Alfia Dewi Masyitoh profile icon
PlatinumPlatinum

Alfia Dewi Masyitoh, Indonesia

Kontributor

About Alfia Dewi Masyitoh

Happy mom, happy wife :"

My Orders
Posts(5)
Replies(380)
Articles(0)

LIBURAN PERTAMA DENGAN BOS KECIL #LiburanSiKecilTAP

Lebaran kemarin kudu sabar tidak bisa kemana-mana. Sebagai gantinya, kami berencana liburan ke rumah kakak perempuan kami di Madura, kalau kondisinya memungkinkan. Dan ini akan menjadi momen pertama kami menyeberang jembatan Suramadu bersama si Bos Kecil. Kerasa banget bedanya liburan setelah ada si Bos Kecil. Dulu, liburan berdua dengan suami cukup bawa satu tas travel. Sekarang, harus ekstra satu tas besar lagi khusus untuk kebutuhan bayi yang masih 6 bulan. Karena sebagai orang tua, kami tidak ingin merusak momen #LiburanSikecilTAP yang pertama, misalnya seperti masuk angin, rewel karena ruam popok, dan gangguan-gangguan sejenis. Walaupun akhirnya barang-barang si Bos Kecil lebih banyak daripada emak-bapaknya, but it's ok, demi kepentingan dan kenyamanan bersama. Sebagai 'ibu negara,' saya nih yang paling ribet menyiapkan segala keperluan keluarga yang perlu dibawa. Berikut ini barang-barang si Bos Kecil yang wajib dibawa saat liburan, beserta printilan-printilannya. 🧸Barang wajib: ▪︎3 set baju + celana pendek ▪︎3 set baju + celana panjang ▪︎Popok secukupnya + alas ganti popok ▪︎2 sleepsuit ▪︎Selimut bayi + topi ▪︎1 sepatu + 3 pasang kaos kaki 🧸Perlengkapan mandi dan perawatan bayi: ▪︎Handuk bayi ▪︎Hair & body wash (gak ribet, sabun bisa sekalian sampo) ▪︎Baby cream ▪︎Baby lotion ▪︎Lotion anti nyamuk bayi ▪︎Krim ruam popok ▪︎Baby oil ▪︎Minyak telon ▪︎Baby wipes + tisu kering 🧸Printilan-printilan lain: ▪︎Rattle teether (mainan kesayangan si Bos Kecil) ▪︎Ring sling dan carrier (wajib nih, gendongan anti pegel) ▪︎Pompa ASI + botol susu ▪︎Feeding set + bubur instan (karena sudah mulai MPASI, sengaja bawa bubur instan karena pasti ribet kalau masak sendiri di tempat liburan, mana sempat) ▪︎Bantal kecil ▪︎P3K (seperlunya aja, sesuai kebutuhan bayi) ▪︎Hand sanitizer bayi (ini wajib banget nget nget di masa seperti ini, apalagi si kecil belum boleh pakai masker) Kira-kira seperti itulah... Semoga pandemi segera berakhir. Sudah kangen jalan-jalan leluasa tanpa pake masker. Kangen kemana-mana tanpa was-was. Kangen ngumpul keluarga besar. Gimana #LiburanSiKecilTAP versi moms??

Read more
LIBURAN PERTAMA DENGAN BOS KECIL #LiburanSiKecilTAP
 profile icon
Write a reply

Menjadi #ibujuara: Jatuh Cinta dengan Clodi

Sudah jauh-jauh hari, bahkan sebelum punya anak, saya berprinsip: sebisa mungkin tidak pakai pampers atau popok sekali pakai (pospak). Alhamdulillah sejak si bayik lahir sampai sekarang umur 6 bulan minim sekali pakai pospak. Pakai pospak kalau kepepet atau ketika bepergian ke suatu tempat. Saya jatuh cinta dengan clodi. Ketika baru lahir, si bayik memakai popok kain tali. Setelah 1 bulan mulai pakai clodi setiap hari. Lebih hemat dan yang paling penting adalah sangat mengurangi sampah. Saya dan suami termasuk orang yang sangat concern masalah sampah, sehingga memilih clodi bukan hanya karena ingin hemat pengeluaran atau ikut tren semata. Bisa dibayangkan kalau pakai pospak, sehari 4-6 buah, selama 2 tahun misalnya, berapa banyak sampah popok yang dihasilkan oleh satu orang bayi... Bisa dibilang saya bangga sebagai ibu pengguna clodi (cie ciee). Tidak semua orang tua mempunyai pilihan yang sama seperti kami. Kebanyakan lebih menyukai pospak karena praktis, kotor tinggal buang. Itulah kenapa para ibu pengguna clodi harus bangga. Kita lebih memilih ribet mencuci clodi, lebih rajin mencuci, serta lebih bersahabat dengan lingkungan. Bukan berarti para ibu pemakai pospak tidak hebat. Tidak. Bukan begitu. Setiap orang tua pasti punya alasan sendiri dalam setiap keputusan yang diambil untuk anaknya. Tetapi bagi saya, #ibujuara adalah ibu yang bukan hanya mencintai anaknya, tetapi juga mencintai lingkungan. Sehingga, kampanye mengurangi sampah dan ramah terhadap lingkungan seharusnya dirumuskan seperti ini: 1. Bawa botol minum dan alat makan sendiri 2. Pakai sedotan stainless 3. Bawa tas atau kantong belanja sendiri 4. Kurangi sampah plastik atau bahan yang sulit didaur ulang 5. Gunakan clodi dan kurangi popok sekali pakai Selamat mencoba dan berjuang menjadi #ibujuara!!

Read more
Menjadi #ibujuara: Jatuh Cinta dengan Clodi
 profile icon
Write a reply

Menjadi #ibujuara : Lahiran Kondisi Hb Rendah

Postingan ini saya dedikasikan untuk orang-orang dermawan yang rela mendonorkan darahnya demi orang lain, para tenaga medis, dokter, bidan, serta seluruh #ibujuara maupun calon ibu di seluruh dunia. Semoga bermanfaat! Saya pikir semua wanita akan setuju jika saya bilang 'menjalani kehamilan dan melahirkan di masa pandemi bukanlah hal mudah'... Itulah yang saya alami sekitar 6 bulan lalu, Juni 2020, demi membawa putra kami ke dunia. Sebelumnya, di kehamilan trimester pertama, saya melakukan cek lab lengkap. Hasilnya semua normal, kecuali satu: nilai Hb. Sedikit di bawah normal, 10.6. Segala upaya saya lakukan agar nilai Hb bisa mencapai angka normal, menjaga pola makan sehat, istirahat cukup, senam hamil, serta manajemen stres yang baik. Memasuki trimester 3, sekitar minggu ke-33, saya cek lab lagi. Sama seperti sebelumnya, semua normal. Tapi nilai Hb justru malah turun menjadi 10.4. Saya tetap berusaha tenang karena waktu itu dokter bilang, "Selisihnya tidak jauh dari nilai normal kok, Bu. Tidak perlu khawatir." Saya berpegang teguh dan optimis bahwa saya bisa melahirkan normal, tanpa masalah. HPL sudah semakin mepet ditambah kondisi pandemi yang sangat memprihatinkan (saya tinggal di Surabaya yang waktu itu masuk zona hitam), semakin sulit memboyong keluarga atau kerabat yang bersedia menjadi pendonor darah--jika kepepet saya perlukan. Di usia kehamilan pas 37 minggu saya melahirkan. Di puskesmas terdekat. Proses lahiran mulai dari bukaan 1 sampai 8 semua berjalan baik-baik saja. Sayangnya justru ketika bukaan 10, ketika momen lahiran, saya kelelahan dan kehabisan tenaga karena sudah sejak 2 malam sebelumnya saya tidak bisa tidur sebab merasakan kontraksi palsu yang semakin intens. Alhasil, momen lahiran pun menjadi penuh drama. Saya tidak kuat mengejan, harus dibantu 2 orang bidan yang mendorong si bayi di perut untuk keluar. Dan cukup lama prosesnya sampai akhirnya si bayi lahir. Selesai lahiran kondisi saya melemah, pucat pasi, bahkan pingsan. Setelah dicek ternyata Hb saya drop sampai angka 6.8! Shock sekali saya waktu itu. Belum sampai di situ. Jahitan perineum saya juga mengalami pembengkakan. Pihak puskesmas akhirnya mau tidak mau harus merujuk saya ke RS terdekat. Sebelum dirujuk saya masih harus menjalani rapid test dan rontgen foto toraks untuk memastikan bahwa saya tidak terpapar virus Covid-19. Alhamdulillah, hasilnya non-reaktif dan negatif, sehingga saya dikirim dengan ambulans ke salah satu RS besar di Surabaya (seumur-umur baru kali itu saya naik ambulans yang bunyi wiu-wiu-wiu-wiu). Pikiran saya sudah pasrah, "Ya Allah jika memang takdir saya menjadi ibu maka selamatkan saya, pulihkan saya. Jika tidak, maka takdirkan. Saya takut mati. Saya masih ingin mengasuh dan membesarkan anak saya. Sembuhkan saya." Begitu doa saya dalam hati. Sampai di RS, saya masih harus rapid tes lagi. Tangan rasanya sudah nyeri sana-sinu ditusuk jarum berkali-kali: infus, tes darah, rapid tes yang tidak cuma sekali. Beruntung RS cepat menangani. Pembengkakan yang terjadi jahitan perineum saya ternyata tidak mengkhawatirkan dan tidak berbahaya. Tidak menunjukkan adanya pendarahan dalam rahim atau sejenisnya. Tapi memang bengkak karena trauma. Yang mengkhawatirkan justru kondisi Hb yang rendah. "Berdoa ya Bu, semoga kita segera mendapatkan kantong darah dari PMI. Kondisi pandemi seperti ini sebetulnya cukup riskan untuk transfusi darah. Tapi kita upayakan semaksimal mungkin untuk kesembuhan Ibu." MasyaAllah, adem sekali perkataan dokter waktu itu. Saya sedikit lebih tenang. Rasa sakit di jahitan perineum mulai berkurang. Dan Maha Kuasa Allah, tidak sampai 12 jam saya mendapatkan pendonor. Proses transfusi darah pun dilakukan dan saya menghabiskan dua kantong darah (ternyata ditransfusi darah itu sakit mak). Alhamdulillah kondisi saya terus membaik dan selama 2 hari saya di RS kondisi Hb sudah meningkat meskipun belum mencapai normal. Dokter menyarankan saya untuk pulang dengan mempertimbangkan kondisi saya dan bayi saya yang membutuhkan susu ibunya. Masih sedikit lemah dan pucat, saya memutuskan pulang. Saya bersyukur sekali, bisa pulang dan menemui bayi kecil kami yang mungil. Selama di rumah, ikhtiar untuk meningkatkan Hb terus saya lakukan. Makan daging, sayur, buah kurma. Alhamdulillah, minggu berikutnya ketika kontrol ke RS kondisi Hb sudah normal. Semoga cerita ini bisa menjadi pelajaran. Pentingnya cek lab selama hamil, siap sedia pendonor darah, dan menjaga pola hidup sehat selama kehamilan.

Read more
Menjadi #ibujuara : Lahiran Kondisi Hb Rendah
 profile icon
Write a reply