Kekhawatiran Di Ujung Masa Kehamilan
Bunda, saya hamil memasuki trimester ketiga. Mulai muncul banyak kekhawatiran dalam pikiran saya. Pertama, saya dan suami memutuskan untuk tinggal sementara di rumah orang tua saya setelah saya melahirkan. Alasannya karena saya harus bekerja dan tidak ada yg jaga anak kami nantinya. Tempat tinggal kami sekarang tidak memungkinkan ada pengasuh yg menginap karena tidak ada kamar kosong lagi. Mulanya mau menyewa pengasuh pulang pergi harian, tapi sedang masa pandemi seperti ini, itu lebih mengkhawatirkan. Rumah ortu saya jauh +/- 60km dari tempat kami bekerja. Berbeda dengan tempat tinggal kami sekarang yg hanya berjarak +/- 7.7km. Saya khawatir di saat saya menjalani masa cuti melahirkan, suami malah tidak pulang ke rumah ortu saya. Dia lebih memilih pulang ke tempat tinggal kami sekarang dengan alasan jarak. Kedua, saya khawatir suami berselingkuh. Jika dia memilih tidak pulang ke rumah ortu saya karena jarak, saya juga sedang nifas, tidak menutup kemungkinan dia akan melakukan hal-hal seperti itu. Memang, selama berhubungan dengan saya, suami sama sekali tidak pernah berselingkuh, meskipun hanya sekedar berkirim pesan dengan perempuan. Hanya saja, track record sebagai bad boy dan masih punya lingkup pertemanan yg bisa untuk diajak "happy happy" membuat saya khawatir itu jadi permulaan awal untuk berselingkuh. Ketiga, saya khawatir hubungan saya dan suami menjadi membosankan dengan hadirnya anak. Hubungan kami berawal dari teman, tanpa pacaran lalu memutuskan menjalani penjajakan serius untuk menikah. Saya dan suami masih sama-sama saling mendukung apa yg kami lakukan masing-masing. Tapi, drama-drama rumah tangga terkadang membuat saya berpikir bahwa saya tidak "se-asyik" dulu disaat kami hanya berteman. Keempat, saya khawatir setelah melahirkan hormon berubah lagi dan saya menjadi lebih drama. Dengan kehamilan dan sering mood swing saja, jujur ini sangat mengganggu saya. Ditambah lagi nanti setelah melahirkan, berubah menjadi hormon busui. Saya khawatir ini akan memperburuk hubungan saya dan suami. Meskipun sekarang saya dan suami adalah sepasang suami istri, tapi saya selalu ingin bisa menjadi best friend forever-nya. Kelima, perubahan bentuk badan juga mempengaruhi kepercayaan diri saya. BB saya naik drastis lebih dari 15kg. Ini jelas berpengaruh juga ke intensitas hubungan seksual kami. Jauh sangat berkurang dibandingkan dulu. Saya minder. Saya merasa tidak semenggairahkan dulu di mata suami. Apalagi nanti setelah melahirkan. Bentuk badan semakin ga karuan. Keenam, saya khawatir karena saya terlalu memikirkan diri saya sendiri dan anak dalam rahim saya, saya terlupa memikirkan suami. Saya khawatir dia merasa kurang mendapat perhatian saya. Bunda, mungkinkah saya overthinking? Atau ini memang kegundahan wajar yg dialami ibu hamil?