Kehamilan dengan Anti Phospolipid Syndrome (Pengentalan Darah) part 2
Menyambung postingan pertama saya tentang pengalaman kehamilan pertama, tak disangka saat putri kami berusia 13 bulan kami dipercaya untuk mengalami kehamilan kedua. Kehamilan ini jujur tidak kami sangka dan rencanakan sebelumnya, apalagi saya dalam kondisi menggunakan IUD. Pada bulan Oktober, saya mengeluh kram pada suami. Kuatir IUD bergeser, kami segera ke obgyn untuk USG, dan disanalah kejutan itu datang. Di layar USG, bukan hanya batang spiral yang tampak, tapi kepala bayi berusia 14 minggu yang sehat! Rasa hati ini ingin menangis, tp yang keluar hanyalah tawa, tidak percaya, obgyn saya juga meringis, tp sekaligus menenangkan. Kebobolan saat KB bukanlah sesuatu yang mustahil, alat KB hanyalah buatan manusia. Hanya angkat rahim dan kuasa Tuhan yang 100% bisa menjamin kita tidak akan hamil lagi. Oh iya, obgyn ini dokter yang sama yang menangani kehamilan pertama saya dulu. Saya bahagia sekaligus sedih, kenapa sedih? 1. Anak saya masih 13 bulan, masih butuh fokus utama saya, stimulasi dan juga perhatian di 1000 hari pertama kehidupannya 2. Kami berencana menambah anak setelah si kecil berusia 3 tahun, mengapa? Alasan finansial, mental, dan juga kesehatan 3. Alasan kesehatan, saya memiliki auto imun Anti Phospolipid Syndrome, atau pengentalan darah yang menghambat janin berkembang karena darah menganggap janin benda asing. Poin ketiga inilah yang membuat saya masih enggan menambah anak. Resiko kematian janin, janin tidak berkembang sempurna, finansial yang lumayan karena harus menebus 3 dosis suntikan setiap hari, juga rasa lelah menghadapi jarum suntik menusuk perut setiap hari sampai kelahirannya nanti. Tapi tidak, anak ini tetap anugerah, kami harus berjuang semaksimal mungkin mempertahankannyan Obgyn saya yang sudah mengetahui riwayat saya dulu, menyusun rencana perawatan segera, saya dirujuk kembali ke hematolog yang sama, seperti diduga, saya membawa pulang oleh2 sekotak besar suntikan dan obatnya, dengan dosis 3 kali 1.5 ml sehari. Saya diminta bedrest, dan usg 2-3 minggu sekali untuk memantau. Kebetulan ini masa pandemi, hikmahnya saya bisa mengajukan wfh tanpa memotong cuti kepada kantor. Hari-hari saya lalui kembali dengan suntikan ini, syukurlah janin berkembang sehat, sangat terasa sekali perbedaan saat mengandung pertama dulu. BBJ anak kedua kami naik dengan baik, bengkak kaki di bulan kelima bahkan tidak terjadi hingga trimester 3 ini. TUHAN yang merencanakan, TUHAN pula yang menyediakan jalan dan memelihara. Surprise berikutnya, USG 4D menunjukan si adik berjenis kelamin laki-laki. Wah lengkap sepasang! Kini kehamilan saya menginjak usia 36 minggu, dokter sudah menentukan tanggal operasi caesar di minggu berikutnya. Ya, penggunaan suntikan pengencer darah, dan juga jarak operasi caesar di bawah 2 tahun menutup kemungkinan saya untuk VBAC. Tapi tak apalah, yang penting janin ini bisa lahir dengan sehat dan selamat, menambah manis perjalanan keluarga kecil kami. Mohon doanya segenap bunda, dan juga semangat bagi bunda yang sedang menjalani kehamilan, terutama mereka yang hamil dalam kondisi kurang ideal, berjuang dengan komplikasi, atau permasalahan kehidupan yang lain. Agar bisa selalu diingat, Tuhan yang merencanakan, pasti Tuhan juga sediakan jalannya. Salam sayang