Terimakasih Suamiku
Pernikahanku masih belum lama kurang lebih baru 11 bulan, aku merasa bahagia dan bangga menjadi istri bagi suamiku.. Mungkin aku akan banyak bercerita tentang masa lalu kami sebelum kami menikah, begitu banyak perjuangan yang harus kami lalui hingga akhirnya Tuhan menyatukan kami.. Aku mulai kenal dengan suamiku dari kls 1 SMA, dia di kls 2 SMA.. Aku dan suamiku berada diyayasan panti sosial anak yg sama, kami sama2 dari keluarga yg kurang mampu. Tetapi dengan keberanian kami akhirnya bisa sekolah di SMA yg sama. aku sudah tertarik padanya karna kepribadian baiknya sehingga kami memutuskan untuk memulai hubungan "pacaran" saat itu tgl 8 sepetember 2008. Aku adalah wanita pertama yang dia kencani, selama SMA kami hanya menghabiskan waktu dengan belajar. Terkadang waktu libur kami hanya saling mengunjungi keluarga masing² karna aku tau impian kita ingin menjadi orang yang sukses dan manfaat bagi semua orang. Keadaan ekonomi tidak pernah membuat kami menyerah, hingga akhirnya kami bisa kuliah ditempat yang sama dengan mendapat beasiswa full selama kuliah.. Semasa kuliah banyak sekali laki² yg melebihi dia, dari kecerdasan, ketampanan bahkan harta. Tapi tidak semua laki² memiliki karakter pribadi seperti suamiku. Hingga akhirnya aku yakin bahwa dia adalah pendamping hidupku dan aku tidak salah memilihnya karna aku ingin membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah warohmah bersamanya.. Sudah hampir 7 thn kami pacaran, q ingin melangkah ke jenjang yang lebih serius. Tapi dia sepertinya belum siap karna dia sedang menyelesaikan tugas akhirnya. Diwaktu yg bersamaan Orangtuaku sempat khawatir takut anaknya lebih fokus belajar dari pada memikirkan masa depan (menikah), aku tidak tau apa yg dipikirkan orangtuaku padahal mereka tahu aku sedang menjalani pendekatan dengan kakak kelasku (suamiku), mungkin karna dia belum pernah sekalipun bicara serius tentang hubungan kami, orangtuaku hanya menganggap dia tidak serius dan akhirnya aku dikenalkan dengan laki² yang jauh lebih mapan dari nya.. Hati kecilku menolak. aku tidak ingin laki² yang lain, aku hanya ingin bersanding dengan dia (suamiku) tapi aku tidak bisa berbuat apa². Seluruh keluargaku merasa bahagia karna aku sudah berkenalan dan ngobrol banyak dengan laki² itu, tapi tetap aku hanya menganggap dia kenalan biasa. Tidak sampai disana saja, keluargaku sudah merencakan pertunangan kami (aku dengan laki² itu) aku kaget, sedih dan merasa bersalah pada dia (suamiku) krna aku belum menceritakan apa yang terjadi padaku. Aku takut dia (suamiku) merelakan aku dengan laki² itu krna sudah lebih mapan, aku tidak ingin mengakhiri hubunganku dengan dia (suamiku) seperti ini. Aku tetap meyakinkan orangtuaku bahwa mungkin laki² yg mapan itu perlu banyak waktu untuk bisa sukses, aku juga ingin menunggu dia (suamiku) sampai sukses. Mungkin sekarang belum saatnya karna dia masih kuliah, masih menyelesaikan tugas akhirnya. Aku ingin menunggu sampai akhir, sampai dia benar² mendapat penghasilan tetap. Saat itu orangtuaku hanya diam tidak berkomentar apapun. Ketika dikampus, aku menanyakan pendapat dari semua teman laki²ku " bagaimana kalau kamu punya pasangan dan pasangan kamu dijodohkan dengan laki² yang lebih mapan dari kamu?" Mereka semua menjawab "aku akan merelakannya, karna aku tidak tahu kapan aku akan meminangnya. Lebih bagus kalau ada laki² yang lebih mapan dariku menikahinya". Sesaat, aku mulai gelisah. Aku takut dia pun memiliki jawaban yang sama dengan mereka. ? Aku merasa keadaannya sudah sangat genting, akhirnya aku menceritakan semua yang terjadi dan rencana keluargaku. Masha Alloh, dia memberiku jawaban yang optimis. Dia menjawab " aku akan kerumahmu, menemui orangtuamu dan meyakinkan mereka bahwa aku serius ingin menikahimu". aku terharu sampai tak tahan menahan air mataku yang bahagia, terbersit dalam hatiku bahwa "memang kamulah yang pantas menjadi imamku". Kesokan harinya dia datang sendiri kerumahku dan menemui orangtuaku, berkata "saya serius ingin menikah dengan anak bapa, tolong kasih saya waktu krna saya masih kuliah dan harus menyelesaikan tugas akhir saya. Sudah waktunya tiba, saya akan datang lagi dengan keluarga saya". Orangtuaku menjawab " terimakasih sudah membimbing dan sayang teteh (panggilan orgtua padaku), bapa tunggu kedatangan aa selanjutnya" ( sebetulnya perbincangan ini dengan menggunakan bhs sunda, saya bhs indonesiakn untuk memahami yg lainnya). Akhirnya rencana pertunangan aku dengan laki² yg mapan itu dibatalkan, karna dia (suamiku) sudah lebih dulu berbicara pada orangtuaku. Alhamdulillah, Januari 2016 dia (suamiku) lulus kuliah dan dia msh mendapat pekerjaan free lance sampai menjadi karyawan tetap di kantor Badiklat jabar. Mei tahun yang sama saya pun lulus kuliah lebih cepat dari teman² seangkatan, saya menjadi pengajar privat (Tahsin Al-Qur'an & mapel umum) dan guru bhs arab disekolah tingkat menengah pertama dan atas (MTs & MA) April 2017 kami bertunangan, kami belum menentukan tanggal pernikahan karna dia (suamiku) ingin lebih banyak menabung agar pernikahan kami tidak menyusahkan orangtua (biaya full ditanggung oleh kita sendiri). Sudah selama 2 tahun kami menabung bersama Alhamdulillah 18 Agustus 2018 kami menikah meskipun resepsi yang sederhana kami sangat bahagia.. Kurang lebih 10 tahun kami menantikan momen yang spesial ini, hingga akhirnya kami disatukan dibawah kalimat syahadat. Alloh.. Alloh.. Alloh.. tak henti-hentinya aku berdzikir menyebut namaNYA, sungguh nikmat mana lagi yang harus kami dustakan?. Dengan perasaan yang bahagia ini kami selalu melewati hari² yang menyenangkan, pekerjaan rumah tangga selalu kita bagi bersama bahkan kita mengerjakan sama² kalau dia libur kerja. Alhamdulillah sebentar lagi kami akan dikaruniai buah hati, sekarang aku sedang mengandung 10w. Semoga keluarga kita selalu sakinah mawaddah warohmah, Aamiin.. Moto kita "cinta itu suci, maka janganlah kita mengotori hal yang suci itu dengan sesuatu yang buruk", "cinta dan kebersamaan kita tidak menjadi penghambat bagi mimpi kita" Semoga sepenggal kisah ini menjadi penyemangat bagi para pembaca sekalian.. #RumahTanggaTAP