Tepat 5bulan yang lalu
Gerimis hujan mengguyur perlahan seolah mengantarkan kaki ini, dgn penuh cinta hujan tidak akan menghalangi apapun demi anak yg ada dalam rahimku,
Ya dia Muhammad Alfatih Dhafir, Anak laki2ku anak yg paling istimewa.
Degup kencang berdebar gelisah prasaan ini ktika ibu bidan tidak bisa mnemukan detak jantungmu yg lembut nak. Langkah yg mulai melemah, genggaman yg mulai meng'erat seakan saling menguatkan melawan menghancurkan kekhawatiran.
Awan mulai menggelap, rintik hujan yg stia turun, aliran listrik yg padam seolah memberi firasat, tangis yg mulai turun seolah tdk tertahan lagii
Langkah perlahan memasuki ruang instalasi gawat darurat ,, dalam hati apapun yg akan aku rasakan aku ikhlas asalkan kamu selamat nak
Duduk diranjang dingin dengan tangan gemetar menggenggam tangan ayah, dokter berucap agar aku langsung masuk ruang bersalin, tdk sampai situ dokter lanjut berbicara *jika memang bayinya sudah tidak ada, harus segera dikeluarkan..?*
Ucap yg tidak pernah aku terima sedikitpun, karna aku percaya dia masih hidup, anakku kuat, anakku seorang laki2 hebat.
Coba perlahan melangkah menguatkan diri,
Ruangan dingin, Alat medis yg sbelumnya tdk pernah aku lihat, satu persatu mereka gunakan seakan melihat apa yg terjadi trhadap anakku
Detak jantungmu tetap tdk terdengar, mesin USG itu mulai memperlihatkan kondisi anakku *dilihat dari bentuk tengkorak kepalanya bayi ibu sudah tiada 2 atau 3 hari yg lalu* ucap dokter
Tangis itu pecahh, bumi seakan runtuh, telinga tdk kuat menahan smua ucapan itu ,, mulut meyakinkan mereka *anaku ada!! Dia ada!!,, dia disini!!.. jangan sembarang ucap!!* Mama yg mulai mengusap punggung dan kpalaku,merangkul mencoba mempercayai ucapan dokter yg mnurutku sangat menyakitkan.
Dunia gelap. Dunia tdk percaya dgn keyakinanku,
Kaki tdk kuat menopang tubuh, melangkah masuk ruang inap bersalin, perlahan smua meyaknikan
& perlahan kyakinanku hancur ,, Apa benar kamu sudah tdk ada nak?? ,, mencoba tenang sempat aku trdiam sjenak ,, apa harus aku mnerima takdir ini? Mempercayai anak laki2ku yg masih didalam rahimku ini tiada scepat itu di usia kandungan ke 9bulan?
Satu persatu alat medis itu menusuk kulit, dokter berucap kalo aku harus mlakukan induksi untuk mengeluarkan anaku?
*Nak maafin mreka mengganggu kamu di dalam rahim ibu?*
1 malam pertamaku sangat berat saat itu, satu persatu obat memaksamu untuk kluar nak, rasa sakit perlahan mnyiksa ibu ,, Malam seolah berlarut2 pagi tdk datang scepat biasanya.
*nak bangun sayang?,, ayo tendang ibu buktiin sama mreka,, ibu tdk suka mreka nak,, mreka tdk percaya dgn ibu*
Pagi datang perlahan, sembab mata ini seolah mnjadi bukti jika malam itu bukan mimpi
1.. 2.. 3.. obat kmudian berganti dgn alat yg mulai dokter masukan kedalam tubuhku, sakit tidak bisa diutarakan,, yg ibu harap cuma kamu selamat
Terdengar suara rintih ksakitan, mnangis mrasakan kontraksi alami yg dirasakan pasien2 lain, kmudian tdk lama terdengar suara tangis bayi yg lahir dgn sehat,,
Pecah tangisku, sakit menahan iri mengiringi sakit induksi yg mlebihi sakit yg mreka alami, prasaan yg hancur karna harus terima knyataan jika nanti anakku lahir tanpa trdengar tangisan sperti bayik2 lain,, rasa ingin mengakhiri perlahan datang..
Waktu terus berjalan perlahan menyiksa
2kluarga sudah memutuskan keesokan harinya tindakan lain akan dilakukan jika hari ini aku tdk bisa bersalin normal,
Tapi aku masih tetap yakin, Anakku akan menolong ibunya yg ingin cepat2 memberinya adik
Sakit yg hilang perlahan datang kmbali bgitu mnyakitkan,
Jam mnunjukan pukul 8 malam, smua menghawatirkan kselamatanku,, oh apa ini kontraksi yg mreka harapkan? Anakku akan kluar dgn slamat,masih dgn kyakinanku
Pukul 10malam smua sudah mengkhawatirkanku, ntah masih sadar atau tidak aku mnangis mnahan sakit sejadi jadinya, dokter & perawat berkali2 melihat perkembangan pembukaan persalinanku, itu mnyakitkan
Smua sibuk mempersiapkan
Dengan sisa2 tenaga dan harapan yg aku punya
Kukerahkan smua yg tersisa mengeluarkanmu nak
Tdk butuh waktu lama, tdk lebih dr 3mnit
07 Juli 2020 pukul 22:25 kamu lahir
Tdk ada airmata lagi dipipiku, sakit itu skejap hilang tdk ada tangisan terdengar, ayah yg tdk berhenti menggenggam
Dokter membawamu tanpa helaan nafas, tdk memberimu kesempatan untuk ibu peluk, bahkan mengusap kulitmu yg sudah mulai membirupun ibu tdk diperbolehkan.
Dimana nafasmu nak,, knpa kulitmu membiru? Knpa tubuhmu dingin sayang??
Jarum & benang itu mulai menyakiti ibu nak,
Kmari nak tolong peluk ibu, kuatkan ibu.
Sisa2 kekuatan itu ibu kmbali pertaruhkan, tdk ingin ibu mnangis saat itu, bahkan untuk mengerutkan dahi pun ibu tdk mau nak, ibu coba tersenyum saat itu, karna ibu tau waktu kita tdk lama
Akhirnya ibu bisa menggendongmu yg sudah terbungkus rapih,
*badanmu dingin nak?,, knpa kamu tdk membawa ibu bersamamu??*
tangan, mulut, wajah ibu smuanya membeku memelukmu nak ,, tdk ada tangisan saat itu
Perlahan ibu harus mlepas pelukan,
menjadi sentuhan pertama dan terakhir saat itu
Apakah ini takdir yg kamu pilih nak? Apakah kamu baik2 saja disana? Apakah kamu sudah tdk mrasa sakit lagi disana? Yakinkan ibu,jika memang kamu sudah bahagia disana
Langkah perlahan menjauh, membawamu pergi meninggalkan ibu untuk slamanya..
Ruangan kembali menyepi, kabut menghalangi smua pandangan mngiringi kepulanganmu..
Obat yg membuat ibu tertidur sjenak melupakan segalanya,
Pagii mnyakitkan itu tiba, kursi roda itu didorong mengantarkan ibu pulang dengan perasaan hampa
Jendela mobil itu membuat tangisanku perlahan pecah
*ibu pulang nak, kamu dimana? ,, knpa kamu pulang lebih dulu daripada ibu??*
Saat itu aku mulai sadar, kamu sudah bahagia disana nak ,, kamu berharap ibu akan baik2 saja tanpa kamu..
Disini ibu berjanji, ibu akan kuat,
Sakit yg ibu rasakan akan ibu kenang sbagai Cinta
perlahan ibu akan jalani sisa hidup ibu tanpa kamu,
Sisa2 kekuatan ibu meyakinkan semuanya.
Kamu anak hebat, kamu kuat nak, kamu anak yg dipilih Allah, ibu titipkan sgala khancuran hati ibu berharap Allah gantikan dengan kebahagiaan dan senyumanmu nak.
Disini ibu baik2 saja,
Tak apa nak itu jalan yg kamu pilih, Takdir yg Allah tuliskan itu ibu yakin indah,
Bahagia disana nak , Ibu & Ayah akan slalu mendoakanmu
Biarkan kami tetap mnjadi orangtua yg baik untukmu
Ijinkan kami tetap mengenangmu
Trimakasih sudah hadir & memberi cinta untuk kami
Peluk,cium tiada henti dari kami untuk kamu anak pertama kami Alm. Muhammad Alfatih Dhafir Bin Mardiyansyah❤
Alfatihah
#ibujuara