Ini adalah cerita tentang putri sulung kami yang berkarakter "sanguinis-melankolis". Usianya hampir memasuki tahun ke-9,yang kian hari makin terlihat perangainya yang luar biasa.
Dan saya jadi ingat petikan dari sastra sansekerta yang artinya "anak2 usia 10 th harus diawasi". Ya...meski blm masuk 10th tapi sudah masuk kategori perlu diawasi. Mengingat generasi sekarang yang maaf "miskin moral dan tata krama",saya berani bilang demikian krn saya pernah menemui sendiri perilaku putri saya yang kurang baik (saya g perlu share kan ya).
Kami,khususnya saya sangatlah kecewa kala itu. Alhamdulillah,semua bisa diatasi dengan memberi pengertian meski saya sempat emosi jiwa. Ya...saya kan spesies manusia yg juga bisa marah Parents.
Apa pengawasan kami berhenti setelah itu? Ooo,tentu tidak. Justru makin banyak tantangannya. Jauh lebih menegangkan dari ujian nasional. Hehehe
Apalagi soal urusan ibadah. Beuh...kl mulut bundanya belum bercabang jadi puluhan,bentar2 mulu jawabnya. Dan saya mulai mengerti,gini rasanya jadi ibu saya dulu. :)
Dan lagi kl soal belajar,dia selalu terlihat terbebani. Adaaa aja yang dilakukan untuk mengulur waktu. Kalau bundanya lagi adem ayem,ya...akan dinasehati. Lha kl kerasukan tiger,emosi jiwa maneh. Apalagi ditambah dia pake ngambek dan ngebantah,beuh....perang dunia lah kita. Tenang Parents,nggak sampai cakar2n atau jambak2an loh ya.
Jujur saja,saya juga pernah merasa lelah,jenuh dan ingin menyerah. Tapi satu hal yang membuat saya kembali bangkit. Allah saja percaya saya bisa,lalu mengapa saya harus ragu. Meskipun dalam praktiknya akan ada banyak hal tak terduga.
Saya melihat cerminan sifat saya dalam diri si sulung,bedanya,dia lebih tegas,berani mengingatkan jika orang lain salah,hanya saja caranya masih belum tepat. PR lagi untuk kami.
Apa kami pernah menyesal? Tentu saja,sesaat perasaan itu muncul karena si sulung memiliki sifat yg tidak sesuai ekspektasi. Tapi saya berpikir,jika hal sederhana saja bisa melenakan saya,sehingga saya menjadi sombong dan lupa bersyukur,bagaimana jika diberi hal yg lebih besar. Bisa saja saya akan terlalu berbangga dan memamerkan kelebihan2nya di depan orang lain,bisa saja saya jadi merendahkan orang lain.
Jadi saya rasa,Allah memberi kesempatan menjalani kisah yang menakjubkan ini supaya kami juga belajar,belajar menerima dan belajar memperbaiki.
Buat semua Parents,janganlah kalian bersedih,kecewa atau apapun itu kala mendapati sifat anak2 yg mungkin tak sesuai harapan. Justru di sanalah tugas kita sebenarnya sebagai orang tua. Coba renungkan,jika anak kita penurut,rajin,pandai,baik hati,dan semua hal baik ada pada dirinya. Lalu fungsi dan peranan kita ada di mana? dia tidak perlu kita jika sudah memiliki semua itu.
Semangat ya Parents,semoga kita senantiasa diberi kesehatan dan kemudahan dalam mendidik anak2. :)