Satu minggu sebelum kelahiran sang buah hati tiba-tiba keluar flek darah sedikit bercampur lendir, langsung terkejut " hah mau lahiran kah?,tapi kok g ngrasain sakit ya ini perut?" (berkata dalam hati).
Ya sudah lah saya tanya ke ibu, apa ini tanda mo melahirkan Bu?, yang anehnya ibu saya jawabnya nggak tahu, beliau bilang dulu ibu nggak kayak gitu, melahirkan 5 anak lancar gangsar,katanya nggak sakit ibu saya dulu, langsung kerasa, langsung lahir... subhanallah saya jadi ingin seperti ibu saya.
Oke nggak lupa selalu cerita ke suami yang bekerja diluar kota.
Suami sarankan ke bidan... setelah ke bidan katanya nggak apa-apa... ditunggu saja waktunya.
Semakin deg-deg'an nich tiba" sudah 1 Minggu saja dari kejadian flek, keluar flek lagi... gugup nggak karuan... karena ibu saya juga bingung itu mau lahiran atau belum, pada santai semua dirumah,tambah g karuan juga kan saya, akhirnya ibu Carikan tukang ojek buat ke bidan... oke fine saya .asih kuat.
sesampai di bidan... masih santai... tapi besoknya disuruh ke rumah sakit tempat saya kontrol setiap bulan, ada anjuran dokter juga soalnya... diminta melahirkan dirumah sakit karena dalam pengobatan sakit TBC.
Keesokan paginya... karena suami bekerja jauh... akan pulang setelah dokter memberitahu bahwa saya mau melahirkan.
Dengan teman sekolah sekaligus tetangga dialah yang mengantarkan saya ke rumah sakit, jauh juga sama kerabat,jadi seadanya orang yang membantu. Sesampainya di rumah sakit antri lama banget ,tapi saya nggak ngerasain apa-apa ya... aneh... sambil antri perasaan campur aduk.
Giliran dipanggil dokter kandungan, oh my god dokternya laki juga.
Saya dinyatakan buka 2, benar mau melahirkan, langsung tensi naik... ya Allah tegangnya minta ampun... disitulah saya diijinkan menelfon suami jarum jam menunjukkan angka 10:11. Lumayan baik sih dokternya.Pembukaan 2 saya masih harus disuruh ke poli paru untuk konsultasi dengan apa yang terbaik saya lahiran, Caesar atau dengan normal sudah baik-baik saja.
Perjalanan kesana kemari ,bolak balik poli paru-poli kandungan sendiri, sebenarnya lemas sekali badanku karena deg-deg an. Meskipun didalam telfon suami sudah kasih support system yang bagus, suami minta teman saya nggak boleh pulang dulu sebelum suamiku datang, padahal status teman saya juga sudah berumah tangga.
Ketika menghadap ke dokter paru saya konsultasi ;
saya : dokter saya mau melahirkan,sudah buka 2, apa keadaan saya yang seperti ini sudah termasuk kuat kalau saya ingin lahiran normal? saya takut operasi dok .
dokter: baik saya jelaskan ya, sebenarnya kalau ibu sendiri sudah nggak merasa sesak nafas lagi iya nggak papa lahir normal,baik keterangan ini silahkan dikasih ke dokter kandungan... nanti setelah melahirkan kontrol lagi tggl sekian.
saya: terimakasih dok
3 menit sampai ke poli kandungan,
dokter: bagaiman mbak? yakin sudah diijinkan lahir normal?
saya: Alhamdulillah diijinkan dok
dokter: yakin sudah g sesak lagi? gini Lo mbak,kalau lahir normal ditengah perjalanan mbaknya sesak... mohon maaf ... ibunya yang kalah,bukan baby nya.
saya: " saya mati? nggak bisa lihat anakku" (merenung dan berkata dalam hati), saya yakin saya pasti bisa dok, saya takut Caesar.
dokter: baiklah ... kami akan membantu persalinan dengan baik, tp nanti tolong ya kalau tiba-tiba sesak,bilang... kami langsung lakukan operasi.
saya : waduh , iya dok.
Didalam ruang persalinan banyak sekali yang mau melahirkan,rasa cemas dan bahagia bercampur .... disitu teman saya jadi wakilnya suami dan orang tua saya... mengurus lembaran-lembaran apalah itu.
"nak kita tungguin ayah datang ya, jangan lahir dulu sebelum ayah datang!" ( ngobrol aja sama anak,sambil nunggu suami dan ibuku datang) .
Jarum jam menunjukkan pukul 04.00 ... ye suami datang, ibu datang. saya masih kuat dan nggak ngerasain sakit, suami mlongo... katanya mau melahirkan tapi kok nggak gimana-gimana.
suami : sayang ... katanya mau melahirkan,kok santae banget?
saya: iya ini ... buka 2 , belum diperiksa lagi, nggak gimana-gimana kok rasae.
suami: tapi nggak sesak kan? suaranya kok gitu banget,kayak sesak. bilango kalau emang sesak nafas, kita operasi.
saya: nggak kok mas, aku nggak sesak cuma flu, kok gitu sih... bikin keyakinanku berkurang aja mas. memang mas sudah nggak yakin lagi kalau aku kuat dan pasti bisa? ( terus terang suami bilang gitu bikin saya down, dan saya tau kami nggak punya banyak uang buat operasi)
suami: ya yakin tetap, ya sudah berdoa ya.
Setelah magrib ada pemeriksaan buka berapa lagi,duh sakitnya ampun deh pas dilihat buka berapa. ternyata dari jam 10 pagi sampai jam 18.00 masih buka 3. Semakin cemas, dan dokter putuskan saya dirangsang dengan infus.
Disitulah perjuangan saya mulai... suami dimintai rangsangan juga saya nggak mempan.
yang masuk cuma boleh satu orang, jadi tetap suami lah yang nemani saya berjuang. Ya Allah ya Tuhanku, sakit mulai terasa, luar biasa sakitnya nggak bisa saya tuliskan ... cuma bisa nangis,dan remas-remas tangan suami, lama sekali saya dirangsang,habis 2.
Ntahlah ditengah perjalanan itu suami selalu berbisik ke saya,agar kuat,pasti bisa,berdo'a, istighfar... itu yang dibisikkan ke saya. Tubuh mulai tak terkontrol, saya lihat suami penuh kwatir,dan keringat yang bercucuran, rasanya MasyaAllah. Ketika anak mengajak mengejan, dokter nglarang saya, saya nggak bisa jelaskan kalau ini anak saya yang ngajak . Bagaimana nggak bingung ya, mengejan bukan kemauan saya sendiri... tapi baby nya... mana bisa saya tahan, suami pasti juga nggak paham dengan itu, nggak bisa bantu bilang ke dokter, sambil lihatin suami,sambil mengeram"... saya cuma bisa berkata dalam hati.
Sempat saya putus asa ditengah perjalanan, saya lemas terkulai, nggak mampu berkata lebih, saya cuma bilang ke suami : mas ,aku gimana,aku nggak kuat lagi,? mata saya penuh tatapan kosong... dan nggak ada daya lagi.
suami: sayang, ayo buktikan pasti bisa dan kuat, ayo lah sedikit lagi, ayo siapa yang selau bilang yakin kuat dan bisa ( suami berkata sambil pegang kepala dan tangan saya, kelihatan nya seperti mau nangis).
Karena itu ,saya kumpulkan tenaga lagi, saya kuat-kuatkan, Alhamdulillah brollllll.... lega rasanya. Anakku lahir dengan selamat,sehat pada jarum jam menunjukan 22.40 pada bulan Agustus 2017, dengan berat badan 3.250gram. Ibunya mengidap TBC.
Anakku tercinta, penolong yang suci, membawa kebaikan untuk ayah bundanya dan orang sekitarnya, banyak yang sayang pula.
Suamiku memberi nama anakku "Salvatera" .
perjuangannya seorang bunda masih berlanjut diranjang baby setelah lahir.
#KarenaBundaBerharga
Iis Apriani