sharing pengalaman bunda dong..

Ada ga bun di dalam kehidupan bunda pernah di sakitin yang bener2 sampai sakit hati??mungkin susah di lupakan.. Kalo aku adik&kakaknya suami aku yg perempuan.. sampai detik ini ga mau untuk ketemu lg..karna buat aku ada kesalahan yg bisa aku toleransi atau aku maafkan.. tp kalo untuk mreka butuh waktu seumur hidup aku untuk di maafkan..?

sharing pengalaman bunda dong..
28 Tanggapan
 profile icon
Tulis tanggapan
VIP Member

ada bun. bahkan sampe sekarang masih segan banget kalo berkomunikasi. sampai sampai kalo ada project kerjasama guru dan alumni saya paksa suami yang lebih turun tangan daripada saya. jadi dulu saya pernah pacaran sama kakak tingkat dan kami sama sama pengurus dan orang yang paling berpengaruh besar di grup alumni sekolah kami. dari smp kami berteman baik, tergabung aktif di grup alumni karena kami dulu sama sama pengurus OSIS. jadi beberapa tahun belakang, sebenernya yang saya minta itu nikah dan saya ga mau pernikahan yang serba wah. cukup yang biasa aja ga perlu ngabisin biaya sampai up to 30jt karena dengan pertimbangan kalau ada lebihnya mending ditabungin buat beli rumah. okelah terencana lah dari mulai mau lamaran sampai nikah. memang waktu itu posisi saya masih kuliah dan mahasiswa magang di kampus dengan honor yang tak seberapa, tapi saya selalu yakin kalo rezeki itu pasti selalu ada. tepat tanggal 15 Juli 2018 saat itu dia ultah. entah ada feeling ga enak. tetiba minta ketemuan langsung di lokasi. yowes lah disitu kita ketemu sekalian ngobrolin project alumni smp. entah tetiba pikiran kacau. padahal beberapa hari sebelumnya sempat diskusi dengan masing-masing keluarga kalau awal agustus pihak keluarganya mau ke rumah (lamaran). 3 hari kemudian ada ucapannya yang bener bener ga enak banget dan bikin saya merasa dia malah jadi orang lain. tepat di akhir bulan Juli 2018 kurleb 1 minggu sebelum kami lamaran, kami putus sepihak. tanpa alasan yang jelas. keesokan harinya saya ke rumah orang tuanya dan mengembalikan cincin yang tadinya akan dipakai untuk tunangan. orang tuanya, terutama mamahnya sampai nangis karena keputusan itu. iya memang mamahnya sudah menganggap saya seperti anaknya sendiri. saya dan mamahnya sama sama berprofesi sebagai guru. memang saya dan mamahnya selalu bekerja sama untuk menyelesaikan tugas masing-masing. dan mamahnya juga yang banyak sekali mengajarkan pada saya cara guru mengajar kepada siswa TK dan SD. jujur, entah secara otomatis saya pun merasa sangat menyayangi beliau. perasaan saya benar benar hancur dan hampir seminggu saya nangis terus, susah makan, demam tinggi (paling tinggi sampai 44°C), tapi alhamdulillah masih bisa masuk minum teh manis + madu serta makan kurma kalaupun sehari cuma 2 buah. sejak saat itu saya jadi trauma kalau ada laki laki yang mendekati saya dengan maksud ingin menikah. bahkan suami pun ketika melamar saya butuh waktu sekitar 1 tahunan lebih. suami saya pun sadar saya masih berjarak dengan dia karena saya masih ada trauma gagal menikah. lalu setiap urusan project kerjasama guru dan alumni? saya sebenarnya sempat menyatakan mundur dari kepengurusan. bukan karena ada mantan saya itu. tapi saya memang ingin mengurangi aktivitas saya di luar dan ingin lebih fokus pada keluarga, terutama suami. sayangnya pengajuan itu ditolak. awalnya saya memang merasa benar-benar tidak enak dengan suami karena setiap ada project ini sesekali saya masih harus berurusan dengan dia. tapi Masyaa Allah entah gimana ceritanya dia percaya kalo urusan pekerjaan saya bisa profesional, bisa membedakan mana urusan pekerjaan dan urusan hati. memang setiap ada diskusi saya selalu menepis dan tidak ingin menjawab pertanyaan hal pribadi. dan jika sudah selesai urusannya saya lebih memilih pulang. selain itu juga baik teman teman saya dan suami selalu mendukung saya setiap project ini serta selalu mengawasi tingkah dan gerak gerik saya. walaupun saya merasa diawasi luar biasa, tapi saya yakin mereka bermaksud baik. apakah saya sudah berdamai dengan mantan? iya. sebelum dia mengatakan "maaf" saya sudah memaafkannya. sejalan beriringnya waktu akhirnya dia pun menyesal karena dulu tidak dapat memenuhi keinginan kami untuk menikah. malah terkesan membuang dan membiarkan saya begitu saja. dia juga memang menyesal dan menyalahkan dirinya sendiri terutama setelah mendengar saya sudah menikah. tapi saya dan suami tentu selalu mendoakan untuk dia yang terbaik. nb: kebetulan saya, suami, dan mantan saya sama sama alumni satu smp. hanya saja saya+suami dengan mantan saya beda angkatan.

Baca lagi