Stigma Sosial

Semalem ada bunda yg post tentang kesedihan dia karena tidak berhasil melahirkan secara normal dan tidak bisa memberikan ASI untuk anaknya. Dia kecewa dgn diri sendiri dan merasa gagal sbg ibu. Yg bikin saya sedih adalah saat membaca komentar komentar dari sesama ibu yg justru menyudutkan dan menjatuhkan mental bunda tsb. Dibilang lebay, merendahkan ibu lain yg melahirkan sc, tidak mau usaha lebih untuk ASI, ga bersyukur krn sudah dikasih anak sementara banyak yg ga bisa punya anak, terlalu banyak mengeluh, dsb. Padahal point utamanya bukan di situ. Saya bisa paham kenapa bunda tsb merasa gagal menjadi ibu. Stigma normal vs SC dan ASI vs sufor masih kuat di kita. Ga bisa dipungkiri bahkan di aplikasi ini masih banyak sesama ibu yg merendahkan SC dan menghina sufor. Jadi adalah reaksi yg wajar kalau ada ibu yg sedih. Tapi saat ada ibu lain yg merasa gagal ga bisa memenuhi standard sosial tsb, dihina juga. Padahal sesama ibu tau persis bagaimana perjuangannya dan yg paling bisa berempati dgn tinggi adalah sesama ibu juga. Tapi kok ini malah diduluin emosinya ya.. bunda tsb ga merendahkan ibu lain yg SC, dia hanya kecewa dgn dirinya sendiri. Para ibu yg berkomentar itu gagal membaca konteks lalu dgn mudah meluapkan emosi —kepada ibu lain yg sedang sedih atau mungkin sedang baby blues. Gencar mengedukasi soal baby blues tapi gencar juga membully ibu yg sedang baby blues. Ironis. Dear para ibu, setiap ibu memiliki kondisi yg beda, kekuatan mental yg berbeda, perjuangan yg berbeda. Kita ga akan pernah tau gimana kuatnya bunda tsb mengusahakan sebisa beliau. Apakah sesulit itu memiliki empati dan berucap dgn tutur kata yg positif?