Ketika ribut dgn suami

Peluk erat mbak. Maaf kalau bagi sebagian orang komentar saya anti mainstream. Qodarullah sejak usia 3 tahun ibu saya jadi TKI dan usia 12 tahun ortu saya cerai. Dalam perjalanan hidup, saya menemukan beberapa hal menarik tentang wanita, yakni: 1. Sejak SMP saya bertekad untuk mendidik diri saya agar saya berpengetahuan luas dan menjadi wanita yang berkualitas karena saya nggak tau akan seperti apa suamiku kelak. Harapan nya dapat suami yang ngayomi, mendidik istri dan baik. Tapi apakah kenyataan nya pasti seperti itu? Bagaimana jika Tuhan menganugerahkan suami yang tidak open minded dan nggak mendidik istri sedangkan sayapun nggak punya bekal ilmu yang cukup, lalu mau dibawa kemana rumah tanggaku? 3. Ada hikmah menakjubkan yang saya temui. - Ayah durhaka + ibu Sholihah = anak Sholeh (kisah Fir'aun, Asiyah dan Nabi Musa) - Ayah Soleh + ibu durhaka = anak durhaka (kisah nabi Nuh, istri nabi Nuh dan Kan'an) - Ayah Soleh + Ibu Sholihah = anak Soleh (kisah Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Nabi Ismail) Nah dari sini bisa diambil kesimpulan bahwa Soleh tidaknya anak bergantung pada Sholihah atau tidaknya sang Ibu. Ibu adalah madrasah yang pertama dan utama, beliau pelaksana harian pendidikan di rumah sedangkan ayah adalah kepala sekolahnya. Analoginya, mau sebagus apapun program dari kepala sekolah kalau dalam prakteknya sang guru amburadul, gimana murid nya akan berkualitas? Sedangkan salah satu hak anak bahkan sebelum ia lahir adalah memiliki ibu yang berkualitas. 3. Dalam keluarga jika bapaknya yang peduli tapi ibunya tidak, biasanya tingkat kesuksesan nya rendah karena beban suami tinggi (mulai dari mendidik anak, mendidik istri, mencari nafkah) jadinya terpecah-pecah (sedangkan dari segi neuro-science laki-laki adalah makhluk yang fokus). Tapi di satu sisi jika ibunya dulu yang dididik kemudian bapaknya mengikuti maka kesuksesan nya akan tinggi. Karena ketika sisi keibuan nya dilatih maka secara fitrah nantinya si Ibu akan berdekatan dengan anak dan nantinya ia taat dan patuh pada suami. Ketika sang istri sudah berubah maka sang suami mampu menjadi imam yang baik bagi keluarga. Karena dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa WANITA yang baik untuk laki-laki yang baik. Kata wanita disebutkan terlebih dahulu. Berarti jika dirasa kualitas suami turun, itu artinya kualitas diri istri juga sedang turun. Sehingga untuk merubah seseorang (termasuk pasangan) maka rubahlah diri kita sendiri dulu. Kok pasangan saya begini? Bagi saya tak perlu menuntut suami. Justru saya sadari, Oke berarti kualitas saya sebagai Istri saat ini sedang turun jadi saya harus meningkatkan kualitas diri. maka seiring berjalannya waktu Allah lah yang membolak-balik kan hati manusia maka akan dise-kufu-kan atau disederajatkan kualitasnya. Bukankah jodoh itu sekufu? Alhamdulillah perjalanan saya semakin indah karena ditemukan dengan teman-teman yang se-value dengan saya di Komunitas Ibu Profesional. Disini kami fokus meningkatkan kualitas diri sebagai Istri, ibu dan perempuan. Saya gabung sejak sebelum nikah dan saya menyaksikan banyak sekali kisah dimana ketika sang istri sudah berubah menjadi lebih baik, maka otomatis biidznillah sang suami pun menunjukkan banyak perubahan positif. Ketika seorang istri berkualitas, saya yakin Allah pun akan meningkatkan kualitas sang suami sehingga mereka berdua sederajat. Begitu pula yang saya rasakan dalam rumah tangga saya,hadza min Fadli Robby. Maka untuk merubah suatu kaum, dimulai dari diri kita dulu. WANITA yang baik untuk laki-laki baik, dan sadarilah bahwa jodoh itu sekufu (sederajat). Saya menuliskan ini sembari merinding mbak, betapa sayapun terlambat mengetahui prinsip dan hikmah yang Allah berikan perihal wanita, bagiamana maunya Allah terhadap wanita? Sebuah pengetahuan yang fundamental namun sayang banyak tidak disadari atau bahkan tidak diketahui oleh khususnya wanita itu sendiri. Semoga dapat diambil hikmahnya ya. Hadaanallah waiyyakum ajma'in