till death do us part
saya sangat sedih dengan pernikahan saya. setelah saya mulai menyelami, kekecewaan saya hanya krn suami yg sering pegang gadget. dan pada akhirnya saya merasa sendirian mengurus bayi dan rumah. saya berusaha kuat, berusaha bisa, berusaha sabar, berusaha untuk ga mengganggu suami saat dia mau istrht dan nonton dirumah, saya diam saat dikritik, saya belajar untuk melakukan yg dia sukai. lalu saya tersadar, apakah dia tau apa yang saya sukai? seberat apa hari hari yg saya lalui? sedangkan kasih itu katanya SALING MEMBERI. kenapa hanya saya? hanya saya yg diminta bersabar dan berubah? kenapa hanya saya yg diminta untuk mengerti pasangan? dan disaat suami menggertak, mengacuhkan, memperlakukan saya seperti bukan istrinya, disaat saya sakit dibiarkan, saat saya lelah tidak dibantu, saya berusaha untuk kuat. tp akhirnya saya sadar, saya lelah. lelah hanya saya yg berusaha menaati Tuhan dan melakukan yg benar. lelah untuk berbuat baik dan memaafkan lagi. dan saya menyesal memberi kesempatan hidup kpd saya stlh bulan desember lalu seharusnya saya selesai di dunia. saya menyesal tdk mengakhiri hidup ini. jika Tuhan membenci perceraian dan menikah lagi, maka saya rela untuk meninggalkan dunia ini agar dia mendapatkan yg lebih baik