Drypers Drypantz, popok kepercayaanku untuk si Kecil
Siapa yang lagi galau cari popok yang oke untuk si Kecil? Kali ini saya mau review nih popok yang dipakai sama Gwen yaitu Drypers Drypantz @drypersid yang menurut saya oke banget. Dengan Triple Action Core, popok ini dapat bertahan hingga 12 jam dan menjaga kulit bayi tetap kering dan terhindar dari iritasi! Selain itu didesign dengan SmartFIT Technology sehingga popok ini mampu membalut secara keseluruhan dari 4 sisi dengan bahan elastis halus yang menyesuaikan gerakan si Kecil dan pastinya tidak meninggalkan bekas merah pada kulit. Perlindungan gandanya juga mampu mencegah bocor serta lapisannya seperti kain yang menjaga sirkulasi udara agar kulit bayi tetap dingin dan segar Yuk ah berikan #DrypersSerapannyaTop #FitnyaPas untuk si kecil Cusss Moms bisa langsung beli di marketplace kesayangan Moms #Drypers #DrypersDrypantz
Read more


#IbuJuara bukanlah Ibu yang Sempurna melainkan Ibu yang Bahagia
Siapa sih yang tidak bangga menjadi seorang IBU? Sebuah panggilan yang sangat mulia dimana Tuhan mempercayakan si Kecil pada kita. Saya pribadi juga bersyukur, tahun ini dikaruniai seorang malaikat kecil lagi oleh Tuhan. Nah, pada kesempatan kali ini, saya mau sharing pengalaman saya selama hamil anak kedua hingga menyusui dan membesarkan anak di tengah Pandemi Covid-19. Sungguh suatu pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan sepanjang hidup saya. Bermula dari kehamilan yang memasuki usia 8 bulan, saya sakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang mengharuskan saya untuk dirawat. Awalnya saya tidak mau karena jujur saja dalam situasi pandemi seperti ini tentunya sangat riskan dirawat di Rumah Sakit, takut tertular Virus Covid-19. Akan tetapi kondisi yang semakin drop dan memikirkan keselamatan bayi dalam kandunganlah yang membuat saya mengambil keputusan untuk dirawat. Tiap hari saya hanya bisa pasrah, berdoa sambil memaksakan diri untuk mengkonsumsi makanan dan minuman bergizi meski saat itu saya sangat mual. Saya pun sudah mengalami pendarahan baik di gusi hingga munculnya banyak bercak (petechie). Bahkan, saya berpesan pada suami jika keadaan saya semakin parah lebih baik minta dokter untuk segera melakukan operasi caesar meskipun Dokter mengatakan resikonya besar karena dikhawatirkan terjadi pendarahan hebat yang bisa mengancam nyawa. Saya rela kehilangan nyawa yang penting bayi dalam kandungan bisa terlahir dengan selamat dan sehat. Ternyata Tuhan berkehendak lain. Pada hari keempat, trombosit saya mulai naik perlahan tapi pasti. Lalu setelah membaik, saya diizinkan untuk pulang dan dokter menyuruh saya untuk bed rest total untuk memulihkan stamina. Tak disangka, beberapa hari kemudian saya mengalami kontraksi dan segera dilarikan ke Rumah Sakit. Pecah ketuban dan pembukaan tidak kunjung naik setelah menunggu selama 7 jamlah yang membuat dokter memutuskan agar saya operasi caesar. Hal yang dikhawatirkan terjadi dimana operasi memakan waktu sangat lama karena pendarahan yang tak kunjung berhenti. Sungguh bersyukur sekali, saya bisa melewati itu semua dan anak saya lahir dalam keadaan sehat dan tidak kekurangan satupun. Apakah setelah melahirkan saya sudah tenang? Oh tentu TIDAK. Perjuangan belum selesai! Membesarkan anak di tengah pandemi yang membuat saya harus #dirumahaja tentunya sangat mempengaruhi psikis dan sisi emosional saya. Sebagai seorang Ibu, saya harus bisa menjadi apa saja mulai dari istri, teman main si sulung, bahkan mendadak harus menjadi guru selama PJJ. Stress, jenuh? Sudah pasti! Belum lagi banyak "serangan" dari pihak lain yang selalu mengkritik saya dalam hal merawat si Kecil. Kesal? Benci? Sedih? Tentu saja YA jawabannya. Tetapi kebayangkan, kalau saya yang sedang dalam proses meng-ASI-hi saja stress dan "galau" bagaimana dengan nasib si Kecil? Sedangkan seperti yang kita ketahui pula bahwa stress akan mempengaruhi Kuantitas ASI dan dapat membuat imun drop. Hal ini tentunya berbahaya di masa pandemi seperti ini. Oleh karena itu, saya selalu berusaha untuk curhat dengan suami atau teman yang bisa dipercaya sehingga setidaknya dapat mengurangi beban saya. Saya pun sadar tidak bisa mengontrol apa pun yang keluar dari mulut seseorang. Sejak saat itulah saya mulai berdamai dengan keadaan. Menyaring semua kritikan yang ada adalah langkah yang saya lakukan sebagai bentuk perlindungan diri karena bagi saya ada kritikan yang bisa membangun saya untuk menjadi Ibu yang lebih baik lagi atau memang sengaja membuat saya jatuh. Namun hal yang terpenting, sebagai seorang Ibu, saya jauh lebih tahu kondisi anak saya dibandingkan orang lain. Saya selalu berpegangan pada sebuah prinsip, #IbuJuara bukanlah Ibu yang Sempurna melainkan Ibu yang Bahagia karena Ibu Bahagia akan menghasilkan anak dan keluarga yang bahagia. Bagi para Mums semua yang mungkin mengalami hal yang sama, percayalah, semua suka dan duka yang dialami oleh Mums akan terbayarkan dengan melihat senyum manis di wajah si Kecil... Dengan melihat si Kecil tumbuh menjadi anak yang sehat dan bahagia... Semoga pengalaman yang saya bagikan ini dapat bermanfaat bagi Mums semua
Read more
Pakai Pasta Gigi Berlebihan, Aman Gak Sih?
Duh kenapa gigi anak saya warnanya coklat2 dan berlubang ya?padahal jarang makan yang manis2 dan rajin gosok gigi.Kok bisa sih? . Nah ternyata ga cukup loh hanya dengan gosok gigi secara rutin. Takaran pasta giginya uda sesuai dengan yang dianjurkan belum? . Pada kemasan pasta gigi anak biasanya ada himbauan takaran yang diperbolehkan. Tapi banyak juga Parents yang mengabaikan. Biasanya kita menganggap, ah gapapa pakai pasta gigi yang banyak juga kan gigi anak jadi lebih kuat. Ini nih yang perlu diluruskan . Rekomendasi American Dental Association (ADA), untuk anak usia dibawah 3 tahun, takaran pasta gigi yang dianjurkan tidak lebih besar dari ukuran sebutir beras, sedangkan untuk anak usia diatas 3 tahun, takarannya seukuran kacang polong. Dan akan terus bertambah takarannya sesuai dengan bertambahnya usia. . Kandungan fluoride dalam pasta gigi itu memang baik untuk gigi jika dalam batasan normal. Kalau kebanyakan justru bisa menyebabkan FLUOROSIS. . Apa sih Fluorosis? Fluorosis itu suatu keadaan dimana terjadi perubahan pada lapisan enamel gigi yaitu muncul bintik putih, kuning hingga coklat bahkan bisa menyebabkan lubang . Bagaimana kalau pasta gigi tertelan? Selama pasta gigi yang diberikan dalam takaran normal ya ga masalah cuma kalau dalam jumlah yang banyak bisa berdampak pada kesehatan misal mual, muntah, diare dan gangguan kesehatan lainnya. . So, ingin gigi Si Kecil sehat dan kuat?Yuk pakai pasta gigi dengan takaran yang tepat. #parentingtips #parenting #gigianak #pastagigianak #tipsgigianak #takaranpastagigi #kesehatangigi #gigisusu #fluorosis #fluorosisdental #fluorisisgigi #pastagigifluoride #sharingmakyenny
Read more