Ais, Indonesia

Alhamdulillah jadi karya, curcol an tentang tumbuh kembang anak pertama ku semoga bermanfaat

Ustadz Abdullah Zaen Tujuan > https://m.youtube.com/watch?v=j9sY6bTGzF8 Part 1 > https://m.youtube.com/watch?v=fls1rr-_KqA Part 2 > https://m.youtube.com/watch?v=4F3x-DWHgoo Part 3 > https://m.youtube.com/watch?v=le6JB6ZYTRk Part 4 > https://m.youtube.com/watch?v=nLndL7ldJBU Part 5 > https://m.youtube.com/watch?v=L9aHFDsxyOg Semoga bermanfaat 🌻

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh #DearParentsTAP Semua yang bergulir Bulir-bulir detik Menuju menit Menuju jam Menuju hari Menuju pekan Menuju bulan Hingga bertahun-tahun Menemukan belahan jiwa dari sang kuasa Sudah biasa memimpikan buah hati di antaranya Semoga kau kuat juga dalam tatihmu Parents... Maupun calon parents.. Kesusahan menuntut kesabaran Kebahagiaan menuntut syukur Hidup menuntut pertanggungjawaban Menanti kekal akhirat yang maha Adil Percaya akan janjiNya Lelah tak berkesudahan Pasti diganjar tuntas Lunas tersudahi nanti Menunggulah sembari bersandar Hanya pada yang maha Esa semata Ragam cobaan berbeda Bersatu padu di tempat ini Salinglah tetap menguatkan Membantu dari kejauhan Berbagi semampu kita Karena dekat tak selalu harus terlihat

Awalnya suami yang download TAP atas rekomendasi sahabatnya yang istrinya juga sedang hamil muda. Saat itu aku masih masa sangat haus perhatian. Maunya sih suami ngobrol berdua denganku. Bahkan aplikasi ini kuanggap penghalang antara aku dan suami. Karena suami jadi rajin lihat hp, cek aplikasi ini salah satunya. Baca buku pink pun aku cemburu ckck cukup toxic kah ya... Berangsur sampai anakku lahir. Dan mungkin aku sempat mengalami baby blues. Beberapa masalah ternyata suami mencari solusi salah satunya di aplikasi ini. Itu pun semakin membuatku cemburu di masa baby blues. Apalagi mayoritas isi aplikasi ini ibu-ibu. Meski aku tau niat suamiku tidak buruk insyaaAllah. Klimaksnya sampai uninstall aplikasi ini dari hp dia. Tadinya memang aku tidak ikutan download. Kemudian selang beberapa waktu, malah aku yang mendownloadnya juga. Dan sempat cukup kecanduan. Ada sedikit penyesalan juga, kenapa baru sekarang. Padahal masa hamil banyak gak ada kerjaan. Tapi semua qodarullah, yang bisa diubah adalah kedepannya. #DearParentsTAP Terimakasih banyak telah menemani kegalauanku sebagai ibu baru. Hingga meski agak terlambat, aku akhirnya menyadari cara pola asuh yang lebih tepat. Tentang asi, MPASI, stimulasi, dan beragam perbedaan pendapat dengan pemikiran orang-orang jaman dulu yang ternyata banyak salahnya. Termasuk di masa pandemi seperti ini, melihat banyak bunda di sini berjuang hamil hingga melahirkan. MasyaaAllah semoga sehat ya kalian semua...🌻 Aku juga jadi terinspirasi untuk membantu balik para orang tua baru di sini yang mungkin seperti ku dulu, kurang ilmu parenting. Ternyata ilmu itu begitu luas dan kompleks. Maaf pernah ikut grup wa lalu keluar. Mungkin ada perbedaan prinsip dan lainnya. Besar keinginanku sebenarnya untuk bisa punya teman yang bisa berbagi hampir tiap hari di wa. Sebagai sahabat. Aku suka mendengat curhat hehe bahkan punya cita-cita terpendam sebagai psikolog. Apapun itu.. selamat terus berusaha saling membantu sebisanya ya bunda 💙💚💛semoga kita semua bisa mencetak generasi yang sholeh sholehah membantu agama Allah, Aamiiiin....

Setelah resepsi pernikahan di rumah suami, masih ada beberapa undangan yang datang. Begitulah adat di desanya. Mungkin agar lebih dekat dan bisa sembari ngobrol dengan pengantin maupun keluarga. Tertawa bahagia, salah satu tamu bertanya pertanyaan umum yang ternyata jawabannya terdengar kurang umum. "Pertama kali ketemu di mana?" Setiap pasangan biasanya mengenang tempat pertama mereka dipertemukan. Ada yang di kampus, tempat kerja, cafe, perpustakaan, atau tempat unik lainnya. Mereka tak menyangka dan memasang raut wajah bingung atas jawaban riangku. "Di rumah saya :)" Dan yang lebih tidak lumrah bagi mereka, ketika pertanyaan umum dilanjutkan. Tamu: "Oh teman satu kampus?" Aku: "Bukan, beda kota juga." Tamu: "Satu kerjaan? Atau satu sekolah dulunya?" Aku: "Bukan..." Tiba-tiba suasana menjadi agak canggung. Siapa yang tidak bingung? Seperti orang tidak kenal tapi bisa pertama kali bertemu di rumahku. Kami juga bukan tetangga. Orang tua kami pun tertawa memecah suasana, kemudian melanjutkan topik lain. Rasa penasaran mereka mungkin tidak terjawab. Tapi di sini apakah teman-teman juga penasaran bagaimana bisa pertemuan pertama kami di rumahku? Ataukah sudah ada yang bisa menebak? Iya benar, itu karena pertemuan pertama kali adalah ketika kami melaksanakan nadzor. Serangkaian urutan dalam berta'aruf. Setelah saling melihat biodata dan ada kecocokan lalu dilanjutkan dengan tanya jawab melalui perantara di chat. Mungkin kata ta'aruf sudah cukup familiar di telinga kita jaman sekarang. Hanya saja, belum semua ta'aruf sesuai dengan aturan Allah yang sebenarnya. Ada juga yang niatnya masih belum lurus. Misal karena susah dapat jodoh, ta'aruf jadi pelarian. Padahal ta'aruf juga tidak semudah itu. Banyak cerita ta'aruf yang belum berhasil. Begitu pula yang terjadi padaku. Saat itu aku baru saja gagal ta'aruf, lalu aku putuskan untuk pindah ke tempat yang waktu kerjanya lebih banyak. Pikirku, jika memang belum dapat jodoh, aku akan menyibukkan diri di kebaikan agar tidak terjerumus ke keburukan. Sekalian juga memaksimalkan berbakti pada orang tua di masa single. Biidznillah (dengan izin Allah) aku diterima di dua tempat kerja yang ku lamar. Aku memilih satu diantaranya dan melaksanakan training yang hanya sehari karena memang sangat dibutuhkan apoteker di PBF (Pabrik Besar Farmasi) itu. Kepala cabangnya pun sudah menyuruhku menyiapkan dokumen-dokumen untuk tanda tangan kontrak kerja besok. Pulang sore, baru aku bisa membuka chat di handphone. Aku mendapat tawaran cv ta'aruf dari teman perempuanku. Setelah melihatnya, aku merasa dia yang selama ini ku cari. Tapi dia menyebut kriteria akhwat lebih diutamakan yang tidak bekerja. Aku mengerti bahwa fitrah wanita memang di rumah. Bagaimana ini? Saat itu aku benar-benar kalut membuat keputusan karena besok seharusnya aku tanda tangan kontrak kerja. Bukan main-main. Untuk apoteker tidak semudah itu resign kerja kalau misal sudah tanda tangan kontrak. Dan kalau misal tidak jadi tanda tangan pun, aku mau bilang apa pada tempat kerjaku? Baru saja cv ta'aruf datang, bahkan dia belum mendapat balasan cv ku. Haruskah aku tidak jadi mengambil kontrak kerja, demi ta'aruf yang masih tahap awal dan sangat belum pasti berlanjut? Aku ini juga tidak rajin ikut kajian. Hanya berusaha semampuku untuk berhijrah. Begitulah Allah yang maha baik, membalas hamba-hamba-Nya. Usaha sedikit, bisa dibalas dengan jauh lebih indah. Rezeki itu bukan hanya soal uang. Jodoh pun merupakan rezeki. Setelah aku tidak jadi tanda tangan kontrak, aku menganggur beberapa bulan. Alhamdulillah ta'aruf itu berlanjut cukup lancar. Sekitar tiga bulan berikutnya, akupun sampai di tahap akad dengan suamiku. Aku juga masih ingat dulu waktu masih jomblo, ada yang pernah bilang, "Ais cari jodoh, tapi foto profil wa aja gak ada. Medsos fb, ig, juga gak punya. Gimana bisa dapet." Dialah suamiku, yang bisa menjawab pertanyaan ini. Karena kami sama-sama tidak mengumbar atau upload foto diri bahkan meski sebagian kaki dan tangan. #MyLoveStoryTAP

Perbanyak teman yang sholih

Contoh dari thiyaroh atau beranggapan sial: Menganggap anak sakit-sakitan karena nama yang terlalu berat diemban sehingga harus ada penggantian nama. Mengganggap datangnya musibah itu karena si A yang baru datang ke kampung, sebelumnya tidak pernah terjadi. Sebagaimana dahulu Fir’aun beranggapan datangnya bencana gara-gara Nabi Musa ‘alaihis salam. Menganggap bulan Suro atau bulan Muharram adalah bulan keramat sehingga tidak boleh mengadakan hajatan, walimahan atau acara besar lainnya. Jika lewat di depan kuburan, selalu sial dan sering melihat hantu gentayangan. Anggapan sial dengan angka 13. Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho: https://rumaysho.com/2248-beranggapan-sial-berbau-syirik.html