Posyandu seadanya

Ibu-ibu disini rutin posyandu? Di provinsi tempat saya tinggal, pelayanan kesehatan sangat baik, bahkan puskesmas sangat nyaman dan ramah pasien. Saya dengar dari teman yang anggota DPRD di provinsi tetangga, ternyata provinsi saya sering dijadikan tempat study banding tentang pelayanan kesehatan. Sayangnya, saya sering kurang sreg dengan kader posyandu di desa saya. Yang saya fahami, Indonesia sedang darurat stunting, bahkan sempat dibahas oleh presiden jokowi di debat capres bbrp bulan lalu. Namun posyandu di desa saya terkesan formalitas saja. Temuan 1. Ketika ada bayi yang kurva berat badannya mendatar bahkan menurun, kader tidak memberi tahu ibu dari bayi tsb untuk periksa ke puskesmas. Kesannya tugasnya hanya memplot saja. Ketika saya tanya ke ibu bayi tsb “itu kurvanya turun sdh dari lama buk?” Dijawab “dari 7 bulan ga naik mbak, sekarang turun malah” eee.. kadernya menyela (sebab kami memang ngobrol di dekat meja pencatatan “ga apa2 itu masih di area hijau”. Saya bengong. Temuan 2. Sering kali anak2 dan bayi tidak diukur tinggi badan. Terutama bayi, karena harus dibaringkan, sedangkan anak2, biasanya para ibu masing2 sigap mengukur sendiri sebab alat pengukur tinggi terpasang permanen di tembok. Kadang jika saya ingatkan, kader tersebut akhirnya mengukur tinggi bayi saya (saja), bayi yang lain tidak. Tetapi kemarin sore ketika posyandu, lalu tidak ada alat ukur tinggi badan sama sekali untuk bayi (alatnya saja tidak kelihatan di sekitar lokasi posyandu) saya kembali bertanya, “ndak diukur tingginya buk?” Yang dijawab “tiap 3 bulan kalau ukur tinggi, soalnya ga mesti tiap bulan nambah tingginya”. Lagi2 saya hanya bisa melongo. Saya penasaran apakah di posyandu lain memang seperti di posyandu desa saya? Dan saya yang terlalu ribet soal tumbang bayi saya. Atau memang kurang terstandar SOP nya? Atau bagaimana ya? Saya sendiri rutin timbang dan ukur tinggi bayi saya secara mandiri. Saya sangat bersedia kalau memang posyandu kekurangan tenaga untuk mengukur tinggi bayi. Ada saran?

5 Tanggapan
 profile icon
Tulis tanggapan

Terima kasih sudah membagikan ceritanya, bu. Mau cerita tentang posyandu dan sedikit tentang warga lingkungan komplek saya yang pagarnya setinggi pemain basket internasional. Posyandu saya kadernya ramah, mulutnya nggak nyinyirin orang karena komplek kami ini memang walaupun IRT tidak suka ngumpul untuk bergosip, tapi kekurangannya tidak ada pengukur tinggi badan bayi. Saya pernah bilang untuk diusulkan dari bulan JULI tapi per September masih belum ada alatnya. Jadilah mereka mengukur manual dengan cara mengisolasi meteran kain ke meja kemudian kepala bayi dipepetkan di tembok agar pengukuran pas dan kaki bayi disesuaikan dengan ujungnya. Kurang akurat. Lalu mengenai imunisasi... Bayiku harusnya imunisasi empat bulan sudah lengkap tapi di puskesmas kosong. Puskesmas bilang ke posyandu. Okelah aku percaya ada di posyandu. Tetapi nyatanya ga ada. Kenapa? Karena ternyata HANYA bayiku satu-satunya bayi yang ditimbang dari usianya sebulan hingga sekarang di posyandu komplek ini. Sementara bayi lain ke mana? Ternyata orangtuanya lebih memilih imunisasi anak di dokter anak pilihan di rumah sakit besar sekelas hermina dll. Oh, malangnya aku dan bayiku. Karena polio kosong jadilah anakku ketunda polio 4 nya. Harus bulan depan. Itulah kisah posyandu ku.

Baca lagi
5y ago

Iyasih aku jg mikir gituuuu. Sip deh, nanti aku coba praktekkan sarannya. Makasih buuuu

Kalo di Posyandu ku alhamdulillah sih udah rutin, kayak imunisasi, pemberian vitamin, ukur & timbang pertumbuhan bayi, ukur berat bb bumil, lingkar tangan bumil, perut bumil, tensi bumil, dapet biskuit penambah nutrisi khusus bumil juga. sama malah ada layanan untuk lansia juga kayak pengecekan gula, kolesterol, asam urat, tensi. Untuk sop antar daerah gimana aku kurang tau sih sama atau enggak. Tapi misal sop nya memang harus seperti itu dan kita punya buktinya kayak artikel sop Posyandu ya silahkan aja tunjukkan ke petugas setempat sebagai usul yg positif. Kan itu emang layanan dr pemerintah buat kita masyarakatnya.

Baca lagi

ini sama persis dengan kejadian aku mom, jadi anak aku udh lama susah makannya, sekitar 3 bulanan berat badan tetap. tapi mereka bilang (kader) "masih di garis hijau" pas aku bawa ke DSA, ternyata gak boleh gitu akhirnya aku suruh ganti Susu Formula, (sekarng masih susu formula dan asi). menurut aku mereka kurang di berikan arahan karena keseharian hampir sama seperti ibu-ibu pada umumnya.

Baca lagi

Kalo kayak ukur2 berat & tinggi badan itu juga dari kalangan ibu2 RT di tempatku, bukan petugas resmi dr dinas kesehatan. Kecuali kayak pemberian imunisasi, tensi, & tes2 kesehatan itu baru dari bidan/petugas puskesmasnya langsung yg dateng bergiliran 1 bulan sekali ke Posyandu.

VIP Member

wah bagus banget ga di sini mah cuman nimbang sama ngrcek tinggi badan doang dibposyandu mah