Bhiru 5m7d. Sudah banyak tingkah ?Dari emut-emut tangan kaki sampe basah semua ?ngoceh-ngoceh bangun tidur ? udah mulai drama nangis-nangis, ketawa kalo ketemu orang ? maunya maen diluar rumah terus ? sampe paling parah tiap habis mandi glundung pojokan kasur (untung kasur udah dibawah #aman) ? Udah makin pinter ya nak, udah gak ngajakin mama begadang lagi ?? . Share perkembangan anak2 bunda dongss di kolom komentar ??
Read moreIni gengs saya sedari SMP yah bisa dibilang sedari tahun 2009. Sudah lama jelas, kesibukan pun berbeda-beda dari kami. Tapi tetap bisa menjaga silahturahmi. Seperti tahun tahun yang lalu kami selalu menyempatkan waktu untuk berbuka bersama dan halalbihalal. Tahun lalu kami masih bisa berbuka bersama meskipun tempat tinggal kita sudah berbeda. Ada yang di Surabaya, Malang dan di Kota Probolinggo sendiri. Tahun lalu masih bisa besenda gurau, berghibah ? (jangan di contoh). Dari yang jomblo, punya pasangan, sampai yang sudah berlabel istri kami masih tetap bersama. Ada yang tahun lalu belum menikah dan tahun ini menikah bahkan melahirkan. Dan untuk ramadan tahun ini, kami sedikit berbeda. Tidak ada berbuka bersama tidak ada halalbihalal seperti biasanya. Yaah di tahun ini sedang pandemi yang mengharuskan kami di rumah saja. Terlebih ada sebagian dari kami yang tinggal di daerah PSBB jadi tidak mungkin untuk pulang ke Probolinggo. Tetapi bagaimanapun keadaannya silahturahmi harus tetap berjalan. Semoga di tahun depan kami bisa berkumpul kembali dengan penambahan personil anak-anak kami. aamiin. #ramadanbersamaTAP
Read moreRamadan dan Lebaran yang berbeda
Aahh Ramadan tahun ini. Sulit untuk dijelaskan. Disaat pandemi seperti ini, saya yang berbeda kota dengan orang tua benar-benar merasakan dampaknya. Kota saya yang awalnya zona merah tidak bisa berpergian kemana-mana memaksa keinginan saya untuk tidak pulang merayakan ramadan dan lebaran di rumah orang tua. Sedih kesal itu yang saya rasakan. Terlebih momen seperti ini hanya bisa dirasakan 1 tahun sekali. Tapi apalah daya demi kebaikan bersama. Dibalik kesedihan itu, ada kebahagian yang tidak terkira yaitu kehadiran anak pertama saya. Ya anak pertama saya yang sudah berumur 3bulan. Lagi-lagi saya harus lebih bersyukur ditengah pandemi tidak bisa kemana mana saya gunakan sepenuhnya waktu untuk mengurus anak. Ramadan yang tahun lalu hanya berdua dengan suami sekarang bertambah personil satu. Meskipun tidak bisa berkumpul dengan ibu dirumah. Setidaknya rumah saya tidak sepi lagi karena kehadiran anak saya. Ada berkah di setiap kesusahan, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Selalu bersyukur dengan apapun keadaannya. Tetap berdoa agar pandemi segera berlalu. Semoga ramadan tahun depan bisa dipertemukan kembali dan bisa berkumpul kembali bersama keluarga. aamiin. #ramadanbersamaTAP
Read moreRamadan tahun 2019 adik lagi pkl sekolah belayar di Bali. Saya sudah menikah dan ikut suami tinggal di Kota Malang, kebetulan saya Asli Kota Probolinggo. Tahun lalu meskipun sedang hamil, saya masih menyempatkan pulang untuk sekedar bisa sahur puasa dan buka bersama di rumah orang tua saya. Yah meskipun adik saya tidak ada di rumah. Tapi Alhamdulillah ada keponakan kecil yang membuat suasana puasa tahun lalu berubah. Bisa menikmati menjalani ramadan bersama keluarga memang sesuatu yang membahagiakan. Saya selalu berdoa agar keluarga saya selalu sehat. Terlebih ibu, supaya selalu sehat agar bisa melihat cucu-cucunya sampai besar. Setiap ramadan yang selalu saya rindukan di rumah adalah masakan ibu yang tidak ada tandingannya. Masakan ibu tidak pernah mewah dengan lauk pauk berbagai macam ikan ayam daging. Nasi putih sayur kelor tempe terong di penyet aja sudah sangat nikmat jika makannya bersama-sama. Menu seperti itu lah yang setiap tahun saya selalu rindu. Selepas berbuka bersama, kami selalu berkumpul di ruang tamu untuk bercerita masa-masa kecil kami. Benar-benar suasana yang hangat. Berbeda di rumah saya sendiri. Puasa di rumah saya sendiri rasanya sepi karna cuma ada saya dan suami saja. Tapi tetap harus bersyukur karena masih bisa bertemu bulan ramadan. Aahh Ramadan tahun ini. Sulit untuk dijelaskan. Disaat pandemi seperti ini, saya yang berbeda kota dengan orang tua benar-benar merasakan dampaknya. Kota saya yang awalnya zona merah tidak bisa berpergian kemana-mana memaksa keinginan saya untuk tidak pulang merayakan ramadan dan lebaran di rumah orang tua. Sedih kesal itu yang saya rasakan. Terlebih momen seperti ini hanya bisa dirasakan 1 tahun sekali. Tapi apalah daya demi kebaikan bersama. Dibalik kesedihan itu, ada kebahagian yang tidak terkira yaitu kehadiran anak pertama saya. Ya anak pertama saya yang sudah berumur 3bulan. Lagi-lagi saya harus lebih bersyukur ditengah pandemi tidak bisa kemana mana saya gunakan sepenuhnya waktu untuk mengurus anak. Ramadan yang tahun lalu hanya berdua dengan suami sekarang bertambah personil satu. Meskipun tidak bisa berkumpul dengan ibu dirumah. Setidaknya rumah saya tidak sepi lagi karena kehadiran anak saya. Ada berkah di setiap kesusahan, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Selalu bersyukur dengan apapun keadaannya. Tetap berdoa agar pandemi segera berlalu. Semoga ramadan tahun depan bisa dipertemukan kembali dan bisa berkumpul kembali bersama keluarga. aamiin. #ramadanbersamaTAP
Read moreIni foto di ambil tahun lalu. Tepatnya bulan juni tahun lalu. Ceritanya ini lagi liburan sama keluarga di Banyuwangi. Saya sendiri domisili di Kota Malang. Di Foto ini saya sedang mengandung usia 10minggu. Sebelum tau kalau saya hamil, banyak orang yang bilang kalau saya sebenarnya sedang hamil. Tetapi saya tidak percaya, dan lucunya saya memang telat menstruasi sudah 1bulan. Saya tidak kepikiran sama sekali kalau saya hamil. Saya berfikir "ahh cuma telat sebulan, dulu juga pernah sebelum nikah" saya lupa kalau saya sudah menikah dan bisa hamil ? lanjut, akhirnya minggu ke 2 puasa suami ngotot untuk beli testpack, saya masih tetap nggak mau beli. Antara takut dan nggak ngerti pakenya ? (maklum pertama kali tau barang begituan) akhirnya suami yang beli. Nah paginya setelah sholat shubuh mulai lah di coba alat itu (testpack) sambil baca tutorialnya. Dan hasilnya ada garis 2 cuma yang satu samar, nggak merah banget gtu. Yaudahlah ya akhirnya saya tunjukin suami ehh suami jadi terharu dong. Sambil kek nangis gtu loh. Saya sendiri masih bingung antara percaya gak percaya. Demi kejelasan saya hamil atau tidak, periksalah saya. Ketahuilah saya periksa di Malam takbir yang hampir semua dokter tutup ? ketemu 1 bidan deket rumah dan untungnya ada usg nya juga. Saat periksa itulah pertama kalinya saya mendengar detak jantung janin saya. Ternyata saya sudah hamil 8minggu. Nggak sampai situ, setelah tau hamil makin bingung lah saya. Karena H+ 2 lebaran sudah janji ke ibu untuk pulang kerumah di Kota Probolinggo 2jam perjalanan menggunakan bus. Karena hamil pertama dan takut terjadi apa2. Sekalian lah curhat ke bidannya kalau mau mudik ke Probolinggo terus lanjut ke Banyuwangi. Bidannya sedikit kaget cuma tetep dikasi obat buat penguat kalau misal terjadi apa2. Akhirnya tiba saat mudik kerumah ibu di Probolinggo. Berangkat dari Malang udah banyak banget bekal jajanan karena sebelum tau kalau hamil doyan banget makan ? Berangkat modal berdoa semoga ini bayi di perut selamat. 2jam perjalanan akhirnya sampai di Probolinggo, dan Alhamdulillah gak ada keluhan sama sekali. Lanjut besoknya langsung perjalan lagi ke Banyuwangi rumah ibu naik mobil pribadi. Hampir 7jam perjalanan dari Probolinggo ke Banyuwangi. Dan lagi2 Alhamdulillah si bayi anteng dan enjoy aja di dalem perut. Keliling banyuwangi sampai pulang ke probolinggo dan pulang lagi ke malang si bayi tetap anteng dan menikmati ? Sekian cerita awal kehamilan di bulan ramadhan mepet lebaran ? #ramadanbersamaTAP
Read more