Privacy PolicyCommunity GuidelinesSitemap HTML
Download our free app
saat menjadi ibu
Penyimpanan ASI
Untuk penyimpanan kulkas, tolong jangan digabung dengan daging atau makanan yg berbau menusuk lainnya. Kalau ada kulkas khusus asi lebih bagus lagi mom.
Suhu Tubuh
Untuk para bunda tersayang, kalau panas anak sudah masuk 37,6 segera beri obat penurun panas ya. Kalau sudah sampai 38.1 segera bawa kedokter. Jangan lupa sediakan termometer di rumah. Semoga debay sehat selalu?
Plasenta
Mengenali Jenis Gangguan Plasenta Untuk dapat mengantisipasi, ibu hamil wajib mengenali berbagai jenis gangguan plasenta yang paling umum terjadi, seperti berikut: Abrupsi plasenta (placental abruption) Abrupsi plasenta adalah saat plasenta meluruh, baik sebagian maupun seluruhnya, dari dinding rahim yang terjadi sebelum waktu persalinan tiba. Kondisi ini menyebabkan terputusnya ketersediaan nutrisi dan oksigen untuk bayi. Abrupsi plasenta dapat terjadi di saat usia kehamilan melewati 20 minggu, gejalanya yakni menimbulkan rasa sakit, perdarahan vagina, kontraksi ataupun kram perut pada ibu hamil. Pada beberapa kasus, kondisi ini juga dapat mendatangkan konsekuensi persalinan prematur. Plasenta previa Plasenta previa dapat terjadi saat plasenta menutup sebagian atau seluruh bagian mulut rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan parah pada vagina sebelum waktu bersalin. Hal ini lebih sering terjadi di masa awal kehamilan dan dapat berkembang seiring dengan perkembangan rahim. Tindakan operasi caesar adalah satu-satunya metode persalinan yang disarankan untuk ibu dengan gangguan plasenta previa. Plasenta akreta Plasenta akreta adalah situasi saat jaringan plasenta tumbuh terlalu dalam pada dinding rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan wanita hamil mengalami perdarahan pada trimester ketiga dan kehilangan banyak darah setelah bersalin. Kondisi yang lebih serius bisa terjadi saat plasenta melekat di otot rahim (plasenta inkreta), dan saat plasenta tumbuh melewati dinding rahim (plasenta perkreta). Situasi ini biasanya ditangani dengan operasi caesar dan pada sebagian besar kasus dilanjutkan dengan pengangkatan rahim. Retensi plasenta (retensio placenta) Pada proses persalinan, normalnya dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir plasenta akan ikut dikeluarkan dari rahim. Plasenta disebut tertahan jika organ ini masih menempel pada dinding rahim dan terjebak di belakang mulut rahim yang setengah tertutup hingga 30 menit atau satu jam pasca persalinan. Jika tidak segera ditangani, retensi plasenta dapat membuat ibu kehilangan banyak darah yang dapat membahayakan nyawa. Insufisiensi plasenta (placental insufficiency) Plasenta yang tidak berkembang dengan sempurna atau rusak adalah salah satu komplikasi serius pada kehamilan. Hal ini disebut dengan insufisiensi plasenta. Kondisi ini dapat disebabkan oleh aliran darah dari sang ibu tidak mencukupi di masa kehamilan. Sebagai konsekuensi, plasenta yang tidak berkembang menyebabkan janin juga tidak dapat berkembang sehingga mengalami kelainan (cacat bawaan lahir), persalinan prematur, hingga berat badan rendah saat lahir. Kondisi ini dapat disebabkan oleh anemia, diabetes, hipertensi, merokok, efek samping obat-obatan, dan gangguan pembekuan darah pada ibu. Berbagai gangguan plasenta ini dapat disebabkan oleh banyak hal, namun pada kebanyakan kasus gangguan plasenta ini tidak diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Akan tetapi, ada beberapa faktor risiko yang dapat memperbesar kemungkinan ibu hamil terkena gangguan plasenta. Kenali apakah Anda memiliki faktor risiko yang membuat diri Anda lebih berkemungkinan mengalami gangguan plasenta, seperti: Tekanan darah tinggi. Wanita yang hamil di atas usia 40. Ketuban yang pecah lebih cepat sebelum waktu bersalin. Gangguan pembekuan darah. Wanita yang mengandung bayi kembar. Wanita hamil yang menggunakan narkoba. Wanita yang pernah menjalani prosedur medis pada rahim, seperti pada operasi caesar atau kuret. Pernah mengalami cedera pada perut, seperti terjatuh atau perut terbentur. Pernah mengalami gangguan plasenta pada kehamilan sebelumnya. Segera periksakan diri ke dokter kandungan jika Anda mengalami gangguan plasenta yang ditandai dengan gejala-gejala sakit perut, nyeri punggung yang tidak tertahankan, perdarahan vagina, dan kontraksi rahim terus-menerus sebelum waktu bersalin. Segera periksakan diri Anda juga ketika mengalami cedera pada perut, seperti terjatuh atau mengalami kecelakaan. Hal ini agar segala kelainan yang mungkin terjadi dapat diantisipasi sejak dini guna menentukan langkah persalinan yang terbaik bagi ibu dan janin.
Fungsi USG
USG transvaginal USG transvaginal bisa dilakukan pada awal masa kehamilan saat ukuran rahim Anda masih kecil dan saat gambar yang jelas mungkin sulit untuk dihasilkan. USG jenis ini dapat menghasilkan gambar yang lebih jelas dibandingkan USG lainnya saat kandungan Anda masih kecil. USG ini dilakukan dengan cara memasukkan probe USG ke dalam vagina. Oleh karena itu, USG ini mungkin membuat Anda sedikit tidak nyaman saat dilakukan. USG 3D USG 3D memungkinkan dokter dan Anda dapat melihat gambar janin dan organ-organ dalam tubuh Anda yang lebih lebar, lebih tinggi, dan lebih dalam. Karena menghasilkan gambaran yang lebih jelas, USG ini sangat membantu untuk mendiagnosis masalah selama kehamilan. USG 4D USD 4D bisa menghasilkan video bergerak dari janin. Sehingga, melalui USG 4D, Anda bisa melihat berbagai aktivitas janin dalam kandungan. USG 4D juga lebih bisa menghasilkan gambar wajah dan anggota tubuh janin lainnya yang lebih jelas. USG ini dilakukan sama seperti USG lainnya, tetapi dengan peralatan khusus. Ekokardiografi Ekokardiografi biasanya dilakukan jika dokter mencurigai bayi Anda mungkin memiliki cacat jantung bawaan. Tes ini membutuhkan waktu lama untuk melakukannya. Tetapi, tes ini mampu menunjukkan gambar jantung janin Anda lebih dalam, termasuk ukuran, bentuk, dan struktur jantung.