bun. . .share donk . . pilih mana jd ibu rumah tangga atau karir? misalkan bunda sekalian mendapatkan peluang untuk berkarir dengan posisi yg tinggi dan gaji yg besar tapi konsekuensinya harus ldr dari keluarga. . makasih bund

Irt. Soalnya mau ngurus anak. Pengalaman sendiri, ibu saya kerja (krn single parent) jd saya kurang keurus, dulu kurang deket sama ibu, ga akur, ga saling mengerti, bahkan sempet benci sama ibu saya krn saya merasa saya sering ditindas sodara-sodara ibu saya tapi ibu ga ada untuk membela saya, malah lebih sering membela orang lain karena ibu ngerasa ga enak udh nitipin saya ke orang itu. Walaupun sekarang udah sama-sama berubah dan saling memaafkan. Dan saya merasa saya tau kemampuan saya semana. Saya masih kesusahan buat bagi waktu dan memanajemen rasa stress yg saya punya. Saya tau kalo saya stress sama kerjaan yg lain, saya bisa bisa mengabaikan anak saya atau malah ngelampiasin stress ke anak saya. Saya juga gabisa fokus ke 2 hal sekaligus, dan saya ga mau coba2 gambling "bisa ga ya? Ah jalanin dulu deh" karena anak saya itu anak manusia, bukan mainan yg bisa dicoba2. Itu kalo saya ya buuu. Tiap orang beda2. Kita tau kapasitas diri kita masing2 aja. Kalo saya sih gabisa, krn hal2 yg saya sebutin di atas 😀

Hai bunda.. menurut saya pilihan menjadi ibu rumah tangga ataupun wanita karir tidak ada yang lebih baik ataupun lebih buruk. Karena baik IRT ataupun wanita karir, pasti punya alasannya. Kita ga bisa menjudge begitu saja ibu karir ataupun IRT dengan pilihannya tsb. Saya ada di lingkungan wanita pekerja, rata2 teman saya adalah wanita karir dan mereka adalah wanita yang sukses tanpa menelantarkan anak mereka, bahkan saya sangat salut dengan mereka yang bekerja double sebagai IRT dan wanita karir. Anak mereka sehat2 dan sangat dekat dengan mama nya, mereka adalah wanita yang tegar dan kuat tanpa saya bisa menjudge kenapa mereka tidak jd IRT saja blablabla karena tiap orang pasti punya alasannya. Ada kalanya meskipun LDR dengan suami, mau tidak mau mereka tetap bekerja tentu dengan alasan masing2 dan saya menghargai alasan mereka dengan mendoakan semoga cepat bersatu dengan keluarga.

Hai bun, hal itu emang pilihan yang sulit. Tapi, psikologis anak yang jauh dari ibu dan yang dekat dengan ibunya beda lho. Kebutuhan psikologisnya itu tak bisa dibayar dengan jabatan maupun uang berapapun. Bagaimana kalau win win solution saja? Jadi ibu rumah tangga yang punya usaha sampingan? Mungkin ini bisa jadi inspirasi untuk bunda.https://id.theasianparent.com/50-ide-peluang-usaha-rumahan-untuk-menambah-penghasilan-keluarga/ Banyak lho ibu yang menyesal karena jauh dari anak pas kecil dan saat dewasa dia jadi sosok yang cuek sama keluarga karena merasa tak ada ikatan batin yang kuat dengan ibu. Salah satu yang ngalami itu adalah suami saya. Dia cuek banget sama ibunya dan merasa ga ada ikatan khusus gitu. Ibu mertua sampai sedih dan saya pun sampai capek kasih tau bun, Dulunya suami diasuh sama tante dan neneknya di Makassar. Padahal ibu dan ayahnya di Bandung.

Pertama setiap pekerjaan ada konsekwensi, baik menjadi wanita karir maupun ibu rumah tangga (masing2 punya jabaran konsekwensi masing2 tergantung kita bicara dan melihat dr kacamata mana? ibu rumah tangga atau ibu berkarir) Memilih menjadi ibu rumah tangga atau berkarir sama baiknya, menurut saya asal ikhlas tidak terpaksa. Jangan sampe dirumah karna terpaksa, tetapi hati dan pikiran masih ingin bekerja dan berkarir (kasihan ibunya drmh bisa stress, kalo stress kasihan anaknya dan suami) Bonding dengan anak memang perlu kehadiran kita, tetapi yg gak kalah penting adalah kita perlu berkomitmen dgn diri sendiri dahulu tentang mengasuh anak dengan kualitas bukan kuantitas. Jangan sampai sering bertemu namun ibu "sibuk" sendiri, namun ibu bekerja mungkin mungkin nihh yaa.. bisa memanfaatkan wkt lbh maksimal dgn anaknya sehingga bonding/ikatan berhasil dibangun.

Pengalaman saya pribadi saya lebih memilih jadi irt meskipun waktu itu gaji di sby 4x lipat umr sby. Karena waktu saya dengan suami, dengan anak lebih mahal dibanding gaji saya sendiri. Berat memang berat, jenjang karir bagus, posisi pekerjaan sudah bagus, gaji juga bagus. Tapi saya relakan ego saya demi masa depan rumah tangga dan masa depan anak saya 😊 Dan alhamdulillah meskipun saya ga bekerja, rezeki dr Allah alhamdulillah selalu saja ada, mulai dari suami naik gaji, naik jabatan, naik gaji lagi, hampir tiap bulan dapat bonus 1x gaji, sakit saya sembuh, langsung hamil dll. Bukan saya menyarankan bunda untuk tidak bekerja, karena itu hak masing" individu saya kira. Lebih baik hal seperti ini didiskusikan dengan suami, dipikirkan secara matang untung jangka panjang kedepannya. Semangat

Kondisional, Bun. Kalo sy pribadi jk nafkah dr suami mencukupi utk kebutuhan hidup (bkn gaya hidup lho ya 🤣) sy memilih jd IRT. Moment membesarkan anak tdk bs terulang. Fitrahnya ibu sbg madrasah pertama utk anak2nya bkn orang lain, walopun itu nenek, bibi/ keluarga sendiri. Apalagi kalo anak kita msh kecil. Di usia 0-7th anak sangat butuh kasih syg dr ayah ibunya. Itu kesempatan kita utk lbh memperkuat bonding dg anak stlh masa mengandung. Walo ada tawaran kerjaan dg gaji besar & hrs LDR sy pribadi tetap memilih jd IRT. Rejeki gk hny soal materi. Materi bs dicari tp waktu sm anak gak bs kembali 😁 Gamau jg cm jd ATM berjalan buat anak, tp lbh dr itu sih. Biar 'peran' sbg istri & ibu betul2 sy ambil 100%. Tp tetap pilihan orang beda2 ya. Semoga membantu 🙏

Kalau saya kembalikan ke hasil diskusi keluarga yang sudah di pertimbangkan matang2.. Meskipun sudah menikah, atau sudah punya anak, sebenernya punya mimpi atau meraih karir, menurut saya gag ada yang salah kok, kalau memang mbaknya passionnya berkarir, jadi tidak usah di paksakan.. Gag semua orang happy jadi irt 😊 Kalau memang harus LDR, pertimbangkan juga, bisa gag keluarga diboyong? Atau minimal anak, biar tetep deket sama ibunya.. Mengenai suami, bisa nikah lagi, atau gag setia, ketika jauh dari istri.. Hahahaha.. Kalau saya bilang maaah.. Tergantung orangnya ya.. Kalau emang hanya untuk pemuasan nafsu, mau istrinya disebelahnya juga kalo emang dasarnya gatel n ganjen, selingkuh mah bisa aja.. Nambah istri aja bisaaa ajaaa..

kalau saya lebih memilih menjadi IRT bun. yah walau pun pekerjaannya gitu2 aja tiap hari, bosenin. tapi saya Happy bisa mengasuh anak di tangan sendiri. lagi pun yang wajib cari nafkah kan suami? bukan kita. tapi kalau bisa ada tambahan penghasilan lebih bagus sih. ya dibicarakan sama suami saja, diizinkan / tidak. kalau LDR sama keluarga bukan hanya anak yang dipertaruhkan. tapi bisa suami juga, mertua, saudara, dll. tapi kalau ada yang lebih dekat daripada itu kenapa tidak? dulu saya juga pernah jadi TKI pas masih lajang, bersenang2. kalau ditanya kangen ngga pengen balik sana lagi, pengen kerja di sana lagi? pengen banget, tapi semua itu saya tahan demi anak dan keluarga adalah yang lebih penting bagi saya.

kalo belum punya anak dan suami memberi izin ya karir. kalo belum punya anak suami tidak mengizinkan kan jelas berarti jadi ibu rumah tangga. tapi kalo udah punya anak tapi suami mengizinkan kalo saya pilih anak selagi suami memberikan nafkah, karna menurut saya gak ada yang indah selain memperhatikan tumbuh kembang anak, memenuhi kebutuhan suami dan anak, menurut saya itu kebahagiaan dunia akhirat, soalnya dari kecil kedua orang tua saya kerja berangkat pagi pulang malem dan saya jarang ketemu mereka sehari hari saya sama nenek saya. jadi kalo menurut saya selagi suami menafkahi dengan cukup dan sudah ada anak buat apa ninggalin harta yang paling berharga. tapi balik lagi setiap kehidupan seseorang berbeda😇

saya dulu memiliki banyak mimpi, ingin kerja jd reporter, ingin kerja di luar negeri, ingin kerja di bumn/pemerintahan, tp setelah menikah dan hamil semua berubah. prioritas utama saya menjadi keluarga. demi bakti saya pada suami yg kebetulan bekerja di luar kota (kami LDRan) saya memutuskan resign dan fokus pada keluarga. tapi alhamdulillah Allah itu baik, setelah saya resign justru rezeki datang selalu tanpa disangka, bahkan melebihi ketika saya masih bekerja. jadi kalau menurut saya, sebagai seorang istri/ibu memilih prioritas keluarga itu adalah hal yg mulia dan in syaa Allah akan mendapat berkah dari Allah. rezeki/uang msh bisa dicari, tp kebersamaan dgn keluarga mahal harganya bun :)