Ini cerita saat hamil pertamaku. 17 September 2019 Usia kandungan 39w3d Sudah kebiasaan, saat bangun pagi aku langsung pergi k dapur untuk ambil minum. D meja ada segelas air yang ditutup. Saat aku buka trnyta air rendaman akar2an entah bunga2an kering yg terlihat. Aku tak tahu jenis apa itu nanti saja aku tanyakan pada ibu. Aku tutup lagi lalu ambil segelas air dan beberapa potong buah pepaya untuk sarapanku. Setelah makan siang ibu memberiku air rendaman tadi bilangnya aku d suruh minum tapi sebelum minum d suruh baca doa dulu. Kutanya minuman apa ini, beliau bilang "ini air rendaman rumput fatimah dari tetangga yg habis brgkt haji, katanya bsa memperlancar persalinan tapi ibuk dulu gak pernah minum beginian sih tpi d coba aja dulu sapa tau emang berkhasiat. Toh tetangga sebelah beranak 3x dan saat mau melahirkan d semua kehamilannya minum rumput fatimah". Biasanya apa2 yg ibuk kasih k aku ntah makanan/minuman selalu aku cari tau dulu di forum2 kesehatan tapi saat itu tidak aku cari tau, lgsg percaya aja tanpa ada pertanyaan. esok lusa aku akan menyesali perbuatanku ini. Sungguh. Kelar makan malam aku d suruh minum segelas air rendaman rumput fatimah lagi. Aku menaatinya. 18 September 2019 Usia kandungan 39w4d Sama seperti kemarin, setelah makan siang aku minum lagi segelas rumput fatimah. Selepas makan malam pun jg sama. Tapi mulai siang tadi aku mulai mengalami kontraksi yg lumayan intens tapi masih bisa d tahan. Bahkan malam hari aku masih sempet ngajar les dengan kontraksi yg datang setiap 10detik/jam. Ortu mengajakku untuk pergi k RSUD saat itu juga tapi aku menolak, aku bilang aku masih bisa tahan mungkin sampai pagi tiba. 19 September 2019 Usia kandungan 39w5d Tengah malam aku tak bisa tidur, kontraksi makin parah, aku telp suami agar selepas subuh pulang k rumah. ya kita memang LDM-an. Jam setengah dua pagi ibu k kamarku untuk mengecekku yg sedang menahan kontraksi. Akhirnya ibu memaksaku untuk pergi k IGD RSUD, dengan diantar oleh ayah dan ibuku akhirnya aku menurutinya. Jam 02.00 aku sampai di RSUD aku d cek ternyata sudah bukaan 2. Saat itu aku ditanya oleh suster jaga "ibu konsumsi rumput fatimah atau tidak?" lalu aku jawab "iya". Mereka tanya lagi "berapa banyak?" "4 gelas" jawabku. "Siapa yang suruh minum?" "Ibuku." Mereka seperti berdiskusi bahkan memanggil dokter jaga. Lalu tidak lama dokter itu bilang bahaya konsumsi rumput fatimah. Dokter mengedukasi aku dan ibuku saat itu. Selepas itu aku dipindah k ruang bersalin, mereka tidak mengijinkan siapapun untuk masuk bahkan sekedar menemani pun tak boleh. Makin lama kontraksi makin parah, aku kesakitan dan sendirian. Mereka pasang infus dan alat cek denyut jantung pada perutku untuk mengetahui kondisi anakku. Kulihat Ibu sambil menangis memohon pada perawat untuk masuk ruangan bersalin hanya sekedar untuk memijat punggungku yg sakit. Aku bahkan sampai menangis meminta ibu tak meninggalkan ku sendirian diruang bersalin dalam posisi kesakitan tapi perawat hanya mengijinkan ibu masuk 10menit saja. Pukul 07.30 ketuban pecah lalu cek pembukaan dan ternyata sudah bukaan 7. Aku mendengar bisik2 perawat d sampingku bahwa ketubanku hijau. Di jam 07.55 lahirlah anak pertamaku, seorang anak laki-laki, tanpa terdengar tangisan, hanya seru-seruan para dokter bidan dan perawat "Gawat Bayi" kata mereka, sambil membawa pergi anakku k ruang sebelah untuk d tangani. Jangan tanya kondisiku, hancur sudah. 2menit tak terdengar tangisan, 5menit masih sama, lalu tak lama terdengar tangisan bayi. Dokter yg menanganiku bilang "mungkin itu anaknya sudah nangis." Bukan, batinku. Sungguh. Aku tak tau kenapa aku bisa merasa itu bukan anakku yg menangis. Tak lama para dokter bidan perawat yg menangiku tadi memindahkan anakku k ruang intensif. Aku? Dokter yg menangani proses bersalinku masih sibuk mengeluarkan sisa2 yg ada d rahimku. Ketika anakku keluar tanpa tangisan rasanya hatiku hilang setengahnya. Sampai detik ini masih sama rasanya. 1 jam kemudian ada kabar bahwa bayiku tidak bisa diselamatkan. Keracunan ketuban, begitu kata mereka karena ketuban ku hijau sebab mengkonsumsi rumput fatimah. Pihak RS menyuruh keluargaku untuk segera dimakamkan tanpa perlu menunjukkan anakku padaku. Aku belum sempat menggendongnya bahkan sekedar melihat wajahnya secara langsung pun belum. Otakku blank, hatiku hancur, bahkan untuk sekedar teriak menangis pun tak mampu. Ibu meneleponku dari rumah untuk sekedar menghiburku sambil mengirimkan foto anakku, otakku masih lumpuh untuk mencerna kata2 ibuku. Di malam hari baru aku bisa menangis d hadapan suamiku, iya cuma dia yg tau aku menangis kencang. Selama orang2 datang menjenguk ku aku masih bisa tersenyum bahkan tertawa. Setelah berhari-hari berikutnya tetanggaku bilang padaku bahwa ibuku merasa aku menyalahkannya atas kematian anakku. Sungguh, tak pernah sedikitpun aku menyalakannya meskipun beliau yg menyarankan untuk meminum air rendaman rumput fatimah tersebut. Aku menyalahkan diriku sendiri, ini semua 101% kebodohan ku. Meskipun aku menyayangkan ibu yg mudah sekali percaya omongan tetangga. Ibu sampai saat ini masih merasa bersalah padaku. IBU. Aku tak pernah mampu mengucapkan sayang didepannya. Menciumnya apalagi. Tapi aku tau berkat doa2nya hidupku terasa mudah. Mungkin hanya 1 2 kesulitan datang, sisanya mudah. Aku tau dari awal melahirkanku yg anak pertama ini sangat susah, posisi sungsang dengan persalinan normal. Aku paham sakitnya setelah aku melahirkan kemarin. Ibu hebat, ibu perkasa. Ibu garda depan dihidupku. Saat pernikahanku beliau menangis, saat persalinanku beliau menangis. Kuharap tiba saat pemakamanku nanti beliau tidak menangis juga. Aku mengerti sulitnya jadi ibu. Ketahuilah bu, apapun yg kau lakukan pada hidupku nanti2, aku tetap menyayangimu, aku tak pernah menyalahmu. #CeritaIbuTAP
Read moreMy Orders