Paramytha profile icon
PlatinumPlatinum

Paramytha, Indonesia

Anggota VIP

About Paramytha

learner

My Orders
Posts(12)
Replies(633)
Articles(0)

Sharing penjelasan dokter kulit [ memandikan, jam menjemur,& memilih pakaian bayi] Part 1

Sharing penjelasan dokter kulit [ memandikan, jam menjemur,& memilih pakaian bayi] Part 1
undefined profile icon
Write a reply

Buang air kecil & besar selama masa NIFAS, nyeri?

Pengalaman saya sebelumnya, melahirkan dg pervaginam (normal). Mendapat jahitan lumayan dibagian perineum (daerah antara vagina dan anus). Krn sobekan nya cukup panjang dan hampir smp ke anus. Mengingat BB anak saya cukup besar 3,3kg dan panjang 52cm sedangkan tinggi saya cm 149cm. Saya mengalami sobekan secara alami (tidak digunting oleh bidan). Jd sobekannya krn mmg proses persalinan. Apakah nyeri selama dijahit? Tidak sesakit kontraksi saya kira,hehe.. krn memang diberi anestesi di sekitar vagina. Jd vagina saya disuntik utk mengurangi nyeri. Apakah masih nyeri pasca jahitan? Beberapa jam setelahnya, tidak nyeri. Ini mungkin karna obat bius yg diberi di sekitar jahitan. Nah setelah beberapa hari mulailah terasa nyeri,hehe.. mgkn karna obat biusnya berkurang. Apakah harus membilas dg air hangat setiap BAK/BAB? waktu itu disarankan bidan utk membilas dg air biasa saja. Krn kl anget dikhawatirkan, bagian sekitar vagina lembab. Setelah jahitan, apakah ada rasa takut utk BAK/BAB? Tentu ada. Hehe.. Rasa kuatir & kepikiran gmn kl jahitannya lepas dll saat BAK/BAB. Tp usahakan kita harus berani melawan itu. Krn bila ditahan akan bermasalah utk kita. Apakah saat BAK/BAB, jahitan terasa nyeri? Iya. Nyeri krn air dr BAK td terkena dibagian yg dijahit. Jujur krn saking ndak kuat nyeri, saya sempat BAK berdiri. Agar air dr BAK tidak mengenai jahitan. Utk kasus saya ternyata jahitan dibagian perineum ada yg terbuka. Saya jg tidak tahu penyebab pastinya. Setelah cek dokter kandungan, disampaikan kemungkinan bidan menjahit kurang pas. Jd masih ada celah. Apakah kita harus sering membilas/menyiram vagina & yg terkena jahitan dg air setelah BAK/BAB? Iya. Semua dokter kandungan yg saya datangi menjawab kompak, WAJIB. Apalagi selama nifas kita masih sering mengeluarkan darah. Jd area td harus benar² bersih dan tidak lembab. Meskipun sakit tetap harus dilakukan? Iya. Jika tidak, akan tjd infeksi dibagian yg dijahit. Dan ada kemungkinan kita akan dijahit ulang. Setelah dibilas dg air lalu? Dikeringkan dg tissue kering. Sebelumnya saya disarankan dokter kandungan yg pertama menggunakan lactacyd yg dicampurkan ke air lalu dibilaskan kebagian yg terkena jahitan & daerah vagina. Kira² 3 bulan lebih saya masih merasa nyeri dibagian jahitan. Luka jahitan td ternyata krn jahitan yg masih membuka sedikit. Dokter kandungan yg ke2, membersihkan lalu memberi obat oles. Selain itu selama nifas saya jg minum banyak air putih dan makan sayur. Pikiran saya waktu itu, sederhana. Cuma agar badan tidak dehidrasi dan sering BAK. Sehingga ketika sering membilas. Area jahitan dan vagina jg bersih. Selain itu jg agar tidak sembelit. Utk perawatan selama nifas saya sangat dibantu oleh suami. Menurut saya, peran suami masa nifas sangat penting. Utk mengingatkan dan mensupport kita dalam masa pemulihan. Krn saat itu saya jg hopeless 3 bulan lebih kondisi saya belum pulih total. Tp suami selalu mensupport dan menemani saat kontrol nifas. Semoga membantu, selalu sehat utk kita semua?? [Source pic : hellosehat]

Read more
Buang air kecil & besar selama masa NIFAS, nyeri?
undefined profile icon
Write a reply

Pengalamanku menghentikan ASI

Pengalamanku menghentikan ASI
undefined profile icon
Write a reply

Saya seorang ibu dg anak Mechonium Aspiration Syndrome

Selasa tgl 15 Oktober 2019 sekitar jam 4 pagi, saya melahirkan anak pertama kami yg bernama Karuna Sankara. Masih teringat jelas HPL (Hari Perkiraan Lahir) anak saya tgl 7 Okt. Jadi mundur 1 minggu dr HPL. Saya ingin menceritakan ini bukan utk berbagi ketakutan ataupun kesedihan. Karna saya dan suami akhirnya sdh merelakan dan menerima apa yg sdh disuratkan Nya utk keluarga kami. Saya juga tidak ingin mengecilkan salah satu profesi tenaga kesehatan manapun. Tujuan saya berbagi pengalaman ini adalah agar sebagai bumil kita semua bisa merencanakan& mempersiapkan lebih baik lagi untuk anak kita. Hari jumat, saya sudah merasakan kontraksi yg cukup hebat. Hari sebelumnya, saya sdh beberapa kali bolak balik ke bidan utk melihat apakah ada pembukaan ternyata belum. Saya dan suami, memang merencanakan utk melahirkan di bidan wkt itu. Bidan yg senior. Krn kondisi saya semuanya dlm keadaan baik dan tidak diperkenankan utk meminta rujukan ke RS meskipun usia kehamilan waktu itu 40weeks lebih. Jumat sampai senin, saya hanya mentok bukaan 2. Selain bidan, kami cb cek ke salah satu RS utk usg. Saat itu kami ketemu dgn dokter kandungan yg lagi² senior dan sepuh. Tp penerimaan beliau kurang baik menurut kami. Akhirnya senin sore kami diminta utk menemui bidan utk dipacu. Jam 15.00 Wib, saya mulai di pacu. Sekitar pkl 18.00 Wib, ketuban saya mulai dipecah bidan katanya utk mempercepat persalinan. Sewaktu dipecah, air ketuban berwarna hijau. Saya agak curiga knp berwarna hijau, tp bidan tsbt ndak bilang apapun. Krn saya kira semuanya baik² saja, akhirnya tetap melanjutkan pacu smp bukaan sempurna jam 12 malam. Mulailah diminta utk mengejan, krn saya ndak tidur dr hari jumat smp senin rasanya ndak kuat. 2 jam berlalu, bayi saya belum keluar. Dari bukaan 10, menurut aturannya seharusnya max 2 jam utk persalinan. Dan kami sdh 2 jam tidak ada tanda² bayi keluar. Suami sudah berkali2 mohon rujukan. Bidan tetap ndak memberikan. Pkl 04.00 pagi, akhirnya anak kami keluar. Dibantu oleh bidan yg lain waktu itu. Tp sayang, tangisannya tidak keras. Badannya pun membiru. Kepalanya pun lonjong, kata bidan ini akan kembali seperti semula. Hanya saja nafasnya yg jd masalah. Anak kami langsung diberi bantuan oksigen & dirujuk ke ruany NICU RS. Kami berdua merantau. Tidak ada keluarga. Diruangan itu ada 4 bayi termasuk anak kami Karuna. Yg satu terkena TBC, yg lain prematur dg BBLR, yg lainnya lg baru saja selesai operasi usus dan yg terakhir anak kami. Berat? Pasti. Penuh tangisan? Tentu. Pertama kali, bertemu dokter anak yg bertugas di NICU. Kami berdua ditanya dan jawaban kami dikonfirmasi dg keterangan yg diberikan oleh bidan yg menangani kami. Ternyata ada beda. Ada keterangan dr bidan yg tidak disampaikan. Dokter anak menyampaikan, penyebab anak kami terkena MAS krn keluarnya cairan mekonium yg seharusnya dikeluarkan setelah lahir. Cairan itu bercampur ketuban dan terhirup masuk ke paru². Kl flashback, jam 6 sore ketuban dipecah sdh berwarna hijau. Kira² dijam tsbt mekonium sdh keluar dan mgkn terhirup smp jam 4 pagi. Kami tanya lagi, penyebab cairan itu keluar apa? Dokter tidak bisa menentukan pastinya. Penyebabnya bs bermacam², bisa karna : usia kehamilan lebih dr 40 weeks, bayi stress, fungsi plasenta yg sdh tidak berfungsi baik, persalinan yg lama dan sulit. Pada akhirnya Karuna hanya bertahan 3 hari. Hari ke 4 anak kami dipanggil Yang Kuasa. Apakah saya sempat memberi ASI? Iya, bersyukur saya masih memberi ASI lewat pumping dan diberikan melalui selang di ruang NICU. Apakah kami sempat menggendong? Tidak. Kami baru bisa menyentuh nya dg puas, saat dia sudah tidak ada. Kami berdua belajar dr pengalaman ini bhw merencanakan persalinan sama pentingnya dg merencakan selama kehamilan. Dlm kondisi ini kami diuji utk tidak saling menyalahkan siapapun baik itu diri sendiri, pasangan maupun tenaga kesehatan yg menangani kami. Karuna Sankara, artinya adalah anak yg mau mengampuni. Ternyata kami dulu yg belajar dari nya. Tetap sehat dan semangat dimanapun kita berada. Semoga kita selalu dlm lindungan Sang Maha, have a great Saturday bumil² dan calon bumil.

Read more
Saya seorang ibu dg anak Mechonium Aspiration Syndrome
undefined profile icon
Write a reply