MPASI Instan VS Homemade. Mana yang Lebih Baik? Watch Our Mouth!
Assalamu'alaikum bunda. Bunda pasti sudah tidak asing dengan kalimat menyakitkan seperti ini, "Anakmu dikasih fortif? Duh.. jangan males jadi ibu. Harus mau ribet dikit. Mending bikin sendiri, lebih fresh. Gak pake pengawet. Anak juga jadi lebih mudah nantinya buat suka menu keluarga." Atau, "Ngapain ribet-ribet bikin sendiri sih? Kan ada yang instan. Kandungan gizinya lebih pas. Sudah ditakar dari sananya. Bikin sendiri belum tentu takaran gizinya sesuai dengan yang bayi butuhkan." Nah. Watch our mouth. Kalimat itu menyakitkan lho. Mari kita kembali dulu ke tujuan MPASI. 1. Ibadah 2. Memenuhi kebutuhan gizi anak 3. Agar anak nanti mau makan menu keluarga Baik, sekarang mari kita bahas MPASI Instan. Meski dia disebut "instan", tapi dia tidak bisa disamakan dengan mie instan kesukaan kita. Ini makanan khusus bayi, yang perutnya masih beradaptasi dan belum sekuat perut kita. Maka, perlu ada serangkaian proses yang harus dilalui agar memenuhi syarat untuk dikonsumsi bayi yang rapuh ini. Dan bubur instan pabrikan ini sudah memenuhi syarat-syarat ketat tersebut sehingga aman dipasarkan. Tapi, yang instan pakai pengawet! Ya. Memang pakai pengawet. Tapi dia aman. Penjelasan selengkapnya, klik tautan berikut. https://id.theasianparent.com/bubur-bayi Dikutip dari kompas.com, berikut kata dr. Meta. “Silakan saja kalau para ibu mau bikin MPASI homemade. Asal tahu seberapa banyak daging sapi yang mesti dimasak. Tahu, daging ayam, ati ampela, atau bayam yang harus diolah seberapa?” “MPASI intan ini lebih praktis karena telah mengandung zat besi yang diaktivasi dalam jumlah yang tepat,” Untuk sisi plus minusnya, berikut kata beliau. “Minusnya, MPASI instan tuh lebih mahal dengan rasa dan tekstur itu-itu saja. Kelebihannya lebih praktis dan ibu tidak usah berpikir lagi takaran gizinya,” Penjelasan selengkapnya, silakan klik tautan berikut. https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/sains/read/2018/02/10/210600123/ini-alasan-dokter-meta-lebih-sarankan-mpasi-instan-untuk-anak Nah, untuk MPASI instan ini setidaknya dua tujuan MPASI bunda tercapai. Ibadah dan mencukupi gizi anak. Hanya agak butuh "perjuangan ekstra" untuk tujuan ketiga: agar anak mau makan menu keluarga. Selanjutnya kita bicara soal MPASI Homemade. IDAI lebih menganjurkan MPASI Homemade ketimbang Instan. Berikut pula ulasannya. https://id.theasianparent.com/bubur-bayi Sudah kita sepakati dengan homemade kita lebih tau apa yang dimasukan ke dalam makanan bayi kita. Chefnya adalah seorang yang sangat mencintai dek bayi — ibunya. Bahannya lebih terjamin freshnya, higienisnya juga ada kepuasan tersendiri sebagai ibunya. Ia juga lebih kaya tekstur. Bisa dinaikan atau diturunkan, menyesuaikan dengan kemampuan si bos kecil. Sehingga tujuan pertama dan ketiga akan lebih mudah tercapai: ibadah dan anak mau makan menu keluarga. Hanya saja perlu "perjuangan ekstra" untuk menakar setiap bahan agar tujuan kedua tercapai: mencukupi kebutuhan gizi bayi. Jadi, baik MPASI instan maupun homemade, keduanya sama-sama butuh perjuangan ekstra, bukan? Hanya saja bedanya apa yang diperjuangkan. Lalu tentang menjaga perasaan ibu yang sudah berjuang. Mari kita lebih berempati. Ibu yang satu kiranya lebih beruntung karena memiliki waktu luang yang lebih banyak, bayinya pun Allah takdirkan lahap memakan MPASI homemade ibunya. Saya garis bawahi ya? Allah takdirkan. Karena apapun yang masuk ke dalam perut anak kita juga tak lepas dari kehendak Allah bukan? Dia gerakan mulut bayi untuk terbuka lalu ngunyah lalu menelan. Eh tapi, ibu ini dikata-katai orang. Katanya, "Gak efisien banget sih. Ada yang instan kok repot-repot bikin?" "Ih gizinya belum tentu cukup itu. Kamu yakin gizinya cukup? Tar anak kamu kurang gizi lho." Down. Perasaan ibu yang sudah berjuang itu hancur dan menyisakan insecure. Sementara ibu yang lain, dia sudah beli; ulekan saringan, teflon khusus, dan peralatan makan terbaik berbulan-bulan sebelum anaknya genap 6 bulan. Dia juga sudah belajar memasak MPASI sendiri bahkan sejak anaknya berusia 3 bulan. Segala buku dan literasi tentang MPASI Homemade dia pelajari. Tepat usia anaknya genap 6 bulan, dia semangat dan penuh harap saat meracik MPASI buatan tangannya. Tapi ternyata, anaknya tak mau makan. Patah hati ibunya. Ia lebih lahap makan MPASI instan. Yah... Daripada gizinya jadi tak tercukupi, akhirnya si ibu memilih fortif untuk makanan anaknya sambil terus mencoba diselingi homemade. Ia masih berharap anaknya mau makan masakannya. Allah telah menakdirkan MPASI instan sebagai rezeki anak itu. Lalu apa kata orang? "Kok gak mau repot dikit aja jadi ibu? Itu pake pengawet loh." "Mending bikin sendiri. Lebih fresh. Kita lebih tau apa yang dimakan anak kita. Lebih dijamin higienisnya." "Duh... Dimana-mana juga bikin sendiri lebih baik daripada instan. Ada cinta dari ibu disana." Patah lagi hati ibu itu. Semula patah karena anaknya menolak masakannya. Ditambah omongan orang-orang tak punya hati. Jikalah tanda cinta hanya sebatas bagaimana ibu memasak, tentulah semua ibu akan berlomba-lomba berlama-lama di dapurnya. Untungnya cinta ibu tidak dinilai secetek itu. Cinta ibu dinilai dari segala hal yang dia berikan untuk anaknya. Baik instan maupun harus ekstra repot. Apa yang diberikan tetaplah yang terbaik menurutnya bagi putra putrinya. Nah begitulah. Saya tidak cenderung pada salah satu dari keduanya. Menurut saya keduanya baik. Keduanya memiliki plus minusnya. Keduanya memiliki perjuangan yang berbeda. Keduanya memiliki ekstra cinta dari bunda. Keduanya adalah pilihan terbaik untuk anak-anak kita. Jikalah kita ingin menjaga perasaan ibu yang lain, cukuplah kita untuk tidak berpikiran bahwa "Saya lebih baik daripada kamu." Jikalah kita ingin menjaga perasaan kita sendiri dari rasa insecure, cukuplah kita untuk tidak berpikiran bahwa "Dia lebih baik daripada saya." Maka yang harus tetap kita yakini adalah, "Setiap ibu tahu apa yang terbaik untuk anaknya. Dan ibu yang baik selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya." Dengan begitu maka saya, kamu, dia, mereka, adalah ibu yang baik untuk setiap anak-anaknya. Semoga Allah jaga selalu hati dan lisan kita. Terima kasih sudah membaca. 😁 #bantusharing #momsupportingmom #mpasi
Mrs. Ahfie | Ummanya Maryam Natasha