Wa'alaikumsalam
Kalau melihat cerita Bunda, gaji 2,5jt kayaknya banyak habis untuk bayar kontrakan dan pengasuh, kalau saya sih mending resign.
Saya izin berbagi pengalaman yah.
Dulu terakhir saya juga bergaji, terakhir sekitar 6jt, tapi tabungan saya tidak sebanyak Bunda karena gaji kok banyak habis untuk ongkos krn saat itu saya pas hamil ke 2 dan saya nggak bisa naik angkot, pasti mual banget dan pusing. Akhirnya kan pakai taksi mulu, padahal jarak kantor dan rumah lumayan jauh 😅
Nah dulu saya juga ada pikiran seperti Bunda, ragu jika saya resign, nanti gaji suami saja akan cukup, meski saya yakin rezeki nggak akan tertukar. Gaji suami saya dulu itu jauh lebih kecil dari gaji saya. Jadi saat itu saya merasa wajar kalau saya ragu, kan kalau dihitung pakai kalkulator manusia, memang kami akan kehilangan pemasukan yang lumayan banget jika saya resign.
Hingga akhir 2013 saya benar-benar resign krn suatu hal, saat itu saya sedang hamil sekitar 7 bulan, jadi yah nggak bisa cari kerja ganti.
Tadinya saya pikir setelah melahirkan anak ke 2 saya bisa cari kerja lain. Ternyata Allah titipkan pada kami seorang anak yang sangat istimewa, memiliki kondisi medis kompleks dan akhirnya saya nggak pernah kembali ngantor lagi.
Apalagi karena jika dihitung, bisa-bisa gaji saya habis hanya untuk membayar pengasuh karena saya harus cari yang berlatar belakang perawat, kan muahal itu. Itu pun belum tentu dia tulus dan sabar mengasuh anakku yang kondisinya rumit.
Makanya saya putuskan untuk merawat anak saya sendiri daripada ngantor, tapi gaji nggak bisa banyak dinikmati sendiri 😅 Toh suami menyerahkan keputusan pada saya, dia OK saja saya tidak bergaji lagi, dan saya lebih tenang karena merawat anak-anak dengan cara saya sendiri 😁
Anak ke 2 kami yang istimewa ini tentu saja butuh biaya yang ekstra ketimbang jika dia sehat tanpa kondisi medis kompleks.
Tapiiiii alhamdulillah kekhawatiran saya dulu itu tidak terjadi. Allah Maha Baik, Maha Kaya, Dia berikan rezeki sesuai kebutuhan, dan alhamdulillah kami tidak pernah kekurangan apa pun. Meski kalau pakai kalkulator manusia, rasanya mustahil cukup sih gaji suami, tapi nyatanya alhamdulillah selalu cukup dan memang kami cukupkan dengan rezeki yang ada. Saya merasa hidup masih nyaman, meski tidk berlebih-lebih sih.
Pekerjaan suami mengalami peningkatan, dia juga bertambah keahlian dan lebih semangat bekerja (meski juga lebih stress kayaknya hahahaha).
Bahkan kami masih bisa punya rumah, mobil, suami masih bisa kuliah lagi, dll dll.
Sekarang kadang saya pikir, keraguan saya terhadap kecukupan suami (sebagai single income) untuk mencukupi hidup kami itu mirip kesombongan saya karena ragu pada kebaikan+kekayaan Allah.
Saya ceritakan ini hanya sebagai contoh, bahwa kehilangan salah satu penghasilan dalam rumah tangga belum tentu akan membuat kita kekurangan karena sebenarnya Allah itu memberikan kelebihan dan kecukupan dalam hal rezeki. Sesuai yang kita butuhkan. Jangan ragukan kebaikan, keadilan, dan kekayaan Allah 😁
O iya, dari dulu (kami menikah selama 13 tahun lebih) saya dan suami juga sering jauhan. Rata-rata dia pulang seminggu sekali. Dulu pernah sampai 1 bulan (bahkan lebih) sekali.
Memang nggak gampang, tapi insya Allah bisa. Tetaplah saling mendukung dan mendoakan meski berjauhan karena kita berjuang di "arena perang" masing-masing.
Nah Bunda coba sekali lagi tanyakan ke suami, dia lebih ridho jika Bunda tetap bekerja atau resign saja.
Minta petunjuk dan pertolongan Allah.
Mantapkan pilihan Bunda dengan ridho dari suami dan niatkan segalanya lillahi ta'ala.
Semoga Bunda mendapatkan solusi terbaik.
hanan