Ini ceritaku
Mungkin saya kurang bersyukur apa yang telah saya dapatkan. Mendapatkan suami yang kerja tetap dan bisa dikatakan mapan ditambah sayang keluarga terutama ibunya. Ya saya emang dari awal menikah adalah pilihan orang tua nya dan pada akhirnya ortu saya setuju untuk menerima perjodohan itu. Sejak itu saya mulai berkenalan dengan calon suami saya waktu itu selang 2 tahun berkenalan kami akhirnya menikah. Awal2 menikah saya have fun saja dan sampai akhirnya suami harus kembali ke tempat kerja diluar kota setelah cuti menikah, karena waktu itu awal pandemi saya terpaksa dilarang ikut dengan suami saya dan harus tinggal dengan mertua. Singkat cerita setelah saya menyusul dan hamil saya diantar suami saya pulang kerumah mertua saya karena persiapan untuk lahiran, meskipun dalam hati saya ingin sekali saya melahirkan dirumah ortu saya tapi saya mengalah dan menuruti apa kata suami saya. Setelah melahirkan saya hanya ditemani suami saya seminggu dirumah mertua dan hingga suami saya harus kembali lagi ketempat kerja nya dari situ saya merasa sendiri dirumah mertua saya sampai saya terkena baby blues. Sampai 40 hari umur bayi saya baru bisa pulang kerumah orang tua saya, dan meminta ijin untuk tinggal paling tidak satu bulan disana, akan tetapi saya hanya diperbolehkan 10 hari saja tinggal disana oleh bumer saya meksipun suami saya telah mengijinkan nya. Dan Dari situ timbul rasa kesal saya. Sepulang dari rumah ortu saya, saya baru mengetahui Sebenarnya saya menikah untuk menemani bumer saya agar tidak sendirian dirumah karena pakmer saya sudah tidak ada jauh sebelum saya menikah. Mulai dari situ perasaan campur aduk dan mau tidak mau saya harus menerima itu. Saya mulai kesal dan benar2 tidak betah tinggal disitu tapi demi anak dan suami mau tidak mau saya harus sabar meksipun saya terus2an menangis dan meminta suami saya untuk menjemput saya tapi suami saya juga berada posisi bimbang karena dulu sebelum menikah bumer sudah meminta suami saya untuk istrinya tinggal bersamanya. 1 tahun pertama pernikahan saya banyak koflik dengan bumer saya mulai cara mengasuh anak saya yang bertolak belakang dengan saya hingga berbeda selera ndalam makanan, memang saya tidak jago dalam memasak tetapi saya berusaha untuk memasak higang keluarga sebisa saya, tetapi pernah sekali saya memasak tidak sesentuh sama sekali dan bumer saya memasak yang beliau sukai. Singkat cerita Hingga tadi malam bumer saya marah besar kepada saya akibat saya sekali diam saat ditanya tentang hal sepele. Ya mungkin memang saya sadari mungkin bumer saya sudah jauh2 hari memendam kemarahan kepada saya akibat tingkah laku saya yang tidak disukai beliau, mulai beliau menganggap saya kurang dewasa, dibanding2kan dengan ipar yang jauh tinggal dengan suaminya, hingga kekecewaan nya telah memilih saya sebagai menantunya dan menganggap saya kurang bersyukur telah memilih saya untuk jadi menantunya padahal banyak orang yang ingin menjadi menantu beliau. Yang lebih menyayat hati saya ketika bumer membandingkan saya dengan anak2 nya yang meskipun laki2 semua tetapi kelakuan tidak seperti saya, dan saya tidak tahu tingkah laku apa yang membuat bumer sampai bilang seperti itu. Dan saat itu juga saya mencoba untuk meminta maaf dan menyadari kesalahan saya. Keesokanya saya mencoba cerita semua ke suami saya dan suami saya hanya bilang jangan diambil hati, tetapi saya tetap merasa sakit hati dengan kata2 bumer saya. setelah dipikir saya memang pantas mendapatkan teguran seperti itu, dan memang benar mungkin saya kurang bersyukur apa yang telah saya dapatkan. sedangkan disamping itu saya merasa tidak tahan dengan semuanya mulai dari ldr dengan suami, jauh dengan orang tua saya, dan sangat tidak nyaman tinggal disini mekipun ruman bumer jauh lebih besar dibandingkan dengan rumah ortu saya. Terkadang saya merasa iri dengan orang2 yang bisa bersama serumah dengan keluarga kecilnya mekipun ngontrak atau tinggal dirumah kecil tapi mereka merasa nyaman dan dekat dengan orang2 tercinta. Jujur saya mulai merasa tidak tahan dengan semuanya apa yang kulakaukan terkadang salah. Entah sampai kapan pernikahan saya seperti ini , suami hanya bisa bilang sabar sabar dan sabar. Dan hanya anak saya yang membuat saya kuat dan harus bertahan. Maaf bunda jika tulisan saya agak terbelit2. Setidaknya saya disini hanya untuk melegakan isi hati saya ππ Terimakasih telah membaca cerita saya tolong jangan dibully
H's wife S's mom