Assalamualaikum mamsi.. Sesuai janji aku, nih aku mau share tentang support suami tercinta buat aku. Jadi suamiku selalu bantuin aku jagain si kecil Alesha, dan beberes rumah. Semua perkerjaan rumah tangga kita bebarengan kerjainnya. Dan Alhamdulilah suamiku sangat pengertian sekali. Oh ya, suamiku juga suka beliin makanan kesukaanku dan HERBA ASIMOR, katanya biar makin semangat menyusui anak kami. Aku percaya support support krang terdekat jadi bisa membuat aku makin semangat dan bisa #KawalAwal 100% ASI for MORe bayiku. Ditaambah denga support herba asimor ASIku jadi berlimpah. Oh ya mamsi, ikutan yuk post support support kalian yg diberikan orang orang terdekatmu, nanti bisa dapat hadiah dari Herba Asimor! Nah, oleh karena itu juga suamiku dari awal sampe saat ini selalu support aku selaku mamsi untuk terus semangat dan bisa menyusui anakku. Kadang juga dia sering bantuin aku kalo lagi capek, kurnag tidur, sering mijitin juga loh. Aku percaya dengan bentuk support orang orang terdekatku, aku jadi bisa kasih #KawalAwal 100% ASI for MORe untuk bayiku. Apalagi ditambah dengan support ASI dari Herba ASIMOR. Ga percaya, coba mamsi follow aja @asimor.id. Nah buat mamsi, yuk ikutan post support support yang diberikan orang di sekitarmu, nanti bisa dapat hadiah dari Herba ASIMOR !
Read more#IbuJuara Kisah Perjuanganku Menjadi Seorang Ibu
Hai moms, di sini aku mau bercerita tentang perjuanganku menjadi seorang Ibu. Mulai dari perjuangan untuk hamil, melahirkan dan merawat anakku. Aku menikah di tanggal 14 oktober 2018, seminggu setelah menikah aku dan suami harus merasakan LDM (Long Distance Marriage), dimana suamiku bekerja di luar kota saat itu dan aku stay di kota Medan. Ya, suamiku bekerja di luar kota, sementara aku juga mengurus bisnis di kota. Dua bulan sekali aku dan suami bertemu. Tepat 6 bulan setelah menikah Alhamdulilah aku hamil, dan moment itu adalah moment yang paling bahagia yang aku dan suami rasakan. Dan karena urusan bisnis dan pekerjaan, momen perjalanan kehamilanku juga ga lepas dengan LDM. Ya, lagi lagi harus LDM. Sedih rasanya, tapi karena memang keadaan harus seperti itu, aku ikhlas menjalankannya. Disaat usia kehamilan memasuki usia 3 bulan, akhirnya aku menyusul ke tempat suamiku. Pada saat itu, aku menempuh perjalanan darat 18-20 jam untuk ke lokasi tempat suamiku tinggal. Akhirnya kita ga lagi LDM tapi cuma 4 bulan aja. Dan saat kehamilanku berusia 7 bulan aku kembali ke Medan untuk mempersiapkan kelahiran. Loh, kenapa tidak lahiran di daerah tempat suami bekerja saja? Kenapa harus LDM lagi? Ya. Karena daerah tempat suamiku bekerja sangat jauh dari Rumah Sakit, dan kami tidak ingin mengambil resiko. Momen yang akhirnya kami nanti pun datang. Tepat di usia kehamilan 40 minggu, aku mengalami flek dan kontraksi ringan di subuh. Karena sudah banyak mencari informasi sebelumnya tentang tanda tanda akan lahiran, aku melihat tanda yang aku alami saat itu adalah tanda aku akan lahiran. Subuh keluar flek dan aku sempatkan tidur hingga menunggu pagi menjelang. Setelah pagi, rasa kontraksi semakin konsisten dan rasanya semakin terasa, akhirnya tepat di pkl 08.00 wib, aku dan keluargaku memutuskan untuk ke rumah sakit. Tibanya aku di rumah sakit, bidan langsung memeriksa pembukaan. Ternyata aku sudah bukaan 3. Akhirnya dari ruang UGD aku menuju ke ruang tindakan untuk terus dipantau keadaannya. Alhamdulilah, semua pembukaan dan kontraksi berjalan dengan baik hingga pembukaan 7. Tapi setelah di pembukaan 7, kontraksinya perlahan mulai berkurang, akhirnya aku di induksi. Setelah beberapa menit di induksi, kontraksi mulai muncul kembali dan semakin dahsyat rasanya. Oke, aku siap bertemu dengan anakku! Bismillah. Lengkap sudah pembukaan, ternyata ketuban juga masih belum pecah. Dan akhirnya bidanpun memecahkan ketuban, dan persalinanpun dimulai. Aku mendengarkan intruksi dari bidan yang memanduku lahiran, semua intruksi kulakukan, seperti mengedan, ambil napas dll. Proses persalinan berlangsung agak lama tepatnya di berapa menit aku lupa. Yang jelas semua bidan dan perawat yang aku lihat disekelilingku banyak yang menampilkan raut wajah "khawatir". Akupun ikut khawatir. Rasanya mengedan tidaklah mudah ya ternyata, tidak seperti yang kubanyangkan dan bahkan lihat di TV. Bidan mengatakan " bu, mengedannya seperti ingin pup ya" Nah, dengan posisi yang kontraksi dan harus mengedan, aku tidak bisa membedakan mana mengedan ingin pun dan mana yang tidak. Akhirnya untuk memudahkan persalinanku dan karena kondisiku yang hampir tidak sanggup lagi mengedan, aku ingat ada seorang bidan naik ke arah punggungku dan mendorong perutku kebawah dan akhirnya bayiku pun lahir. Haru dan Bahagia sekali rasanya. Tapi yang membuatku khawatir saat itu, bayiku lahir tidak spontan menangis. Semua tenaga medis diruangan itu memasang raut wajah khawatir, aku hanya bisa pasrah dengan keadaan yang seperti ini. Akhirnya setelah diberikan selang oksigen ke hidung bayiku barulah bayiku menangis dengan kencang, dan disitupun aku menangis bahagia dan rasa kekhawatiranku berkurang. Dengan cepat, bayiku langsung dibawa ke ruangan bayi untuk diobservasi lebih lanjut. Beberapa jam kemudian aku tanyakan kondisi bayiku kepada bidan di sekitarku, katanya bayiku sehat, dan akupun lega. Besok paginya, aku bertemu lagi dengan bayiku, dan aku belajar untuk menyusuinya. Dipagi hari itu juga H+1 aku lahiran, suamiku baru tiba ke Rumah Sakit tempat aku melahirkan, ya karena perjalanan darat dari daerah tempat suamiku bekerja ke tempatku memakan waktu 18-20 jam. Lengkap sudah kebahagiaan kami, dan dihari ke 2 aku di Rumah Sakit akhirnya diperbolehkan pulang ke rumah. Akhirnya kami sekeluarga pulang ke rumah, dan mulai untuk belajar menjadi Ibu. Belajar menyusui, mengasuh dan merawat. ASI ku baru keluar di hari ke-5, jadi selama hari 1-4 anakku minum ASI kakakku, kebetulan kakakku juga memiliki bayi yang jaraknya terpaut 6 bulan dengan anakku. Karena 5 hari anakku minum dengan botol susu, saat aku perkenalkan dengan putting PDku , anakku menolak dan lebih suka minum dari botol (mungkin ini namanya bingung putting). Saat itu aku terus pompa ASI ku dan menyimpannya dalam kulkas, yang penting kebutuhan anakku tetap terpenuhi. Tapi sedih rasanya, anak tidak mau menyusu langsung. Ternyata perjuanganku tidak hanya sampai dilahiran saja, perjuangan untuk menyusui secara langsungpun dimulai. Tiap hari aku mengajari anakku untuk menyusu secara langsung, setelah beberapa hari dicoba tidak berhasil juga. Menangis tiap hari, stress juga semua campur aduk rasanya. Yang kupikirkan, gimana ASI akan terus berproduksi kalau anak tidak mau menyusu secara langsung. Walaupun aku tetap pompa, tapi gimanapun hisapan, mulut dan lidah bayi adalah yang lebih baik untuk menstimulus lancarnya ASI keluar. Tepat dihari ke 9 akhirnya aku berhasil menyusui anakku secara langsung, Alhamdulilah. Aku menangis bahagia saat itu. Ternyata seperti ini rasanya menjadi seorang ibu, dan seperti ini bentuk perjuangan seorang ibu. Alhamdulilah sekarang anakku sudah berusia 11 bulan, dan banyak sekali perkembangan yang sudah dia alami. Di usia yang sekarang lagi aktifnya belajar melangkah ke sana kemari, dan aku bersyukur bisa mengamati setiap pertumbuhannya. Nah moms, aku yakin semua Ibu adalah #ibujuara karena semua Ibu adalah Hebat. Semua Ibu adalah dunia dari anak anaknya. Semangat untuk semua Ibu, Ibu adalah suatu predikat yang sangat luar biasa karena Ibu bisa banyak menjalankan peran penting di rumah bagi anak anaknya bagi keluarganya.
Read more