Diana Tasha profile icon
PlatinumPlatinum

Diana Tasha, Indonesia

Anggota VIP

About Diana Tasha

Mrs. Ahfie | Ummanya Maryam Natasha

My Orders
Posts(29)
Replies(458)
Articles(0)

Dua Minggu Lulus Menyapih Dengan Cinta

Bismillah, assalamu'alaykum, Bun. Masya Allah. Sudah hampir dua tahun tak terasa. Rasanya baru kemarin cerita pengalaman melahirkan dan MPASI pertama disini. Hari ini saya hendak bercerita tentang pengalaman menyapih Maryam. Baiklah, begini... Sejak Maryam berusia 19 bulan, saya mulai lakukan sounding padanya. "May, sekarang Maryam boleh nenen. Tapi nanti Maryam gak akan nenen lagi. Gapapa?" "Iya." Dia selalu jawab begitu. "May, 5 bulan lagi berhenti nenen ya?" "May, 4 bulan lagi berhenti nenen ya?" Terus begitu, sampai dia tiba di usia 22 bulan. "May, nanti kalau sudah genap usia dua tahun, Maryam gak nenen lagi ya? Dua bulan lagi Maryam dua tahun." Dia masih menjawab, "Iya." Meskipun saya juga yakin dia belum mengerti apa itu dua tahun, apa itu "5 4 3 bulan lagi", tapi mungkin setidaknya dia sudah bersiap-siap kalau suatu saat nanti dia gak akan nenen lagi. Tiba diusianya yang ke 22 bulan, sebenarnya saya berencana saat dia genap 2 tahun baru mau mulai disapih. Kemudian saya mulai bertanya-tanya pada Mama saya dan meminta sarannya via videocall. Ya, saya tinggal jauh di Bekasi, keluarga besar di Bandung, biasanya pulang kalo liburan lebaran. "Olesin lipstik aja PD nya. Bilang ih berdarah. Tar dia ga akan mau." "Olesin pait-paitan aja. Nanti dia ga akan mau lagi." Aduh... rupanya gak sefrekuensi nih. Saya iya iya dulu aja. Tidak langsung menyangkal. Khawatir menyinggung perasaan Mama. Nanti aja saya jelaskan bagaimana menyapih dengan cinta sambil bercerita pengalaman saya setelah lulus menyapih. Karena saya tahu saya dan Mama gak sefrekuensi cara menyapihnya, maka saya memutuskan untuk mulai menyapih Maryam saat ini. Agar mudik lebaran nanti dia sudah lulus disapih. Jadi Kakek Neneknya gak perlu menyaksikan drama menyapih cucunya itu seperti rencana saya sebelumnya. Jadi, target saya adalah dua bulan lagi. Meskipun memang sebenarnya gak boleh pakai target sih. Harus menyesuaikan dengan kemampuan dan kesiapan anak, tidak memaksa. Jadi saya juga tidak memaksa. Ini hanya target usaha untuk saya. Kalau Maryam butuh waktu lebih dari dua bulan, saya tidak akan menyesalinya. Nah, 11 Februari 2023, adalah hari pertama saya mulai menyapih Maryam. "Ma, nanti kalo videocall jangan bilang-bilang nenen ya. Maryam mulai disapih hari ini." Pesan saya pada Mama melalui chat. Setiap hari sejak hari pertama dibawa suami, saya memang selalu videocall dengan orang tua. Saya sudah berjanji pada diri sendiri kalau sudah menikah saya akan terus menjaga komunikasi dengan mereka. Hari pertama menyapih, hari ini saya akan memberikan Maryam ASI kalau dia minta saja. Biasanya saya suka tawari dia. "May, hari ini Maryam nenennya Umi kurangi sedikit-sedikit gapapa ga?" Kata saya sambil menatap Maryam yang sedang menyusu itu. Dia hanya mengangguk. "Ih, anak pinter. Masya Allah." Saya akan mengapresiasi dia meski hanya anggukan kecil itu. Saya mencatat frekuensi menyusui pada notes hp. Setiap saya selesai menyusui, saya catat, biar ketahuan hari ini saya menyusui berapa kali dalam sehari. Dan saya menargetkan untuk mengurangi satu kali nenen dalam sehari setiap dua hari. Maksudnya begini, tanggal 11 Maryam nen 5x, besoknya masih 5x, lusa 4x, lalu 4x, selanjutnya 3x dan seterusnya. Tapi untuk nenen malam kalau Maryam kebangun, saya masih akan berikan. Lulus gak nenen siang aja dulu, sudah lulus baru pikirin lulus malam tanpa nenen juga. Esoknya, tanggal 12 Februari, hari Ahad, Abinya Maryam mengajak kami jalan-jalan ke Ecopark, Tebet. Maka hari itu, Maryam yang terlalu asyik bermain jadi lupa untuk nenen. Tapi pukul 2 siang, saat kami menunggu pesanan makan siang, Maryam mulai minta. "Maryam laper ya? Gak nenen gapapa? Makan aja ya? Nenennya nanti di rumah ya? Sabar sayang ya? Makan siangnya lagi disiapin." Kata saya. Akhirnya pesanan kami tiba. Kami makan. Maryam yang sudah kenyang, gak minta "jatah" lagi Setiba di rumah sekitar pukul 5 sore, saya beri Maryam nenen sesuai janji di tempat makan tadi. Sambil menyusui, sambil sounding terus. "May, terima kasih ya, hari ini Maryam hebat. Maryam gak nenen seharian loh. Baru sekarang nenen lagi. Ih. Keren sekali anak Umi. Sudah besar ya?" Sejak jauh hari sebelum mulai menyapih, saya suka ajak dia ngobrol. "May, nenen buat siapa?" "Dede bayi." "Maryam dede bayi bukan?" "Bukan." "Bukan? Wah! Masya Allah! Maryam bukan dede bayi lagi?" "Bukaaan." "Kalau gitu, Maryam mau nenen gak?" "Gamau. Nen gamau. Mam ajah." "Masya Allah. Anak Umi udah gak mau nenen, maunya mam aja? Kereeeen. Hebat!" Dia selalu kegirangan tiap ngobrol begitu. Tapi bisa begitu kalau memang lagi gak mau nenen. Kalau lagi mau, ya tetep aja nangis. Hehe. Nah, hari kedua menyapih rupanya Maryam bisa nenen sekali aja. Berarti hari-hari selanjutnya juga harus bisa sekali aja, atau enggak sama sekali. Oiya, soal PD saya juga ternyata masih cukup banyak produksi ASI. Sore itu saya merasa tidak nyaman, PD serasa penuh. Buibu amat paham lah rasanya. Tapi kemudian saya baru nyadar, biasanya gak menyusui beberapa jam aja udah gak nyaman. Hari ini seharian gak menyusui baru gak nyaman. Artinya produksi ASI saya memang berkurang. Hari kedua dan selanjutnya, saya lebih serius ajak Maryam main di rumah. Untuk mengalihkan perhatiannya. Saya ajak dia main rasanya lebih lelah dari biasanya. Di sela bermain, saya ajak ngobrol seperti biasa. "Ih, udah siang ya? Maryam belum nenen loh. Kereeeen! Masya Allah." Alhamdulillah dia bisa nenen sekali saja, padahal target saya dia masih bisa nenen 4x. Beberapa hari berlalu, Maryam berhasil gak nenen seharian selama beberapa hari berturut-turut itu. Saatnya kami naik kelas agar Maryam gak nenen malam juga. Saya mengganti kebiasaan sebelum tidur. Biasanya nenen, kali ini saya ajak cerita. "May, Umi punya cerita bagus. Mau dengar gak?" Saya tidak lupa pasang wajah seekspresif mungkin. Biar dia juga excited dengarnya. "Mau!" Sahutnya. "Kalau gitu Maryam tiduran ya? Ini cerita pengantar tidur." Dia tiduran. Lalu saya bercerita, ngarang aja sih, "Suatu hari, ada anak kecil, sudah makan. Dan sekarang waktunya tidur siang. Lalu tiba-tiba, ada si Raja Ngantuk datang, dia bertanya 'Siapa disini yang mengantuk?', lalu anak kecil itu berkata, 'Aku~' Lalu si Raja Ngantuk berkata 'Kalau gitu, aku akan taburi kedua mata kamu dengan pasir ajaib ya? Agar kamu mengantuk.'" Lalu saya seolah sedang menaburi kedua matanya pasir ajaib, sambil terus mensugestinya, "Lalu anak itu semakin mengantuk, dan mengantuk. Anak itu kemudian berdoa, bismika Allahumma ayha wa bismika aamut. Atas izin Allah, anak itu pun tidur dengan hati bahagia." Tidur deh, dengan hati bahagia. Lalu begitulah kemudian kebiasaan barunya sebelum tidur. Kadang saya yang ceritakan, kadang suami. Untuk nenen malam, kali ini saya mulai kurangi. Siangnya saya ajak Maryam ngobrol — lagi. "May, nanti malam kalau kebangun minum aja ya? Gak nenen gapapa ya?" "Iya." Teruuus aja saya sounding begitu di siang hari. Waktu malam terjadi, Maryam nangis minta nenen. Ditawari minum gak mau. Tapi nangisnya gak lama, beberapa menit saja, akhirnya minta minum lalu tidur. Malam besoknya juga begitu. Dia memang menangis semalam. Tapi dia tidak memaksa. Dia hanya menangis seperti sedih, tapi mau menerima. Saya bisa rasakan perilakunya saat dia saya gendong-gendong. Nangis, meluk, suara tangisannya sendu, gak ngamuk. "Duh... Anak kesayangan Umi sedih ya? Maafin Umi ya, sayang. Maryam sudah bukan dede bayi lagi. Maryam sudah hebat. Gigi Maryam sudah lengkap. Maryam gak butuh nenen lagi. Sekarang Maryam butuhnya makan dan minum. Terima kasih ya, nak, sudah mau berjuang, sabar, menerima. Maryam ini hebaaat sekali. Umi sayang Maryam. Umi sayang Maryam." Lalu saya juga berkali-kali terus mengatakan betapa saya sayang padanya. "May, sekarang udah gak nenen, gak berarti Umi udah gak sayang lagi sama Maryam. Walaupun Maryam gak nenen lagi Umi tetep sayang Maryam. Umi selalu sayang Maryam. Abi juga. Maryam jangan sedih ya?" Sampai hari ini kalau saya tawari nen, dia selalu jawab, "Nen gamau. Mam ajah." Kalau malam kebangun, mintanya minum air putih di gelas. Setelah lulus disapih, saya dan suami juga sepakat untuk memenuhi nutrisinya lewat makanannya, tidak ada susu formula lanjutan untuk dia. Apalagi melalui dot. Saya dan suami tidak pernah memberi Maryam dot atau empeng sejak bayi. Minum langsung belajar pakai gelas. Alhamdulillah Allah mudahkan. Dan makannya pun lebih banyak dari sebelumnya. Dan PD saya juga alhamdulillah gak bengkak, gak sakit, nyaman nyaman aja walaupun gak disusui berhari-hari. Sempat kerasa gak nyaman lagi, lalu saya perah sendiri pakai tangan, setelah itu biasa lagi sampai hari ini. Mungkin seiring berkurangnya frekuensi menyusu, berkurang juga produksi ASInya. Dua minggu berlalu. Alhamdulillah Maryam lulus disapih tanpa drama. :') Terima kasih sudah membaca, bun. Semoga tulisan saya ini bermanfaat. #bantusharing #firstmom #menyapih

Read more
VIP Member
 profile icon
Write a reply

Bertemu dan Berpisah Karena-Nya (Part 2)

Sungguh, setiap kali kami dibayang-bayangi oleh maut yang bisa kapan saja memutus segala kenikmatan dunia, kenikmatan hidup bersama keluarga, tak pernah ada dalam rumah kami; amarah yang tak kunjung reda, nada bicara tinggi memekakan telinga, pertengkaran yang yang berlangsung lama, atau hal serupa yang hanya akan meninggalkan sesal dan luka. Kadang kala meski ada hal-hal kecil yang menjengkelkan, terlepas siapapun diantara kita yang melakukan kesalahan, kami akan selalu berburu menjadi yang meminta maaf terlebih dulu. Hingga tersisa cinta dan hati yang saling meridhai. Mengingat maut, memang adalah cara terbaik untuk menempatkan cinta sesuai porsinya. Ia akan sangat menggebu seolah esok lusa kita akan kehilangannya. Tapi ia akan tetap tertahan agar tak terlalu dalam hingga kita senantiasa sadar bahwa dia juga hanya manusia biasa yang akan meninggal atau ditinggalkan kita. Maka tak ada lagi luka yang terlalu dalam jika perpisahan datang menyapa. Pun tak akan ada pahit getirnya akibat telah membuat cemburu Rabb-Nya. Cinta, yang sesuai takarannya. Cinta yang secukupnya. Kita bersama tak akan selamanya jika kaki-kaki ini belum juga menapaki surga. Semoga kita teringat pada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menerangkan mengenai tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari yang tiaddzikrulmaut naungan selain dari-Nya. Di antara golongan tersebut adalah, وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ “Dua orang yang saling mencintai karena Allah. Mereka berkumpul dan berpisah dengan sebab cinta karena Allah.” (HR. Bukhari no. 660 dan Muslim no. 1031) Uhibbuka fillah, suamiku. #pernikahan #dzikrulmaut

Read more
Bertemu dan Berpisah Karena-Nya (Part 2)
 profile icon
Write a reply

Suami Istri yang Berburu Maaf

Dalam pernikahan, ada kalanya setiap pasangan tidak satu frekuensi. Karena memang bukan hanya anatomi tubuh saja yang berbeda, tapi juga secara akal dan perasaaan keduanya menjadi perbedaan yang saling melengkapi. Ada kalanya sesuatu memancing pertengkaran terjadi. Entah karena miss-komunikasi, atau karena keduanya sama-sama lelah menjalani hari. Rumah tangga yang ideal bukanlah sebuah keluarga yang tak pernah memiliki konflik. Melainkan adalah keluarga yang mau mengakui kesalahan kemudian meminta maaf. Pernah terjadi pada suatu malam. Saat itu seorang suami sedang mengerjakan beberapa pekerjaan di rumahnya. Anak mereka sudah tidur. Istrinya mengajak bercanda. Sang suami yang sedang fokus bekerja itu tak bisa benar-benar menanggapi perkataan istrinya sehingga terjadi miss-komunikasi. Tanpa sengaja, suaminya mengerutkan alis sembari mendengus kesal. Bisa ditebak, istrinya sedih, memunggungi suaminya lalu menangis. Selama menangis beberapa menit, dalam hati sang istri berbicara sendiri: tidak menerima perlakuan suaminya, tidak merasa bersalah, menunggu suaminya meminta maaf. Tapi kenyataannya, suaminya tetap asyik dengan pekerjaannya. Wanita itu kemudian teringatkan sabda Rasulullah; yang mana jika dirinya yang meminta maaf terlebih dahulu, terlepas dari siapa yang salah siapa yang benar, maka surga untuknya. Wanita itu kemudian mengalahkan egonya. Ia bangkit dari tempat tidurnya lalu kembali pada suaminya itu. Memeluknya dari belakang. Hendak meminta maaf. Suaminya kemudian, entah apa yang dia rasakan setelah istrinya memeluk di balik punggunya, tiba-tiba jadi dia yang terlebih dulu meminta maaf. Keduanya yang memiliki prinsip minta "maaf duluan" kemudian saling bermaafan dan kembali bercanda. "Aku tadi mau minta maaf duluan, kok malah kamu sih?" Protes istrinya, "Pokoknya aku yang duluan minta maaf." Sahut suaminya sembari tersenyum. Masya Allah, indahnya suami istri yang berburu maaf. Semoga Allah merahmati keduanya dan keluarganya. Sering kita jumpai berbagai nasihat yang sebenarnya ditujukan untuk suami; "Minta maaflah, menjadi dewasa itu bukan sekedar jumlah angka. Wanita itu egonya tinggi." atau beragam konten candaan yang isinya sama: sama-sama menyuruh bapak-bapak minta maaf duluan aja. Sayangnya, yang mengambil isi nasihat ini justru para istri yang semakin merasa divalidasi egonya. Sehingga banyak kemudian beragam keluh kesah tentang suami mereka sendiri di kolom komentar. Ah, bun, marilah bijak mengambil nasihat. Fokus perbaiki diri adalah dengan mengambil nasihat yang tepat. Jika salah alamat ambil nasihat, jadinya malah menuntut dan mematikan hati yang senantiasa bersyukur. Follow ig @sdianatsh for more #bantusharing #cerita_pernikahan

Read more
Suami Istri yang Berburu Maaf
 profile icon
Write a reply

Sambal Goreng Hati-Kentang (No Minyak, No Gula)

Assalamu'alaikum, Bunda. Siapa disini yang merasa berdosa kalo masak pakai minyak karena harga minyak masih mahal? Sama bun. Hihihi. Harganya yang mahal juga mungkin menjadi titik balik bagi saya dan suami — yang masih seneng nyemil gorang gorengan :') Jadi kami alhamdulillah sudah mulai sangat sangat membatasi konsumsi minyak juga gula. Jadi biasanya saya masak itu bermain di gula + garam biar enak, hari ini saya bermain dengan segala rempah-rempah dan garam + lada. Saya share resepnya disini ya bun 😁 Bahan-bahan: 1. 1/4kg hati ayam 2. 1/2kg kentang 3. 1 buah wortel 4. 3 cm kunyit 5. 2cm jahe 6. 3 siung baput 7. 4 siung bamer 8. Ketumbar 9. Kemiri 10. 5 buah cabe keriting 11. Cabe rawit sesuai selera aja 12. 1 buah tomat 13. Daun jeruk 14. Lada (saya pake mentahan, jadi ladanya saya gerus sendiri) 15. Garam secukupnya Cara Memasak: 1. Baca bismillah, niatkan ibadah. Biar masaknya berpahala. Hehe 2. Potong dadu kentang dan hati ayam, cuci bersih. 3. Potong wortel sesuai selera, cuci bersih. 4. Rebus kentang sampai agak empuk. 5. Sangray hati ayam sampai teksurnya kering warnanya coklat kehitaman. 6. Ulek semua bumbu sampai halus, sisakan daun jeruk. 7. Masukan sekitar 30ml air ke dalam teflon anti lengket (Saya gatau kalau tidak pakai teflon anti lengket bakal gimana masak tanpa minyak) 8. Tumis bumbu yang sudah dihaluskan dengan air sampai harum. Tambahkan garam secukupnya. Beri daun jeruk. 9. Masukan wortel, aduk sebentar. 10. Tambahkan kentang dan hati, aduk lagi. 11. Sambal goreng hati kentang siap disajikan. Alhamdulillah bisa tetep masak enak walau tanpa minyak dan gula. Seneng banget bun. Hehe. :') Baiklah. Semoga bermanfaat ya bunda. Selamat mencoba. 🤗 #bantusharing #resepmasakan

Read more
Sambal Goreng Hati-Kentang (No Minyak, No Gula)
 profile icon
Write a reply

Maryam Sedang Tumbuh Gigi Tapi Masih Mampu Makan dengan Lahap

Bismillah. Assalamu'alaikum, bunda. Adakah disini bunda yang sedang berjuang dalam kesabaran saat menyuapi dek bayi yang sedang tumgi? Semangat ya bun. Semoga Allah balaskan surga untuk kesabaranmu yang luar biasa itu. :') Begini, saya mau share pengalaman tumgi bayi saya, Maryam. Boleh? Semoga saja bisa bermanfaat. Sebelumnya saya pernah share pengalaman awal MPASI saya disini ya? Hehe https://community.theasianparent.com/q/assalamu_alaikum_bunda_belakangan_ini_banyak_saya_temui_pertanyaan_yang_bunyinya/3635519?d=android&ct=q&share=true Ya... Alhamdulillah proses Maryam beradaptasi hanya memakan waktu 3 minggu. Setelah itu, dia mulai terbiasa untuk makan. Eh tapi... Banyak saya dan suami jumpai keluhan anak GTM saat tumgi. Maka saya dan suami menyiapkan mental sebaik mungkin. Siap-siap aja dengan drama GTM kalo giginya mulai tumbuh. Di usianya yang ke 8 bulan, saya lihat segaris kecil putih di gusi bawahnya Maryam. Suami coba minta Maryam gigit jarinya terus jarinya kena ke gusi tersebut. Meringis wajahnya bayi lucu kami, kesakitan mungkin. Saya toel lagi gusi itu untuk memastikan apa itu mau tumgi atau bukan. Pas saya sentuh lah iya betul, agak menonjol gusinya, Maryam juga meringis lagi wajahnya. Oke, kami sudah siap mental untuk menghadapi GTM karena tumgi. Beberapa hari berlalu. Ternyata benar. Maryam menolak makan makanan pokoknya. Baiklah. Ini pasti karena tumgi. Di jam snacknya juga ga mau makan. Biasanya lahap kalo saya kasih buah naga atau pisang kerok. Oke. Ini dia GTM. Gak mau makan apapun, menu utama maupun cemilannya. Tapi, Maryam gak rewel. Sehari-harinya masih ceria, aktif, babling, suka tertawa. Apa giginya gak sakit ya? Di suatu jam ngemil, saya coba kasih Maryam kukis kentang dan nutripuff juga biskuit. Eh dia doyan. Makan terus. 😅 Jangan-jangan kalo saya kasih kerupuk juga dia seneng. 😐 Ah big no. Gak ada gizinya dan malah bikin ketagihan. Mending ganti kerupuk dengan kulit ayam goreng crispy. 😆 Tapi belum saya kasih sih. Hehe. Kemudian satu sore, Maryam merangkak, meraih centong nasi yang ada nasinya disitu. Terus dia colekin nasinya, makan. Lucu banget. 😭 Nah, sejak itu, malamnya saya diskusi dengan suami. Lalu kami coba kasih Maryam potongan kentang rebus. Ternyata dia sangat menikmati. Saya kasih kuning telur, juga sangat menikmati. Lalu kami menyimpulkan, rupanya Maryam ingin naik tekstur. Jadi besoknya, saya masak bubur tanpa disaring. Tapi ternyata, ditolak. Buah naga juga ditolak. 😩 Yasudah, saya rebus potongan kecil kentang, tempe, ayam. Untuk lemaknya, saya mengolah santan dan telur biar jadi kuahnya. Ternyata... DITERIMA! 😂 Maryam mau makan dengan lahap bareng saya dan suami. Dan kelihatan sangat menikmati makanannya. Mau mengunyah. Mangap minta lagi. Banyak juga makannya. Well, ternyata tumgi ga selalu menjadi penyebab anak kita GTM. Saat saya kira Maryam GTM karena tumgi, ternyata dia hanya ingin makanan yang harus dikunyah. Walau padahal giginya juga baru tumbuh satu, yang depan. Tapi saya kepikiran. Apa gak apa-apa dia ngunyah dengan gusinya? Memang makanannya akan lumat? Ternyata, beberapa hari kemudian saya menemukan jawabannya di akun ig-nya leonavictoria_ahligizi. Berikut saya tautkan linknya, https://www.instagram.com/p/CYSxL70BPO6/?utm_medium=copy_link Dikatakannya bahwa ternyata gusi bisa digunakan untuk mengunyah, bahkan daging sekalipun. Memang sih, tiap saya cek makan yang Maryam kunyah ternyata bisa lumat. MasyaAllah. Tak lama dari situ juga, kemarin suami share instastorynya dr. Tan. Dibagikan disana kisah ibu-ibu lain yang sepengalaman dengan saya. "Gak semua tumgi adalah penyebab anak GTM." Imbuh dr. Tan. Bunda-bunda ada yang lihat storynya juga kemarin? 🙋 Juga... Maryam nampak anteng meski tumgi. Gak rewel sama sekali. Tetap ceria. Mau makan. Mau ngunyah. Apa mungkin memang giginya gak sakit? Atau dia yang terlalu strong menahan sakitnya? :') Saya coba minta Maryam gigit jari saya dengan giginya yang kian bertumbuh itu. Sakit. Ya. Saya yang kesakitan. Anaknya malah tertawa. 😅 Jadi mungkin memang tidak sakit bagi Maryam saat dia tumgi. Kok bisa? Entah memang karena cara ini atau bukan. Tapi saat Maryam masih newborn, saya nemu postingan (lagi-lagi) dari dr. Tan. Dikatakannya disana bahwa penyebab tumgi bisa membuat anak sakit, bengkak, demam, itu karena ada bakteri pada gusinya. Maka gusi bayi perlu disikat malam sebelum anak tidur. Bersihkan sisa ASInya. Duh saya nyari lagi postingan ini gak nemu. Andai bisa saya temukan, pasti saya screenshoot lalu saya bagikan disini. Atau kiranya bunda pernah baca postingan ini? Boleh share di kolom reply. Nah, setelah menemukan postingan tersebut, suami beli sikat gigi khusus bayi yang dari silicon itu. Tapi saya sikat gusi Maryam setiap dia mandi pagi dan sore sih. Bukan malam sebelum tidur. Soalnya bingung juga. Malam sebelum tidur Maryam kan saya kasih ASI. 😅 Jadi yasudah, sikat gusinya sambil mandi aja. Sambil sesekali bersihkan lidahnya juga dengan kain kasa dan air hangat. Sambil berharap semoga apa yang saya lakukan ini memang efektif. Semoga saat tumgi nanti, Maryam gak sakit. Ternyata alhamdulillah, tumginya gak kesakitan. Entah memang karena saya sikat gusinya, atau entah karena apa. Yang jelas Allah sudah berkehendak demikian. Alhamdulillah. Nah, begitulah bun. Kiranya bunda punya bayi yang masih jauh dari masa MPASI dan belum tumbuh gigi, boleh dicoba sikat gusi bayinya. Mudah-mudahan ilmu dari dr. Tan ini bisa berhasil membuat gigi dan gusi anak bunda tidak sakit saat tumbuh gigi nanti. Juga kiranya bunda sedang mengalami anak GTM karena tumgi, tapi selama ini masih dikasih bubur, coba naikan teksturnya. Siapa tau bayinya memang ingin naik tekstur. Tapi kalau segala cara sudah dicoba tapi anak masih GTM, yasudah, bunda sudah berusaha yang terbaik. We appreciate that. Semoga kesabaranmu yang luar biasa itu Allah balas surga dan anak yang sehat, shalih/shalihah. Sekian. Semoga bermanfaat. ♥🤗 #bantusharing #mpasi #tumbuhgigi #GTM

Read more
 profile icon
Write a reply

Bubur Ikan Tongkol Seledri (6+)

Assalamu'alaikum, bunda. Hari ini saya share lagi resep MPASI ya? Dikutip dari https://www.google.com/amp/s/www.orami.co.id/magazine/amp/manfaat-ikan-tongkol/ , berikut adalah manfaat ikan tongkol untuk bayi. Tongkol adalah ikan yang sangat mudah ditemukan di pasaran, namun nilai gizinya tak bisa disepelekan. Ikan tongkol kaya akan protein, zat besi, kalsium, serta vitamin A, dan vitamin C. Seperti halnya ikan salmon, ikan tongkol juga kaya akan omega 3 yang baik untuk perkembangan otak bayi. Para peneliti percaya bahwa peningkatan kognitif dari makan ikan ini berasal dari asam lemak omega-3 docosahexaenoic acid (DHA). Baiklah, berikut resepnya. 😁 Saya sekali masak ini untuk 3x makan. Bahan: 1. Karbo: Nasi, 3 kepal dek bayi 2. Prohe: Ikan Tongkol, 3x lebar dan tebal telapak tangan dek bayi 3. Prona: Tahu, 3x tebal dan lebar telapak tangan dek bayi 4. Lemak: Santan 30ml 5. Sayur: Wortel, 3 raup / telapak tangan dek bayi 6. Minyak Ayam: untuk menumis bumbu halus Bumbu: Bamer, Baput, Seledri Cara memasak: (Jangan lupa cuci tangan dulu) 1. Tumis bumbu dengan minyak ayam hingga harum. 2. Tuangkan air secukupnya. 3. Masukan semua bahan. Aduk. 4. Tambah santan. 5. Beri secubit kecil garam. 6. Aduk-aduk terus hingga menjadi bubur. 7. Angkat, ulek saring. Tekstur menyesuaikan kemampuan si bos. 8. Simpan dalam wadah tertutup dalam kulkas. Dan karena ini homemade, bahannya gak bisa asal cemplung. Harus ada perjuangan ekstra untuk memastikan semua bahan bisa mencukupi kebutuhan gizi dek bayi. Disini ekstra cinta ibunya. 😘 Jadi saya juga tambahkan cara menakar timbangan bahan MPASI. Dapat screenshot dari highlight dr. Tanshotyen. Biar kita gak perlu pakai timbangan lagi. Kepada para bunda yang sedang asyik berburu resep untuk mempersiapkan menu MPASI pertama si kecil, ada yang lebih penting untuk di persiapkan daripada menu: Mental dan Kesabaran. 😁 Sekian ya bun. Semoga bermanfaat. ♥ #bantusharing #mpasi

Read more
Bubur Ikan Tongkol Seledri (6+)
 profile icon
Write a reply

Bubur Ikan Mas (8+)

Assalamu'alaikum bunda. Hari ini saya mau share resep MPASI Bubur Ikan Mas ya? Tadinya saya belum PD buat share-share resep. Tapi ternyata banyak yang dm ke ig saya minta share resep. Baiklah, saya share disini boleh ya? 😁 Saya sekali masak ini untuk 3x makan. Bahan: 1. Karbo: Nasi, 3 kepal dek bayi 2. Prohe: Ikan Mas, 3 telapak tangan dek bayi 3. Prona: Tempe, 3 telapak tangan dek bayi 4. Lemak: Santan 1/2 gelas teh 5. Sayur: Wortel, 3 raup / telapak tangan dek bayi 6. Minyak Ayam: untuk menumis bumbu halus Bumbu: Bamer, Baput. Cara memasak: (Jangan lupa cuci tangan dulu) 1. Tumis bumbu dengan minyak ayam hingga harum. 2. Tuangkan air secukupnya. 3. Masukan semua bahan. Aduk. 4. Tambah santan. 5. Beri secubit kecil garam. 6. Aduk-aduk terus hingga menjadi bubur. 7. Angkat, ulek saring. Tekstur menyesuaikan kemampuan si bos. 8. Simpan dalam wadah tertutup. Begitu bun. Dan karena ini Prohe-nya pakai ikan mas, setelah saya lihat lagi di fitur makanan dan nutrisi TAP, maka resep ini untuk bayi 8 bulan ya bun. Kalo untuk 6+ ya ganti saja Prohe-nya suka-suka. Dan karena ini homemade, bahannya gak bisa asal cemplung. Harus ada perjuangan ekstra untuk memastikan semua bahan bisa mencukupi kebutuhan gizi dek bayi. Disini ekstra cinta ibunya. 😘 Jadi saya juga tambahkan cara menakar timbangan bahan MPASI. Dapat screenshot dari highlight dr. Tanshotyen. Biar kita gak perlu pakai timbangan lagi. Di slide terakhir, saya screenshoot lagi jawaban dr. Tanshotyen tentang bagaimana cara menakar setiap bahan dengan tangan bayi. Sekian ya bun. Semoga bermanfaat. ♥ #bantusharing #mpasi

Read more
Bubur Ikan Mas (8+)
 profile icon
Write a reply

MPASI Instan VS Homemade. Mana yang Lebih Baik? Watch Our Mouth!

Assalamu'alaikum bunda. Bunda pasti sudah tidak asing dengan kalimat menyakitkan seperti ini, "Anakmu dikasih fortif? Duh.. jangan males jadi ibu. Harus mau ribet dikit. Mending bikin sendiri, lebih fresh. Gak pake pengawet. Anak juga jadi lebih mudah nantinya buat suka menu keluarga." Atau, "Ngapain ribet-ribet bikin sendiri sih? Kan ada yang instan. Kandungan gizinya lebih pas. Sudah ditakar dari sananya. Bikin sendiri belum tentu takaran gizinya sesuai dengan yang bayi butuhkan." Nah. Watch our mouth. Kalimat itu menyakitkan lho. Mari kita kembali dulu ke tujuan MPASI. 1. Ibadah 2. Memenuhi kebutuhan gizi anak 3. Agar anak nanti mau makan menu keluarga Baik, sekarang mari kita bahas MPASI Instan. Meski dia disebut "instan", tapi dia tidak bisa disamakan dengan mie instan kesukaan kita. Ini makanan khusus bayi, yang perutnya masih beradaptasi dan belum sekuat perut kita. Maka, perlu ada serangkaian proses yang harus dilalui agar memenuhi syarat untuk dikonsumsi bayi yang rapuh ini. Dan bubur instan pabrikan ini sudah memenuhi syarat-syarat ketat tersebut sehingga aman dipasarkan. Tapi, yang instan pakai pengawet! Ya. Memang pakai pengawet. Tapi dia aman. Penjelasan selengkapnya, klik tautan berikut. https://id.theasianparent.com/bubur-bayi Dikutip dari kompas.com, berikut kata dr. Meta. “Silakan saja kalau para ibu mau bikin MPASI homemade. Asal tahu seberapa banyak daging sapi yang mesti dimasak. Tahu, daging ayam, ati ampela, atau bayam yang harus diolah seberapa?” “MPASI intan ini lebih praktis karena telah mengandung zat besi yang diaktivasi dalam jumlah yang tepat,” Untuk sisi plus minusnya, berikut kata beliau. “Minusnya, MPASI instan tuh lebih mahal dengan rasa dan tekstur itu-itu saja. Kelebihannya lebih praktis dan ibu tidak usah berpikir lagi takaran gizinya,” Penjelasan selengkapnya, silakan klik tautan berikut. https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/sains/read/2018/02/10/210600123/ini-alasan-dokter-meta-lebih-sarankan-mpasi-instan-untuk-anak Nah, untuk MPASI instan ini setidaknya dua tujuan MPASI bunda tercapai. Ibadah dan mencukupi gizi anak. Hanya agak butuh "perjuangan ekstra" untuk tujuan ketiga: agar anak mau makan menu keluarga. Selanjutnya kita bicara soal MPASI Homemade. IDAI lebih menganjurkan MPASI Homemade ketimbang Instan. Berikut pula ulasannya. https://id.theasianparent.com/bubur-bayi Sudah kita sepakati dengan homemade kita lebih tau apa yang dimasukan ke dalam makanan bayi kita. Chefnya adalah seorang yang sangat mencintai dek bayi — ibunya. Bahannya lebih terjamin freshnya, higienisnya juga ada kepuasan tersendiri sebagai ibunya. Ia juga lebih kaya tekstur. Bisa dinaikan atau diturunkan, menyesuaikan dengan kemampuan si bos kecil. Sehingga tujuan pertama dan ketiga akan lebih mudah tercapai: ibadah dan anak mau makan menu keluarga. Hanya saja perlu "perjuangan ekstra" untuk menakar setiap bahan agar tujuan kedua tercapai: mencukupi kebutuhan gizi bayi. Jadi, baik MPASI instan maupun homemade, keduanya sama-sama butuh perjuangan ekstra, bukan? Hanya saja bedanya apa yang diperjuangkan. Lalu tentang menjaga perasaan ibu yang sudah berjuang. Mari kita lebih berempati. Ibu yang satu kiranya lebih beruntung karena memiliki waktu luang yang lebih banyak, bayinya pun Allah takdirkan lahap memakan MPASI homemade ibunya. Saya garis bawahi ya? Allah takdirkan. Karena apapun yang masuk ke dalam perut anak kita juga tak lepas dari kehendak Allah bukan? Dia gerakan mulut bayi untuk terbuka lalu ngunyah lalu menelan. Eh tapi, ibu ini dikata-katai orang. Katanya, "Gak efisien banget sih. Ada yang instan kok repot-repot bikin?" "Ih gizinya belum tentu cukup itu. Kamu yakin gizinya cukup? Tar anak kamu kurang gizi lho." Down. Perasaan ibu yang sudah berjuang itu hancur dan menyisakan insecure. Sementara ibu yang lain, dia sudah beli; ulekan saringan, teflon khusus, dan peralatan makan terbaik berbulan-bulan sebelum anaknya genap 6 bulan. Dia juga sudah belajar memasak MPASI sendiri bahkan sejak anaknya berusia 3 bulan. Segala buku dan literasi tentang MPASI Homemade dia pelajari. Tepat usia anaknya genap 6 bulan, dia semangat dan penuh harap saat meracik MPASI buatan tangannya. Tapi ternyata, anaknya tak mau makan. Patah hati ibunya. Ia lebih lahap makan MPASI instan. Yah... Daripada gizinya jadi tak tercukupi, akhirnya si ibu memilih fortif untuk makanan anaknya sambil terus mencoba diselingi homemade. Ia masih berharap anaknya mau makan masakannya. Allah telah menakdirkan MPASI instan sebagai rezeki anak itu. Lalu apa kata orang? "Kok gak mau repot dikit aja jadi ibu? Itu pake pengawet loh." "Mending bikin sendiri. Lebih fresh. Kita lebih tau apa yang dimakan anak kita. Lebih dijamin higienisnya." "Duh... Dimana-mana juga bikin sendiri lebih baik daripada instan. Ada cinta dari ibu disana." Patah lagi hati ibu itu. Semula patah karena anaknya menolak masakannya. Ditambah omongan orang-orang tak punya hati. Jikalah tanda cinta hanya sebatas bagaimana ibu memasak, tentulah semua ibu akan berlomba-lomba berlama-lama di dapurnya. Untungnya cinta ibu tidak dinilai secetek itu. Cinta ibu dinilai dari segala hal yang dia berikan untuk anaknya. Baik instan maupun harus ekstra repot. Apa yang diberikan tetaplah yang terbaik menurutnya bagi putra putrinya. Nah begitulah. Saya tidak cenderung pada salah satu dari keduanya. Menurut saya keduanya baik. Keduanya memiliki plus minusnya. Keduanya memiliki perjuangan yang berbeda. Keduanya memiliki ekstra cinta dari bunda. Keduanya adalah pilihan terbaik untuk anak-anak kita. Jikalah kita ingin menjaga perasaan ibu yang lain, cukuplah kita untuk tidak berpikiran bahwa "Saya lebih baik daripada kamu." Jikalah kita ingin menjaga perasaan kita sendiri dari rasa insecure, cukuplah kita untuk tidak berpikiran bahwa "Dia lebih baik daripada saya." Maka yang harus tetap kita yakini adalah, "Setiap ibu tahu apa yang terbaik untuk anaknya. Dan ibu yang baik selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya." Dengan begitu maka saya, kamu, dia, mereka, adalah ibu yang baik untuk setiap anak-anaknya. Semoga Allah jaga selalu hati dan lisan kita. Terima kasih sudah membaca. 😁 #bantusharing #momsupportingmom #mpasi

Read more
 profile icon
Write a reply