bertha kharisty profile icon
PlatinumPlatinum

bertha kharisty, Indonesia

Kontributor

About bertha kharisty

enjoy the motherhood

My Orders
Posts(2)
Replies(194)
Articles(0)

Kehamilan dengan Anti Phospolipid Syndrome (Pengentalan Darah) part 2

Menyambung postingan pertama saya tentang pengalaman kehamilan pertama, tak disangka saat putri kami berusia 13 bulan kami dipercaya untuk mengalami kehamilan kedua. Kehamilan ini jujur tidak kami sangka dan rencanakan sebelumnya, apalagi saya dalam kondisi menggunakan IUD. Pada bulan Oktober, saya mengeluh kram pada suami. Kuatir IUD bergeser, kami segera ke obgyn untuk USG, dan disanalah kejutan itu datang. Di layar USG, bukan hanya batang spiral yang tampak, tapi kepala bayi berusia 14 minggu yang sehat! Rasa hati ini ingin menangis, tp yang keluar hanyalah tawa, tidak percaya, obgyn saya juga meringis, tp sekaligus menenangkan. Kebobolan saat KB bukanlah sesuatu yang mustahil, alat KB hanyalah buatan manusia. Hanya angkat rahim dan kuasa Tuhan yang 100% bisa menjamin kita tidak akan hamil lagi. Oh iya, obgyn ini dokter yang sama yang menangani kehamilan pertama saya dulu. Saya bahagia sekaligus sedih, kenapa sedih? 1. Anak saya masih 13 bulan, masih butuh fokus utama saya, stimulasi dan juga perhatian di 1000 hari pertama kehidupannya 2. Kami berencana menambah anak setelah si kecil berusia 3 tahun, mengapa? Alasan finansial, mental, dan juga kesehatan 3. Alasan kesehatan, saya memiliki auto imun Anti Phospolipid Syndrome, atau pengentalan darah yang menghambat janin berkembang karena darah menganggap janin benda asing. Poin ketiga inilah yang membuat saya masih enggan menambah anak. Resiko kematian janin, janin tidak berkembang sempurna, finansial yang lumayan karena harus menebus 3 dosis suntikan setiap hari, juga rasa lelah menghadapi jarum suntik menusuk perut setiap hari sampai kelahirannya nanti. Tapi tidak, anak ini tetap anugerah, kami harus berjuang semaksimal mungkin mempertahankannyan Obgyn saya yang sudah mengetahui riwayat saya dulu, menyusun rencana perawatan segera, saya dirujuk kembali ke hematolog yang sama, seperti diduga, saya membawa pulang oleh2 sekotak besar suntikan dan obatnya, dengan dosis 3 kali 1.5 ml sehari. Saya diminta bedrest, dan usg 2-3 minggu sekali untuk memantau. Kebetulan ini masa pandemi, hikmahnya saya bisa mengajukan wfh tanpa memotong cuti kepada kantor. Hari-hari saya lalui kembali dengan suntikan ini, syukurlah janin berkembang sehat, sangat terasa sekali perbedaan saat mengandung pertama dulu. BBJ anak kedua kami naik dengan baik, bengkak kaki di bulan kelima bahkan tidak terjadi hingga trimester 3 ini. TUHAN yang merencanakan, TUHAN pula yang menyediakan jalan dan memelihara. Surprise berikutnya, USG 4D menunjukan si adik berjenis kelamin laki-laki. Wah lengkap sepasang! Kini kehamilan saya menginjak usia 36 minggu, dokter sudah menentukan tanggal operasi caesar di minggu berikutnya. Ya, penggunaan suntikan pengencer darah, dan juga jarak operasi caesar di bawah 2 tahun menutup kemungkinan saya untuk VBAC. Tapi tak apalah, yang penting janin ini bisa lahir dengan sehat dan selamat, menambah manis perjalanan keluarga kecil kami. Mohon doanya segenap bunda, dan juga semangat bagi bunda yang sedang menjalani kehamilan, terutama mereka yang hamil dalam kondisi kurang ideal, berjuang dengan komplikasi, atau permasalahan kehidupan yang lain. Agar bisa selalu diingat, Tuhan yang merencanakan, pasti Tuhan juga sediakan jalannya. Salam sayang

Read more
Kehamilan dengan Anti Phospolipid Syndrome (Pengentalan Darah) part 2
 profile icon
Write a reply

Kehamilan dengan Anti Phospolipid Syndrome (Pengentalan Darah) Part 1

Hi Bunda, di forum ini saya ingin berbagi pengalaman saya menjalani kehamilan dengan komplikasi (Placenta Previa, Incompetence Cervix, Anti Phospolipid Syndrome) yang menyebabkan putri saya lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) 2.2 kg di uk 37 w. Thread ini bukan untuk menakut-nakuti atau mendiagnosa bumil dengan gejala yang sama, namun untuk meningkatkan kewaspadaan bahwa kita tidak bisa meremehkan gejala kurang wajar selama kehamilan. Saya dinyatakan hamil saat usia pernikahan kami baru sebulan. Terharu rasanya melihat perkembangan titik kecil pada janin usia 7 minggu di perut saya. Sejak saat itu saya turuti semua anjuran dokter, makan sehat, kontrol 2 minggu sekali selama tm 1, kurangi aktivitas. Saat itu memang saya bekerja, dan ke kantor sehari2 menggunakan motor. Hari hari berjalan lancar hingga musibah pertama di uk 14w, pendarahan yang sangat banyak berupa darah segar membanjiri kasur pada sabtu tengah malam. Saat itu juga kami ke IGD RSIA langganan, dari usg dokter jaga, janin masih terselamatkan, lega luar biasa. Esok sorenya dsog saya datang dan mengecek melalui usg transvaginal. Janin dinyatakan sehat, namun ada yang aneh pada mulut rahim/cervix. Cervix saya memendek dan membuka persis seperti orang yang sedang melahirkan bukaan 2. Selain itu terlihat juga placenta previa yang menutup total jalan lahir sehingga terjadi pendarahan hebat. Diagnosanya adalah incompetence cervix. IC ini sering menyebabkan keguguran berulang dan sulit dideteksi. Tp dokter saya cukup sigap untuk mendeteksi pada kehamilan pertama saya. Di layar usg, dokter menunjukan bentuk mulut rahim saya yg mulai terbuka, padahal seharusnya tidak boleh ada bukaan sebelum uk cukup bulan. Dokter memerintahkan untuk bedrest total hingga uk 18 week, pada uk itu, saya akan dioperasi untuk dijahit mulut rahimnya sehingga mencegah bayi lahir sebelum waktunya. Tibalah saat operasi itu, dengan bius total saya masuk ruang operasi dan hanya memakan waktu 30 menit, rahim saya sudah dijahit. Imbas dari jahitan ini saya harus sangat berhati-hati karena bayi hanya bergantung pada kuatnya jahitan, makin besar makin berat beban jahitan itu. Saya jg harus waspada pada kemungkinan lahir prematur. Selang setelah operasi saya masuk kerja kembali, atasan saya sangat pengertian dan membebaskan saya dr tugas lapanhangan. Kehamilan saya berlanjut seperti biasa. Karena sudah masuk tm 2, jadwal usg saya menjadi sebulan sekali. Namun setiap kali kontrol, kekurangan yang disorot adalah bayi saya tidak juga naik berat badannya. Selalu di bawah target. Padahal saya sudah mencoba segala jenis yang dianjurkan, makan alpukat, makan eskrim, makan telur putih 8 butir sehari. USG 4D pun tidak menunjukan kelainan, hanya bayinya kecil saja. Dokter awalnya mengira karena hb saya rendah, maka makanan tidak masuk ke tubuh. Infus zat besi dilakukan tapi hb tidak jg naik signifikan. Pernah dalam 1 minggu, bb saya naik 3kg, tapi yang masuk ke bayi hanya 200gr. DSOG pun menganjurkan untuk tes dimmer, pada tes yang menunjukan indikasi pengentalan darah ini nilai saya masih normal meskipun mepet. Kami heran juga ada apa ini. Puncaknya ketika uk bayi kami 36w, bbj hanya 1.7kg, sangat sangat kurang. DSOG takut jika bayi kami sewaktu-waktu lahir dia akan sulit bertahan. DSOG merujuk kami ke hematolog (ahli darah), oleh hematolog, saat itu juga saya harus rawat inap persis di uk 36w karena hematolog mendeteksi ada emboli atau sumbatan di kaki kanan saya yang bengkak sejak bulan kelima. Sampel darah diambil sebanyak 21 tabung. Hematolog ingin mengecek kemungkinan lupus dan berbagai penyakit autoimun lainnya. Selama rawat inap, saya diberi infus heparin atau pengencer darah Hasilnya, saya didiagnosa hamil dengan Anti Phospolipid Syndrom (APS). Fakta dari APS ini adalah sistem imun darah yaitu anti phospolipid akan mendeteksi bayi sebagai benda asing, dia akan mencegah bayi mendapatkan asupan makanan yang dibutuhkan. Resikonya adalah keguguran di awal kehamilan atau bayi dengan berat lahir rendah, atau kematian mendadak pada janin karena kekurangan makanan. Saya bersyukur pada Tuhan bahwa kemungkinan terburuk tidak terjadi pada kami. Hasilnya saya diwajibkan suntik pengencer darah pada perut sehari 2 kali. Di rumah sakit suami diajari menyuntik perut saya. Hpl saya yang 16 Sept dimajukan menjadi 9 Sept dengan metode SC. Rabu malam 28 Agustus, kami pulang dari rumah sakit. Sampai di rumah, kami mengobrol banyak dan akhirnya tengah malam kami tidur. Subuh hari pukul 3, saya merasa ada air membanjir di kasur saya, dan kemudian disusul dengan kontraksi. Suami sampai memohon pada bayi kami untuk bersabar. Jujur kami masih lelah dengan fisik dan mental, serta keuangan yang terkuras untuk perawatan selama ini. Tapi anak kami memilih waktunya. Kontraksi makin intens, saya chat dsog saya dan dia bilang akan menemui kami di IGD jam 7 pagi. Saya segera berkemas seadanya, dengan baju pulang dari rs semalam, memacu mobil ke IGD. Di IGD dsog saya memeriksa dan akhirnya diputuskan SC hari itu juga pukul 11 pagi. Dengan ditemani suami saya masuk ke ruang operasi. Proses SC diawali dengan membuka jahitan di mulut rahim saya dan kemudian membuka perut saya. Pukul 11, lahirlah putri kecil kami Seraphina yang berarti malaikat berapi, sesuai dengan semangatnya selama dalam kandungan bertahan demi bertemu kami. Berat badannya hanya 2.2 kg, tapi dia sehat dan tidak perlu bantuan alat medis apapun. Sekarang usianya sudah 3 bulan. Tumbuh kembangnya baik dan sesuai dengan usianya. Namun dengan APS ini, kehamilan berikutnya saya harus diawasi oleh dsog dan hematolog sekaligus, juga harus menyuntik perut dengan pengencer darah lagi untuk mempertahankam bayi. Namun kami percaya, pertolongan Tuhan selalu hadir pada saatnya. Dan Seraphina menjadi anugerah tak ternilai di usia 1 tahun pernikahan kami.

Read more
 profile icon
Write a reply