aisyah profile icon
PlatinumPlatinum

aisyah, Indonesia

Kontributor
My Orders
Posts(3)
Replies(98)
Articles(0)

Darimu Bunda Belajar

Ada waktu dimana saya sadar bahwa praktik tidak selalu semudah teori. Dan semua itu benar-benar saya rasakan ketika memiliki anak untuk pertama kalinya. Saya pikir setelah mengandung 9 bulan, melahirkan dengan penuh perjuangan kemudian usai dan terbayar dengan kelucuan si bayi. Nyatanya selepas itu ada satu perjuangan yang saya kira biasa saja namun ternyata butuh pengorbanan yang tak terbilang. Iya, menyusui. Jauh sebelum memiliki anak saya menganggap menyusui adalah kegiatan alami untuk seorang ibu. Ibarat kabel USB, hanya perlu plug and play saja. Tapi ternyata saya salah besar. Butuh waktu agar si kecil mengerti bagaimana melakukan pelekatan dengan benar. Butuh waktu bagi si ibu maupun si bayi untuk benar-benar merasakan kenikmatan menyusui seperti sedang bermain. Berbeda dengan kehamilan dan melahirkan, menyusui butuh waktu untuk menyesuaikan ritme antara ibu dan bayi, karena menyusui bukan hanya tentang si ibu, melainkan tentang dua nyawa yang sedang saling "menghidupi". Di usia 7 hari kelahiran anak pertama saya, produksi asi yang sedang deras tidak sebanding dengan banyaknya asi yang dapat dikonsunsumsi bayi kala itu. Asi yang terhambat kemudian menjadikan payudara bengkak, sakit dan membuat sekujur tubuh demam menggigil. Dengan kondisi seperti itu, pelekatan pun masih bermasalah dan menjadikan daerah nipple berdarah dan mengelupas. Rasanya saat itu ingin sekali menyerah, namun enggan karena saya tersadar akan sesuatu. Bahwa menyusui adalah hak si kecil yang harus ditunaikan dan diperjuangkan. Menyusui bukan hanya demi kelangsungan pertumbuhan si kecil, melainkan juga demi kesehatan payudara ibu yang fitrahnya memproduksi asi dan harus disalurkan. Maka menyusui justru menjadi obat ketika kesakitan mendera ibu di awal-awal masa menyusui. Terlebih saya sadar, tidak ada yang lebih baik dari asi walau semahal apapun susu formula / susu pendamping itu. Saya merasakan betul fakta ini ketika abang bayi menyapih dirinya di usia 12 bulan. Saat itu saya sedang mengandung adik janin, dan entah mengapa si abang menolak untuk disusui lagi. Berbagai cara saya lakukan agar abang mau menyusu, karena alhamdulillah kandungan saya baik-baik saja walau masih menyusui. Namun si abang menolak. Karena tidak ada cara lain, maka saya mulai memberikan susu formula ke abang. Berbagai merek saya coba, dari yang termahal hingga normal dan mudah didapatkan. Tapi nyatanya, dari sekian banyak formula itu tidak ada yang mampu menyaingi perkembangan abang ketika masih mengkonsumsi asi. Dulu ketika masih mengkonsumsi asi, pertumbuhan gigi dan fisik abang lainnya normal dan cenderung lebih cepat. Namun semenjak mengkonsumsi selain asi, pertumbuhan giginya mendadak berhenti. Stagnan di jumlah 8 dan tidak bertambah hingga berbulan-bulan. Hingga saya merasa bahwa kandungan kalsium yang didapat boleh jadi tidak secukup ketika masih asi. Sehingga saya bantu memenuhi kecukupam gizi si abang dengan memberikan makanan-makanan apapun yang mengandung zat besi dan kalsium (karena usia sudah satu tahun lebih). Kini, di kehamilan kedua saya yang menginjak 7 bulan, saya berkomitmen untuk bisa lulus mengASIhi 2 tahun. Karena pengalaman mengASIhi si abang membuat saya banyak belajar bahwa menyusui bukan hanya sekedar memberikan makan si bayi, tapi juga menjaga pertumbuhan fisik agar tetap di kurva ideal. Dan dalam prosesnya, tidak bisa dipungkiri bahwa ada ikatan dan perasaan yang tidak mampu didefinisikan ketika proses menyusui berlangsung. Melihat senyum kecil itu merekah, mata bening yang memancarkan kebahagian, dan jemari mungil yang berusaha menggapai apapun untuk dimainkan. Sungguh ini perasaan yang tidak mampu saya beli ketika membelikan anak susu pendamping di luar asi. #PentingnyaMengASIhiTAP

Read more
Darimu Bunda Belajar
 profile icon
Write a reply