu didepan ataupun di belakang. Kenapa hal ini bisa terjadi? Menurut saya karena sejak awal kami berkomitmen menikah, kami memiliki pandangan yg sama untuk selalu bekerjasama dan melakukan tugas rumah tangga berdua. Lalu, pada akhirnya cinta kami sesederhana berkata: "terima kasih, aku mencintaimu, aku menyayangimu" yang diucap setiap selesai mencuci baju berdua sambil duduk di kursi kecil.
Read more