Suci Wulandari profile icon
PlatinumPlatinum

Suci Wulandari, Indonesia

Kontributor

About Suci Wulandari

Love My Self

My Orders
Posts(4)
Replies(16)
Articles(0)

Cerita Hatiku

Minggu, 13 Juni 2021 Hari ini baru balik dari rumah suami di kampung. Balik kampung karena mengantar ibu dan bapaknya dari Karawang ke Ciporos. Banyak hal yang bisa aku ambil selama disana. Aku tau kewajiban seorang anak laki-laki kepada orang tuanya sampai akhir hayatnya. Suamiku juga tak pernah melupakan kewajibannya kepada keluarga kecil kami. Melihat ibunya yang menyayangi anakku yang memang cucunya, aku bersyukur. Tapi hatiku tersentak saat cucu dari anak pertama nya datang untuk main ke rumah, kondisi cucunya baru sembuh dari pilek, sebut saja namanya A. Ayahnya A pamit untuk pulang duluan dan mengatakan padanya nanti akan pulang diantar oleh mamangnya. Melihat A baru sembuh dari sakit, aku menjaga anakku, jika dia mendekati A, aku atur jaraknya. Jika anakku memegang A, aku mencuci tangannya dan langsung menggendongnya. Aku gak tau hal yang aku lakukan itu etis atau tidak, tapi aku melakukan nya untuk melindungi anakku dan menjaga perasaan ponakkannya si A. Saat ayah A pulang dan A masih makan tahu yang ada di rumah, eyangnya berkata "Kamu kalau sakit jangan keluar rumah, istirahat saja di rumah, ngapai kesini kalau sakit, nanti bakal nyebar kemana-mana. Gimana sih ibumu bukan menjaga anaknya, suruh tidur biar gak sakit, gak bener ngejaganya", aku yang mendengarnya langsung tertusuk hatiku. Posisi ibu si A harus berjualan untuk memenuhi kebutuhannya, aku mengerti apa yang eyangnya sampaikan ada hal baik tapi kenapa harus sepenuhnya menyalahkan menantunya. Bagiku namanya anak balita sedang berada di fase bermain, sebelum adanya corona juga sudah ada namanya pilek. Hatiku langsung merasa teriris mendengarnya menyalahkan ibunya. Tidak lama setelah perkataan itu, A pun pulang diantar oleh aki nya. Melihat dia berjalan pulang seakan hatiku merasa bersalah membiarkannya mendengar apa yang dikatakan eyangnya. Pintu yang terbuka karena A keluar, aku tutup kembali karena sudah malam, dan anakku akan keluar jika pintu terbuka. Anakku mengejar pintu yang aku sudah tutup, dan aku tahan agar orang dari luar mau masuk dapat tertahan oleh tanganku, naasnya aki nya masuk mengambil kunci motor dan "Duaaaaar" kena kepala anakku sontak anakku menangis menjerit. Aku langsung menggendong dan menenangkan nya, kukatakan bahwa akinya tidak sengaja. Aku menenangkannya sebentar, dan mengolesi obat di kepala anakku. Prinsipku jangan pernah menyalahkan orang atau barang apapun jika terjadi sesuatu kepada anakku. Dan eyangnya langsung memarahi aki dengan kata-kata yang lumayan pedas terdengar di telingaku. Hatiku langsung merasa tertusuk kembali. Otakku langsung merasa bahwa itu akan menjadi bahan cerita ke orang-orang bahwa aku tidak bisa menjaga anakku seperti dia menceritakan iparku yang pertama. Aku pun menenangkan anakku dan anakku sudah bisa tertawa kembali sambil kuelus kepalanya sampai anakku tertidur pulas. Kututup pintu langsung aku menonton drama Korea padahal aku menangis melihat kejadian yang ada di depan mataku. Dari situ aku merasa, anakku jangan terlalu lama figendong eyangnya, aku takut bahwa akan jadi bahan omongan bahwa aku tidak dapat menjaga anakku selaku ibunya. Aku bercerita kepada suamiku dan pastinya suamiku membela ibunya, dia merasa bahwa itu kasih sayang yang ditunjukkan ibunya kepada cucunya. Melihatnya membela ibunya, aku pun terdiam bahwa ada perbedaan prinsip dalam hal mengajarkan agar anak-anak tidak mendengar amarah dari orang yang lebih tua, dan agar tidak menyalahkan apapun. Aku menganggap bahwa suamiku sangat membela ibunya daripada aku, di perjalanan aku pun merasa sedih dengan beberapa kejadian yang aku lihat. Sampai di rumah aku tanamkan pada diriku bahwa itu semua emang salahku agar diriku menjadi lebih bisa menerima. Aku hanya berbagi cerita, terlepas dari aku berlebihan menanggapinya atau tidak. Setiap orang akan bereaksi beda-beda atas apa yang dialami. Aku hanya merasa, aku belum dapat menjadi ibu yang sempurna untuk anakku tapi aku akan tetap memberikan yang terbaik semampuku untuk dirinya. Aku merasa ada perbedaan sikap eyangnya kepada cucu dari anak perempuannya (anak kedua) yang selalu dipuji dan disanjung. Pinter, Sholehah, Cantik, tapi aku tidak melihat itu ia lakukan ke cucu dari anak laki-lakinya (anak pertama). #FirstStory

Read more
 profile icon
Write a reply