Pipit Safitri profile icon
GoldGold

Pipit Safitri, Indonesia

Kontributor

About Pipit Safitri

Mommynya Baim ❤

My Orders
Posts(12)
Replies(13)
Articles(0)

Lika liku rumah tangga

Malam kemarin berantem hebat sama suami. Selama ini diam gak komplain apapa ke suami akhirnya kemarin ngomong semuanya. Sambil bercucuran air mata kusebutkan semua salah suamiku. Tanpa disangka dan tanpa diduga ketika suami mendengar semua keluh kesahku dia malah menangis. Sambil menahan tangisnya dia menjabarkan semua sikapnya yang aku anggap salah. Ternyata memang benar bahwa sebab dari sifatnya yang berubah adalah aku yang terlalu banyak menuntut dan memaksakan kehendak. Contoh kecil, aku nangis setelah beberes rumah lalu suamiku bilang "gausah diberesin, tinggal istirahat aja, rumah biar berantakan." Kalimatnya justru buat aku marah besar karena aku pikir suamiku gak peduli sama kebiasaanku yang harus rapih, kupikir suamiku egois karena gak mau berubah mengikuti ritmeku. Tapi setelah diluapkan malam itu sembari nahan nangis suamiku bilang "siang siang aku kerja, cape.. pulang ke rumah malah istriku nangis. Aku pengen kalo kamu cape istirahat, gausah ngurus kerjaan rumah. Nanti kalo aku udah gak cape aku bantuin. Jangan semuanya maunya dihandle sendiri. Aku gak mau liat istriku murung, kalo gak mau beresin gausah diberesin aku gak masalah." Ada lagi alasan kenapa suamiku berubah ternyata karena dia merasa tidak dianggap. Sebab apa? Sebab aku selalu bercanda nanya ke suami "apa mas sayang beneran sama aku?". Ternyata pertanyaan itu bikin insecure karena selama ini usahanya sia sia dan aku tak kunjung percaya kalo dia sayang sama istrinya. Ada lagi hal lain yang diungkapkan suamiku sambil nahan nangis katanya "aku sakit hati kalo kamu minta cerai tiap kali ada masalah. Kenapa kamu gak bisa sepemikiran sama aku sehidup semati semua masalah kita hadapi bareng bareng. Kamu terus terusan pengen ninggalin aku, kamu nganggap enteng pernikahan kita." Seketika aku diam... diam.. merenung dan Alhamdulillah sadar. Memang benar selama ini pikiranku sendiri yang menjadi masalah. Setelah dipikir lagi.. iya yaa ternyata aku gak menghargai suamiku. Dia susah payah kerja tiap pulang kerja selalu nanya mau nitip apa, tiap keluargaku ada kebutuhan dia gak pelit mau nolongin. Sementara aku belum dapet kerja lagi, beli ini itu semua suami yang beliin. Pulang kerja aku mintain tolong jagain anak dan aku sibuk beberes rumah. Aku gak pernah tau kejadian apa yang suamiku alami di kantornya selama kerja. Aku gak pernah chat duluan sekedar nanya udah sampai kantor atau belum. Tapi aku sibuk marah kalo suamiku gak kasih kabar.. memang benar, kuncinya adalah komunikasi. Ngomong , ngobrol, utarakan... biar clear semua.. Alhamdulillah hubungan semakin harmonis, semoga kedepannya gak ada lagi drama drama nangis nangis nuntut ini itu. #sharingajasiapatauadayangterinspirasi

Read more
undefined profile icon
Write a reply

Menghadapi bayi yang trauma

Tanggal 6 Januari 2022, pertama kalinya Baim demam sampe 39.5°C. Dua hari sebelumnya suhu tubuhnya 37.2 banyak yang bilang kalo demam di atas 37.5°C. Dengan modal keyakinan, beli obat penurun panas merk t*mpra Alhamdulillah panasnya turun dan suhu tubuhnya jadi normal. Kemudian hari berikutnya Baim panas lagi, akhirnya minum obat lagi. Suhu tubuhnya normal lagi. Tapi malam hari jam 02.00 kebangun dan cek tubuhnya baim panasnya 38.6°C. Dikompres, suhunya turun lagi jadi normal. Sekitar jam 06.15 aku pergi ke puskesmas ambil no antrean karena rencananya Baim mau periksa aja. Pas ditinggal Baim masih tidur. Begitu sampe rumah, Baim lagi digendong ayahnya dengan keadaan tangan, kaki dan bibirnya biru semua sampe menggigil. Langsung aku bopong, aku selimutin, (maaf) susuin, sembari di cek suhu tubuhnya 39.5°C. Langsung panik bukan main. Akhirnya langsung ke rumah sakit, sampe di rumah sakit di screening dikasih paracetamol yang dari dubur. Alhamdulillah panasnya turun. Setelah ketemu sama dokternya, Baim harus cek lab karena khawatir ada penyakit serius. Setelah cek lab semua normal (memang ada beberapa di bawah batas normal). Kata dokter ada indikasi infeksi dan itu lumrah untuk bayi. Setelah itu karena menurut dokter demamnya sudah reda, dipersilahkan pulang. Sampe rumah, menggigil lagi sampe biru. Dikasih obat yang dari dokter mulutnya berbusa. Langsung panik, nangis, campur aduk. Suami langsung buru buru siap siap lagi ke IGD . Sampe di IGD di ulang (lagi) dengan paracetamol yg dari dubur. Normal lagi suhu tubuhnya. Setelah itu mulai moment yang paling membuat aku ngeri. Baim harus dipasang selang infus, karena Baim tergolong bayi gembul kata susternya pembuluhnya susah dicari jadi harus dicoba berkali kali. Di tangan kanan gak bisa (dicoba sampe 2x) ganti ke tangan kiri. Aku harus denger anakku nangis sampe teriak teriak. Dan aku cuma bisa (pura-pura) tenang karena kupikir susternya sudah kompeten. Aku pikir cuma sekali suntikan bakal bisa kepasang infusnya. Ternyata gak sama sekali, dicoba berkali kali sampe akhirnya dipasang di kaki kanan (dengan kondisi terpaksa). Aku tau prosedur dari rumah sakit memang demikian dan aku pun sudah tandatangan surat persetujuan sebelumnya. Postingan ini bukan bermaksud untuk menjelekkan citra perawat. Hanya sebagai pengingat buat aku supaya lebih hati - hati lagi agar anakku jangan sampai tersentuh hal hal yang membuatnya trauma. Alhamdulillah sekarang Baim dah sehat, cuma traumanya yang masih sedikit tersisa karena setiap kali tangannya dipegang atau diusap Baim bakal nangis sambil pasang muka ketakutan. Dan aku pun sama, selalu mendengar Baim nangis padahal dia tidur anteng disebelahku. Jaga bayi baik - baik ya moms.. lebih baik cape urus anak dari pada liat anak kita sakit. Sehat terus ya moms and baby di luar sana ..

Read more
Menghadapi bayi yang trauma
undefined profile icon
Write a reply