SUSTER MERAH..
Namaku Dita. Aku seorang suster atau perawat di sebuah rumah sakit swasta di kota Bandung. Kota Bandung terkenal dengan julukannya sebagai kota kembang. Kota kembang diberikan mungkin karena tampilan kota bandung yang cantik. Atau mungkin juga banyak gadis-gadis cantik di kota ini bagaikan kembang yang merekah. Namun tak selamanya keindahan itu tanpa duri di tangkainya. Begitu juga kota bandung yang terkenal dengan julukan kota kembang ini banyak menyimpan sejuta misteri yang mencekam. Sedikit tentang sisi lain dari kota bandung yang dapat aku tuliskan berdasarkan pengalamanku bekerja di sebuah rumah sakit. “Suster Merah”, sosok yang ramai dibicarakan karena sering menampakan diri kepada pasien maupun perawat. Sebelum bercerita pengalaman seram tentang suster merah, ada baiknya kita menilik kisah pilu yang menjadi asal-usul sosok tersebut. Beberapa tahun yang lalu, ada seorang perawat yang sangat periang, mudah bergaul dan polos bernama Sari. Selain menyenangkan, Sari memiliki wajah yang cantik serta tubuh yang mampu membuat mata lelaki sulit memalingkan pandagannya. Menurut beberapa teman seangkatannya, Sari merupakan individu yang mau bergaul dengan siapa saja, tanpa melihat latar belakang temannya, bahkan ia tidak ragu-ragu membantu teman-temannya yang mengalami kesusahan. Dari sekian banyaknya pria gagah yang jatuh hati pada Sari, namun ia lebih memilih Hadi sebagai tambatan hatinya. Mereka berdua terlihat seperti pasangan yang serasi dan bahagia menjalani hubungan mereka yang terkadang membuat iri teman-temannya. Pada saat Sari berulang tahun, ia mendapatkan kado istimewa, yaitu jaket berwarna merah. Menurut cerita teman-temannya, jaket merah itu menjadi jaket kesayangannya yang selalu dipakai kemana pun. Kebahagiaan hubungan mereka ternyata menemui rintangannya, teman-temannya sangat mengenal Sari sebagai seorang gadis yang baik dan polos ternyata sering terlihat murung di pojok ruangan ganti baju perawat. Dan setelah dibujuk oleh temannya, Sari pun mengaku bahwa ia sedang hamil. Dan yang menjadi masalah bagi dirinya adalah Hadi enggan bertanggung jawab dengan alasan belum siap menikahi Sari. Sari sangat sulit menerima kenyataan itu, sehingga setiap hari ia tampak murung memikirkannya. Hiburan dari teman-temannya pun tidak sanggup mengusir tingkat stres pada dirinya. Suatu ketika, Sari berkonsultasi dengan seorang dokter dan meminta resep obat. Sebagai seorang perawat, tentunya akan lebih mudah bertemu dan meminta resep pada dokter jika membutuhkannya. Sari meminta resep obat insulin (obat penurun kadar gula darah), karena obat itu harus dibeli dengan resep dokter dengan alasan untuk saudaranya yang terkena penyakit diabetes. Sekedar informasi, obat insulin sering disuntikan pada orang yang terkena penyakit diabetes untuk menjaga kestabilan kadar gula darahnya yang sering meninggi. Setelah membelinya, Sari langsung menyuntikan seluruh obat tersebut ke dalam tubuhnya. Perlu diketahui, bahwa kadar gula darah ideal bagi orang normal adalah 110 mg/dl, dan bagi orang yang berpuasa 8 sampai 12 jam sekitar 88 mg/dl. Sari menyuntikan seluruh obat tersebut ke dalam dirinya hingga menurunkan kadar gulanya secara drastis menjadi 2 mg/dl. Akibatnya, Sari pun meninggal dunia karena tidak bisa ditolong lagi. Beberapa hari setelah meninggalnya Sari, banyak desas-desus penampakan suster menggunakan jaket merah dari pasien maupun perawat. Konon, suster merah itu sering duduk sendiri di pojok ruangan ganti baju atau terlihat berjalan di lorong rumah sakit, dan juga pernah melayani pasien rawat inap. Suster merah ini cukup terkenal di rumah sakit tempatku bekerja, bahkan pasien yang pernah dirawat dan kebetulan mendapat keberuntungan dikunjungi oleh suster merah sering menceritakan pengalaman yang sama. Awalnya aku hanya menganggap itu hanya kabar angin yang tidak benar, namun semua menjadi jelas saat aku sendiri bertemu dengan suster merah tersebut. ***** “Teet..teet…teet…” Suara bel ruangan. Bergegas aku menghampiri pasien yang membunyikan bel itu. “ada yang bisa dibantu?”, tanyaku pada pasien tersebut. “eh..saya mau buang air kecil sus”, jawab pasien yang terbaring tak berdaya itu. “sebentar ya bu, saya ambil pispotnya dulu”, jawabku sambil mencari pispot, namun karena tidak ada di ruangan itu, maka aku bergegas mengambil pispot cadangan di ruang jaga. “ayo bu sini saya bantu”, jawabku sambil membawa pispot. “sudah kok sus”, jawab pasien itu sambil tersenyum. “sudah bagaimana bu?”, tanyaku penasaran. “tadi sudah dibantu sama suster yang pakai jaket merah” , jawab pasien itu. “oh begitu, ya sudah nanti kalau perlu bantuan kembali tinggal tekan saja belnya ya bu”, jawabku sambil meninggalkan ruangan dengan wajah yang bingung. Malam itu hanya aku dan temanku Putri yang kebetulan juga adalah seniorku tengah bertugas jaga malam, dan kami berdua tidak memiliki jaket berwarna merah. “mbak Put, siapa ya suster yang memakai merah?”, tanya aku penasaran. “memangnya ada apa?”, jawab mbak Putri dengan wajah yang sedikit kaget. “Enggak, pasien tadi katanya sudah dibantuin sama suster yang pake jaket merah, kita berdua kan gak pake jaket merah. Kalau perawat dari ruangan lain gak mungkin bantuin pasien tanpa ijin dulu ke kita”, jawabku dengan penuh penasaran. Terlihat wajah mbak Put sedikit pucat, dengan senyuman kecil ia terdiam sesaat dan mencoba mengalihkan pembicaraan. “Mau kopi nggak?”, tanya mbak Put. “Enak juga malam dingin-dingin gini buat kopi, kalau kita buat kopi siapa yang jaga nanti mbak?”, tanyaku. “udah kamu jaga aja disini, biar aku yang buatin”, jawabnya sambil melangkah pergi. “oke mbak”, jawabku dengan cengengesan. Tak lama berselang, mbak Putri kembali, “ini ta kopinya, tapi tadi tumpah sedikit” kata mbak Put dengan wajah yang ketakutan. “ada apa mbak, kok kayak ketakutan gitu?”, tanyaku kebingungan. “gak apa-apa kok, diminum kopinya ta”, kata mbak Putri. “jangan bohong mbak, kayaknya ada yang disembunyikan dari aku. Kasih tahu dong mbak”, jawabku memaksa. “tadi aku lihat suster merah ta”, jawabnya sambil ketakutan. “suster merah? Jadi siapa suster merah itu? Di ruangan mana dia?”, tanyaku yang semakin penasaran. “sebenarnya yang dilihat sama pasien itu bukan perawat seperti kita ta”, mbak Putri menjelaskan. “jadi perawat kayak gimana mbak? Jadi bingung aku”, tanyaku yang semakin bingung. “suster merah itu julukan buat hantu perawat yang sering menampakan dirinya”, jawab mbak Putri dengan wajah yang semakin ketakutan. “oh begitu”, jawabku dengan cuek. Jujur aku kurang percaya sama hal seperti itu, karena menurutku hal seperti itu bisa saja hanya halusinasi karena ketakutan. ***** “TEEEET….”, bunyi bel terdengar sekali. Aku terbangun, dan karena melihat mbak Putri yang sedang tertidur nyenyak, segera aku menuju ruangan pasien. “ada yang bisa dibantu?”, tanyaku. Namun pasien sedang tertidur, kebetulan di ruanganku hanya ada satu pasien rawat inap malam itu. “mungkin dia lelah”, gumamku dalam hati, dan aku pun segera melangkahkan kaki menuju ruangan jaga. Suasana tampak dingin dan sepi saat aku berjalan menyusuri lorong rumah sakit menuju ruang jaga. Sambil menguap karena ngantuk, aku berpapasan dengan seorang perawat. Wajahnya sangat anggun dengan bodi yang indah, namun aku sangat asing dengan wajah suster tersebut. Ia tersenyum padaku, dan aku pun membalas senyumannya. Setelah berpapasan, aku pun teringat dengan suster merah, dan karena aku melihat perawat tadi menggunakan jaket merah, segera aku menoleh ke belakang. Aku terdiam sejenak karena tidak ada seorang pun di belakangku. Kemana ya perawat itu, lorong lurus begini dia belok kemana ya?, gumamku dalam hati. ***** Aku bukanlah orang yang mudah percaya dengan perkataan orang lain mengenai penampakan hantu atau sejenisnya. Aku percaya bahwa mahluk dari alam lain itu ada. Tetapi sangat sulit bagiku untuk percaya bahwa mereka bisa datang dan pergi sesuka hati di hadapan kita (seperti lagu Ello yang judulnya benci tapi rindu). Aku kadang-kadang suka menonton acara dunia lain dan uka-uka. Tetapi aku menonton acara itu tidak lebih karena tingkah laku pesertanya yang lucu. Bukan karena penampakan hantu yang dibesar-besarkan oleh mereka. Menurutku penampakan yang ada hanyalah rekayasa mereka untuk mendongkrak popularitas acara. Setelah kejadian bertemu dengan seorang suster yang menggunakan jaket merah. Sering terpikirkan olehku apakah benar mereka bisa masuk ke dunia manusia. Apakah benar, orang yang sudah meninggal bisa dengan seenaknya masuk dan berkomunikasi dengan manusia? Seberapa banyak cerita mengenai suster merah yang telah aku dengar, tetap tidak mengubah keyakinanku. Aku yakin penampakan hantu atau mahluk halus hanyalah halusinasi semata. Kebetulan hari itu aku mendapat jadwal shift siang, dari pukul 15.00 hingga pukul 21.00. Dengan wajah yang lelah dan ngantuk, aku dan teman shiftku berjalan menuju ruangan ganti perawat sambil bercanda. Waktu itu kami telat pulang karena harus melakukan beberapa urusan dulu saat serah terima atau pergantian perawat jaga. Kami pun sampai di ruang ganti dan segera bersiap-siap ganti baju dan penampilan. Mungkin telah menjadi prinsip perawat pada umumnya bahwa saat datang dan pulang dari rumah sakit, penampilan harus tetap nomor 1. Sekejam apa pun pasien di rumah sakit, sekeras apa pun kerjaan yang diberikan. Jika waktu telah menunjukkan berakhir jam kerja, maka penampilan harus berubah 280 derajat (kecuali perawat yang sudah berumah tangga mungkin). Karena kami telat datang ke ruang ganti baju, perawat lain yang duluan mulai keluar ruangan untuk pulang. Kebetulan di dalam ruangan itu hanya tinggal kami berdua. Setelah selesai mengganti baju kami pun bersiap untuk pulang. Namun temenku pergi ke toilet dulu dan memintaku menunggu. Saat sedang memainkan HP sambil menunggu temanku, aku merasa ada seseorang di pojok ruangan. Dan ketika aku menoleh, ternyata benar ada seorang perawat yang sedang duduk sendiri sambil melamun. “kok belum pulang mbak?”, tanyaku. Perawat itu tetap dalam lamunannya, tanpa menjawab pertanyaanku. Karena aku tipe orang yang sok akrab, aku pun berjalan mendekati perawat itu. “pulang sendiri atau dijemput mbak?”, tanyaku lagi. Perawat itu tetap diam membisu tanpa menoleh padaku sedikitpun. “ada apa mbak? Mukanya kok sedih?”, tanyaku kembali. Perawat itu tidak menjawab, namun ia menoleh dan menatap tepat ke mataku. Ia menatapku dengan mata yang berkaca-kaca. Sekilas aku memandangi wajah perawat itu dan perasaanku tidak asing dengan wajahnya. Dan aku pun melihat jaket merah yang digunakannya. Aku teringat dengan perawat yang berpapasan denganku kemudian hilang di lorong rumah sakit tempo hari. Belum selesai aku mengingat-ingat, terdengar suara pintu toilet dan temanku memanggil. “Dita, dimana?”, panggilnya. “Disini Fin”, jawabku sambil menoleh ke belakang. “ngapain di situ, ayo pulang?!”, ajaknya. “Ini aku lagi ngobrol sama …”, aku menjawab sambil bengong karena di depanku tidak ada siapa-siapa. “ngobrol sama siapa?”, tanya temanku sambil berjalan mendekatiku. “tadi ada perawat yang ngobrol sama aku disini, tapi sekarang kok gak ada ya?”, jawabku penasaran. “perawat mana?”, tanya temanku yang juga ikut penasaran. “beneran ada kok tadi, mukanya sedih gitu terus pakai jaket merah”, jawabku meyakinkan. “jaket merah? Udah ayo pulang!”, jawab temanku sambil menarik tanganku dan melangkah dengan cepat. Aku terus memikirkan bagaimana perawat itu bisa menghilang di ruang ganti baju yang pintu masuk dan keluarnya hanya satu. Tidak ada tempat bersembunyi di ruangan yang tidak terlalu besar itu. Keesokan harinya, aku bertanya pada temanku, “Fin, aku penasaran dengan perawat kemaren” Sambil mencatat dia balik bertanya, “perawat yang mana?” “itu lho perawat yang pakai jaket merah”, jawabku. Dia pun terdiam sejenak dan dengan ragu menjawab, “itu bukan perawat seperti kita”, jawabnya. “maksundnya?”, tanyaku. “pernah dengar tentang suster merah kan? Nah, dia tuh suka menampakan diri di lorong rumah sakit dan ruang ganti baju”, jawabnya. Aku terdiam dan berpikir apa benar yang aku lihat itu adalah penampakan hantu suster merah? Keyakinanku mulai goyah, aku ingin tetap tidak percaya tentang penampakan hantu. Namun aku melihatnya 2 kali dan menghilang begitu saja. Apakah benar atau tidak, hantu bisa dilihat oleh manusia, aku tidak tahu. Tapi pengalaman yang aneh dan sulit dijelaskan secara logika ini tidak akan aku lupakan. **** masih ada 1 cerita lagi untuk malam ini ya Bun sebelum tidur **** Ditunggu yaaaa....
Ibu muda