sedang bingung

Saya belum pernah di posisi ini, cuma kebetulan ada pengalaman kuliah di luar negeri. 1) Tentang naik pesawat saat hamil, aturan tergantung maskapai. Jadi Ibu bisa cari tau di website maskapai penerbangan yang rencananya akan dipakai. Terutama kebijakan di masa pandemi ini ya, pelajari benar-benar. 2) Tentang ikut suami kuliah. Pertanyaan saya, apakah suami dapat beasiswa atau biaya sendiri? Kalo biaya sendiri jelas ga ada masalah ya, suami yang akan bertanggung jawab menanggung dependentnya (istri & anak-anak). Tapi kalo beasiswa, pastikan lagi apakah dependent bisa ditanggung/ada tunjangan? Untuk proses aplikasi visa juga pasti ada aturannya, dependent ditanggung siapa. Selain itu ada beberapa program beasiswa yang mensyaratkan boleh membawa dependent tetapi minimal 6 bulan setelah awardee berada di negara tujuan. Jadi ga bisa langsung berangkat bareng-bareng sekeluarga. 3) Tentang melahirkan di negara asing. Apakah sudah dipertimbangkan biayanya? Perlu dicari tau juga apakah melahirkan di Iran bisa dibiayai asuransi. Di program beasiswa yang membiayai saya dulu, kalo ada yang mau bawa anggota keluarga, awardee harus menanggung biaya asuransi seluruh anggota keluarganya. Tidak ada tunjangan untuk asuransi. Dan biasanya biaya asuransi ini cukup besar dalam Rupiah. 4) Nanti sewaktu suami berangkat, apakah sudah ada kepastian akan tinggal di mana? Apakah tempat tinggalnya mengizinkan mahasiswa membawa keluarga? Kalo di kampus saya dulu, asrama keluarga memang ada, tapi sering penuh harus waiting list & biaya sewanya lebih tinggi daripada apartemen mahasiswa perseorangan. Silakan bisa dipertimbangkan dari beberapa hal di atas dulu. Saya ada beberapa teman yang bawa keluarga saat kuliah di luar negeri, tapi rasanya kalo mau ditulis semua terlalu panjang 😅 Jadi saya sampaikan beberapa hal yang utama dulu aja. Dan akhirnya keputusan tetap ada di tangan Ibu & suami sih. Mungkin bisa sambil salat istikharah juga. Semoga segera dapat solusi yang terbaik ya.

sedikit berbagi cerita saya ya bunda. kakak saya tinggal di Singapura & saya juga lama tinggal di sana untuk bekerja. pengalaman melahirkan di Singapura ini dialami oleh istri kakak saya, tapi saya yang mendampingi & mengurus prosesnya sampai rampung. saat itu istri kakak saya terbang dari Pekanbaru ke SG di usia kehamilan 7bulan, dengan syarat membawa hasil swab dari Indo, kemudian di karantina dulu 1minggu seingat saya & baru bisa pulang ke rumah. kami(istri kakak & saya) mulai mencari referensi rumah sakit yang dekat dengan rumah + dokter yang menurut beberapa anjuran dari rekan kami sudah berpengalaman. mulai dari usia 7bulan sampai 9bulan kami terus berkonsultasi dengan dokter tersebut setiap 2minggu sekali. berkas yang diminta selama pemeriksaan kehamilan itu hanya paspor & visa tinggal/EP. setelah kehamilan masuk di minggu 37, istri kakak mengalami kontaksi & kami berangkat ke RS untuk persalinan, saat itu di hari ke-2 baby lahir. setelah baby lahir kami diberikan surat keterangan lahir untuk mengurus berkas lanjutan baby. proses pengurusan berkas baby saya datang ke dubes di hari ke 3 pasca baby lahir. di sana saya menjelaskan perihal kelahiran baby & kemudian dibantu untuk mengurus paspor baby. setelah itu saya mengirimkan surat keterangan lahir & kk dari baby ke Solo(domisili kakak & istri) untuk mengurus akta lahir baby. setelah jadi kami print sendiri & sekalian kk baru kami juga print sendiri. untuk EP baby di SG, di hari ke 10 setelah baby lahir. berkas yang saya bawa akta, kk, paspor & visa baby yang sudah jadi. kurang lebih begitu mengurusnya bunda. saya tidak tau apakah prosedurnya sama ditiap" negara, tapi mungkin kurang lebihnya mirip begitu prosesnya. maaf bun, ceritanya nggak jadi sedikit. tapi panjang banget.😅 jadi kalau bunda mau ikut suami ya ada prosedur tambahan juga yang sedikit panjang, tapi kalau bunda stay di indo ya bunda harus siap ldr dengan suami.

Gapapa bun insyaAllah aman di usia segitu tapi emang harus konsultasi dulu ke dokter yaa sebelum berangkat, nanti ada prioritas dari maskapai. temen saya kemaren berangkat ke suriah sama suaminya uk 4 bulan, perjalanan alhamdulillah aman, dan kalau suami mendukungnya lahiran di negara tersebut silahkan, malah lebih aman memang harus makesure dulu tempat tinggal disana seperti aapa, apakah sudah ada atau belum, kemaren temen saya transit dulu di rumah saya di Beirut karena di suriah belum nemu tempat tinggal

wa'alaikumsalam bund, saya cuma mau doain semoga urusan bunda dipermudah dan di lancarkan Allah, dan semoga jika memang pindah ke iran, bunda tetap berpengang teguh dengan agama islam yg sesuai dgn al qur'an dan al hadist, karna disana mayoritasnya syiah yg sebenarnya agamanya tidak bisa dikatakan islam, maaf saya bawa2 agama karna kita harus berhati2 dinegara org bund, mengingat kita sudah tinggal di negara yg bisa dibilang cukup aman

UP semoga ada yg pengalaman yaa, thanks bun yg mau bantu jawab 🙏🙏🙏

bantu UP semoga nanti bisa ketularan pergi ke luar negri juga

up , tolong yg punya pengalaman

bantu up ya mama

up up up...

upp