Ummu Ibrahim profile icon
PlatinumPlatinum

Ummu Ibrahim, Indonesia

Kontributor

About Ummu Ibrahim

Al-ummu Madrasatul Ula

My Orders
Posts(13)
Replies(240)
Articles(0)

Jangan Takut Miskin, karena Punya Anak

Sebagian orang tua terkadang merasa khawatir tak dapat mencukupi kebutuhan anaknya. Bahkan, terkadang kekhawatiran ini yang membuat sebagian orang tua tega membunuh anaknya. Mereka tak mau punya (banyak) anak karena takut terjatuh dalam kemiskinan. Padahal Allah ta’ala berfirman, ‎وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ “Jangan bunuh anak-anak kalian *KARENA TAKUT MISKIN*, Kamilah yg memberi rizki *mereka (anak-anak)* dan *kalian (wahai orangtua)*.” (QS. Al Isra : 31) Serupa dengan ayat ini, Allah juga berfirman, ‎وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُم مِّنْ إِمْلَاقٍ ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ “Jangan bunuh anak-anak kalian *KARENA MISKIN*, Kamilah yg memberi rizki pada *kalian (wahai orangtua)* dan *mereka (anak-anak kalian)*.” (QS. Al An’am : 151) Dua ayat di atas *sekilas sama*, tapi sejatinya memberi *faedah berbeda*. Pada ayat yang pertama (Al Isra : 31), disebutkan alasan ( خَشْيَةَ إِمْلاقٍ ) —karena takut miskin. Ini isyarat bahwa orang tua dari anak tersebut dalam keadaan mampu dan kaya, kemudian alasan membunuh anaknya adalah karena takut terjatuh ke dalam kemiskinan. Itulah sebabnya, Allah ta’ala mendahulukan penyebutan *anak-anak mereka* lebih dulu kemudian diikuti *orang tua* yakni pada kalimat ( نَّحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُم ) sebagai penjelasan bagi mereka, bahwasanya yang memberi rizki anak-anak mereka adalah Allah ta’ala semata, bukan mereka. Adapun pada ayat yang kedua (Al An’am : 151), disebutkan alasan ( مِنْ إِمْلاقٍ ) —karena sebab kemiskinan. Ini isyarat bahwa orang tua dari anak tersebut dalam keadaan miskin. Itulah sebabnya, Allah ta’ala mendahulukan penyebutan *orang tua* baru kemudian diikuti *anaknya* yakni pada kalimat ( نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ ) sebagai kabar gembira bagi orang tua yang miskin, bahwasanya kemiskinan itu akan diangkat, dengan memberi rizki kepada mereka dan kepada anak-anak mereka. — Ini adalah pelajaran berharga bagi kita ; 1. Kita, yang sedang putus asa, tak ingin punya banyak anak bahkan punya kehendak ingin menghabisi nyawa anak. 2. Kita, yang sedang berkeluh kesah, kesulitan mencari nafkah untuk sekolah dan biaya hidup anaknya, bahwa Allah itu tak akan pernah menyelisihi janjinya. Allah menjamin rezeki kita sebagai orang tua dan anak-anak kita. Jangan putus berharap. Semoga bermanfaat _Baarakallaahu fiikum.._ ••• ════ °° ════ ••• Ditulis oleh : Kak Erlan Iskandar, Yogyakarta, 20 Al Muharram 1442H 🔗 *Silakan disebarluaskan untuk menambah manfaat secara luas, dengan tetap menyertakan sumber. Dilarang mengubah, menambah, atau mengurangi teks tulisan* 🔅Tim Admin Ta'lim Anak As Sunnah ======= 👥 WAG Parenting - Ta'lim Anak As Sunnah bersama Kak Erlan

Read more
Jangan Takut Miskin, karena Punya Anak
 profile icon
Write a reply

MENIKAH ITU ADALAH SENI IBADAH

Ia Tetap Bertahan Bersamamu. Jangan sampai Engkau kehilangan pasangan halal-mu Yang telah tahu berbagai kekurangan-mu Tapi ia memilih bertahan bersama-mu SAMPAI KE SURGA Allah Ta’ala Selamanya. . Ketika engkau terkaget Setelah menikah, tersingkaplah aib dan kekurangannya Pasangan-mu pun juga bisa jadi terkaget Karena engkaupun punya aib dan kekurangan Tapi janganlah aib dan kekurangan terus yang teringat Kebaikan pasanganmu sangat banyak. . Coba ingat kembali janji dan tekad di awal pernikahan Susah senang bersama baiknya dinikmati bersama dan saling berbagi, kurangnya saling mengisi dan saling menasihati mungkin kurangnya komunikasi. . Tidak sempat ngobrol sejenak ba’da subuh Tidak sempat saling berkisah dan bercurhat sebelum tidur Waktu itu selalu ada Sebelum mata terpejam dan sebelum tidur menyapa malam. . Suami-istri bercengkrama hangat dan bercanda Kepala istri bersandar nyaman di bahu suami Lengan suami memeluk hangat bahu istri Semua masalah dan penat Terselesailah malam itu juga dengan izin Allah Menikah adalah seni mengalah. . Fokus menunaikan kewajiban masing-masing Maka hak itu akan mengalir dengan sendirinya Sudah saatnya intropeksi Dahulu engkau memilihnya. . Apakah utamanya karena Allah dan agama Atau karena dunia saja (cantik, ganteng, kaya, jabatan)? Engkau harus memilih ia karena Allah Jika tidak, segera beristigfar dan perbaiki niatmu sekarang. . Masih ada waktu memperbaiki dan menjalani dengan indah, karena … ‎ما كان لله أبقي “Apa apa yang karena Allah maka akan kekal”. . Jangan hanya bercita cita Cinta berujung terbelah memisah Ketika maut menjemput, Tetapi cinta karena Allah Abadi berdua selamanya di surga. . Bagi yang akan memilih, pilihlah ia karena Allah dan sesuai petunjuk syariat, yaitu agama dan akhlak yang utama. . Penulis : Raehanul Bahraen Sumber : muslimafiyah.com ┈••✾•◆❀◆•✾••┈•┈┈••✾•◆❀◆•✾••┈

Read more
 profile icon
Write a reply

KENAPA ANAK BELUM JADI SHALIH

Ketika seorang anak belum shalih, maka : (1). Bisa jadi orang tua memiliki dosa-dosa di masa lalu, dimana mereka belum juga mau bertaubat kepada Allah Ta'ala, lalu Allah pun menjadikan anak mereka seperti itu sebagai hukuman atas perbuatan dosa mereka (2). Bisa jadi orang tua memiliki dosa-dosa di masa lalu, dimana mereka saat ini sudah bertaubat, lalu Allah jadikan anak seperti itu sebagai sebab penggugur dosa-dosa orang tuanya apabila mereka bersabar serta tidak berburuk sangka kepada Allah Ta'ala (3). Bisa jadi orang tua pada saat ini sudah shalih, namun mereka tidak juga mau belajar bagaimana cara untuk mendidik anak supaya menjadi shalih, sehingga mereka dapatkan anaknya yang belum menjadi shalih (4). Bisa jadi orang tua pada saat ini sudah shalih, & mereka pun mengetahui bagaimana caranya untuk mendidik anak menjadi shalih, tetapi mereka dapatkan kondisi anak seperti itu, berarti ini adalah ujian dari Allah Ta'ala Anak memang bisa jadi mereka bersalah dan berbuat dosa, tetapi bersabarlah, Insya Allah mereka itu diberikan hidayah cepat atau pun lambat. Yang penting adalah bagaimanakah usaha dari orang tua itu untuk terus-menerus memperbaiki diri mereka dan anak sekaligus. Hendaknya orang tua selalu melihat kepada kekurangan yg ada pda diri sendiri, meskipun sekarang ini orang tua sudah bertaubat serta mulai banyak melakukan amal shalih. 🧪 Al-Fudhail bin ‘Iyadh رحمه الله berkata : "Sungguh, ketika aku bermaksiat kepda Allah, maka aku mngetahui dampak buruknya pada perilaku hewan tungganganku, pembantuku, istriku, dn bahkan tikus yang ada di rumahku" 📘 Al-Bidaayah wan Nihaayah X/215 Semoga Allah 'Azza wa Jalla pun menjadikan kita termasuk orang tua yang senantiasa shalih, kemudian Allah memudahkan kita untuk bisa mendidik anak-anak sehingga mereka dapat menjadi shalih dan shalihah, aamiin... 🖋️ Ustadz Najmi Umar Bakkar

Read more
 profile icon
Write a reply

L A N G K A

🍁🍁 Yang langka itu... istri yg tunduk patuh pada suami, yg senantiasa berseri2 saat dipandang , yg ridha terdiam saat suami marah. Tidak merasa lebih apalagi meninggikan suara. Tercantik di hadapan suami. Terharum saat menemani suami beristirahat. Tak menuntut keduniaan yg tidak mampu diberikan suaminya. Yang sadar bahwa ridha-Nya ada pd ridha suaminya. Yang langka itu... Suami yang mengerti bahwa istrinya bukan pembantu. Sadar tak melulu ingin dilayani. Malu jika menyuruh ini itu krn tahu istrinya sudah repot seharian urusan anak dan rumah. Yang tak berharap keadaan rumah lapang saat pulang krn sadar itulah resiko hadirnya amanah² yg masih kecil. Yang sadar pekerjaan rumah tangga juga kewajibannya. Yang rela mengerjakan pekerjaan rumah tangga krn rasa sayangnya thdp istrinya yg kelelahan. Yang langka itu... Anak lelaki yang sadar bahwa ibunya yg paling berhak atas dirinya. Yang mengutamakan memperhatikan urusan ibunya. Yang lebih mencintai ibunya dibanding mencintai istri dan anak²nya. Yang sadar bahwa surganya ada pd keridhaan ibunya. Yang langka itu... Orang tua yang sadar bahwa anak perempuannya jika menikah sudah bukan lagi miliknya. yang selalu menasehati untuk mentaati suaminya selama suaminya tidak menyuruhnya kpd perkara munkar. Yang sadar bahwa keridhaan Allah bagi anaknya telah berpindah pd ridha suaminya. Yang langka itu... Seorang ibu yang meskipun tahu surga berada di bawah telapak kakinya. Tapi tidak pernah sekalipun menyinggung hal tsb saat anaknya ada kelalaian thdnya. Yang selalu sadar bahwa mungkin segala kekurangan pd anak²nya adalah hasil didikannya yg salah selama ini. Yang sadar bahwa jika dirinya salah berucap atau do'a keburukan maka malaikat akan mengaminkan do'anya. Yang langka itu... Anak yang senantiasa mendoakan kebaikan bagi orangtuanya dlm keheningan sepertiga malam terakhir. Meskipun sehari hari dlm kesibukan rumah tangganya. Dalam kesibukan usahanya. Dalam kesibukan pekerjaannya. Yang langka itu... Orang-orang yg saling memberikan nasehat dalam kebenaran dan kesabaran. yang saling memaklumi jika hal² di atas lupa atau lalai dilakukan sehingga saling memaafkan diantara mereka. Maka rahmat Allah berada di antara mereka. Dan Allah dgn kemurahanNya memaafkan kesalahan² mereka. Semoga kita termasuk kelompok yg LANGKA itu. Aamiin. -tulisan seseorang semoga Allah menjaganya-

Read more
 profile icon
Write a reply

*[ DOA IBU] *

Begitu dahsyatnya pengaruh doa ibu terhadap anak-anaknya. Sampai-sampai mobil bus dan mobil truk menjadikan kata “doa ibu” dituliskan di kaca atau bak truk, sebagai pengingat bagi sesiapa saja yang membacanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‎ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ “Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar) dan doa orang yang dizholimi.” (HR. Abu Daud : 1536) Menyoal tentang pengaruh doa orang tua kepada anak, maka kita teringat dengan kisah Juraij. Juraij, sang ahli ibadah itu, sempat diterpa fitnah. Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad mencantumkan detail kisahnya. Syahdan, ibunda Juraij memanggil dirinya yang sedang beribadah. Akan tetapi, tiga kali memanggil, namun tak ada respon dari Juraij. Hingga ibundanya pun begitu marah. Lantas berdoa, ‎لاَ أَمَاتَكَ اللهُ يَا جُرَيْجُ! حَتىَّ تَنْظُرَ فِي وَجْهِ المُوْمِسَاتِ “Semoga Allah tidak mewafatkanmu, wahai Juraij, hingga wajahmu dihadapkan di depan pelacur.” Benar saja, Juraij dituduh telah menghamili seorang wanita pelacur, hingga orang-orang menghancurkan tempat ibadahnya lantaran kecewa pada dirinya yang dipandang sebagai ahli ibadah. Meskipun pada akhir cerita, tuduhan itu tak terbukti, sebab bayi mungil yang dilahirkan wanita pelacur itu, biidznillah bisa berbicara menceritakan fakta sesungguhnya. Ada pelajaran berharga dari kisah ini; *Betapa doa seorang ibu itu begitu mustajab.* Lain halnya dengan kisah selanjutnya. Adab seorang ibunda, yang begitu marah melihat anaknya menaburkan tanah atau pasir di atas jamuan makan, yang telah berlelah-lelah dibuatnya. ‎اذْهَبْ جَعَلكَ اللهُ اماماً لِلحَرَمين “Pergilah...! Semoga Allah menjadikanmu Imam Masjid Haramain.” Begitulah doa baik dari sosok ibunda yang sangat marah pada anaknya. Walhasil, kini anak tersebut menjadi pimpinan Imam Masjidil Haram; Syaikh Abdurrahman As Sudais namanya. *Betapa doa seorang ibu itu begitu mustajab.* Bunda sekalian, semarah apapun kita pada anak kita, mari doakan yang baik-baik untuk mereka. Sebab doa orang tua itu begitu mustajab. Lalu, bagaimana sekiranya pernah ‘keceplosan’ terlontar doa buruk pada anak kita? Guru kami, Ustadz Zaid Susanto Lc hafizhahullaahu ta'ala, mengatakan : ((Cara mencabut ucapan buruk pada anak kita adalah dengan berdoa di waktu mustajab, “Ya Allah, seluruh ucapan burukku untuk anakku, janganlah kau kabulkan.”)) ••• ════ °° ════ ••• Ditulis oleh : Kak Erlan Iskandar, Yogyakarta, 1 Dzulqa’dah 1441H 🔅Tim Admin Ta'lim Anak bersama Kak Erlan ======= 👥 WAG Parenting - Ta'lim Anak As Sunnah bersama Kak Erlan

Read more
 profile icon
Write a reply

*[ Orang Tua Perlu Belajar ]*

Seorang chef di restoran, pandai dalam menyajikan rasa yang enak pada makanan dikarenakan ia sudah berletih-letih untuk kursus, tak henti mencoba dan terus belajar. Seorang montir di bengkel, ahli dalam memperbaiki kendaraan dikarenakan ia sudah berlelah-lelah untuk kursus, menambah jam terbang dan terus menerus belajar. Bayangkan Ayah-Bunda dan calon ayah-bunda sekalian... Jika seorang chef yang menyajikan makanan dan montir yang memperbaiki kendaraan, mereka perlu kursus dan belajar; maka apakah menjadi orang tua yang amanahnya adalah mendidik anak, tidak butuh belajar? Tentu saja, orang tua sangat perlu untuk belajar. Seorang chef dan montir yang status bekerjanya dalam sehari hanya 8-12 jam saja, perlu belajar. Apalagi orang tua yang sejak anaknya lahir ke dunia, statusnya sebagai orang tua, tak pernah berhenti selama 24 jam dalam sehari semalam, tentu lebih-lebih lagi sangat butuh untuk belajar. Mari Ayah-Bunda sekalian, kita simak firman Allah berikut, ‎يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا “Wahai orang-orang yang beriman, Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At Tahrim : 6) Ali bin Abi Thalib menerangkan yang dimaksud dengan menjaga diri dan keluarga dari api neraka adalah dengan cara, *“Ajarkan ilmu dan didik mereka.”* (Jaamiul Bayaan fii Ta’wilil Qur’an) Syaikh Abdurrazzaq menegaskan, “Maka ayat ini sudah sangat cukup menjadi dasar yang kuat terkait kewajiban bagi orang tua untuk memperhatikan anak-anaknya dan memberikan pendidikan kepada mereka.” (Rakaaiz fii Tarbiyatil Abna) Imam Al Ghazali menuturkan, “Ketahuilah bahwa *anak itu adalah amanah bagi kedua orang tuanya*. Hatinya masih suci bagaikan permata yang polos nan mulus, yang terbebas dari semua guratan goresan dan ukiran. Hati seorang anak bisa saja tergores dan penuh bercak noda, dikarenakan hatinya mudah condong pada sesuatu yang diarahkan padanya. Jika orang tua membiasakan anaknya dengan kebaikan, berusaha *mendidik dan mengajarkan anaknya*, maka anaknya akan tumbuh di atas kebaikan, sehingga orangtuanya akan berbahagia di dunia dan akhirat kelak.” (Dinukil dari Al Wajiiz fit Tarbiyah, Hal. 1) — *Kita perlu belajar*, untuk bisa menunaikan amanah kita sebagai orang tua: mendidik dan mengajarkan mereka. *Kita tidak akan bisa mendidik dan mengajar, jika kita tidak belajar.* Pepatah Arab menyindir diri kita, ‎فاقد الشيء لا *يعطيه* _“Tidak akan bisa memberi, jika kita tidak memiliki”_ Persis. Tidak akan bisa mengajar, jika kita tidak mau belajar. ••• ════ °° ════ ••• Ditulis oleh : Kak Erlan hafizhahullah, Yogyakarta, 17 Syawal 1441H 🔅Tim Admin Ta'lim Anak bersama Kak Erlan ======= 👥 WAG Parenting - Ta'lim Anak As Sunnah bersama Kak Erlan

Read more
 profile icon
Write a reply