persiapan menjadi Orang Tua

Halooo... Mau curhat sedikit dan semoga menjadi sebuah pembelajaran untuk kita semua. Baik yg persiapan menjadi ortu atau dalam proses menjadi ortu yg baik. Semua ini berangkat dari self experience saya sndr. Saat ini saya telah mengandung 5 bulan. Dan perjalanan lika-liku hidup yg naik turun dengan segala musimnya membuat saya banyak belajar untuk menjadi ortu yang baik dan bijaksana. BUKAN SEMPURNA! Tapi setidaknya, kita tumbuh menjadi manusia yg terus mau belajar hingga nafas berakhir. Jujur saja, saya menjadi salah satu anak yg dilahirkan dan dibesarkan dari ortu yg merasa dirinya selalu paling benar. Sekalipun ortu kedapatan salah, mereka enggan meminta maaf tapi kerap menuntut anak2nya meminta maaf jika berbuat salah. Ortu yang sering berbohong, tapi menuntut anaknya jujur. Kondisi seperti ini, menciptakan saya pribadi sbgai anak yg tumbuh dengan byk luka di hati. Menumbuhkan monster di dlm hati utk tdk bisa menyanagi ortuku sepenuh hati. Apakah saya berniat menjadi anak yg seperti itu? TIDAK! Dalam hati kecil, saya ingin membanggakan mereka. Tapi ada byk hal pahit yg membuat saya enggan. Bahkan saya ingat betul sebuah kalimat terlontar ibu saya mengatakan, "Percuma dilahirkan dan dibesarkan". Saya kaget. Merasa sayapun menyesal dilahirkan. Masih byk hal tindakan dan tutur kata yg menyakitkan. Ya, sekali lagi semua karna prinsip ortu yg tdk pernah salah. Saya tdk memungkiri masih banyak hal2 baik yg ortu saya lakukan u/ kebaikan anak2nya. Tapi, yg mau saya tekankan adalah, saat kita memutuskan menjadi ortu, dan menginginkan seorang atau lbh anak lahir ditengah2 kita, disitulah kita harus bersiap mental dan spiritual menjadikan mereka anak2 yg tumbuh dengan hati yg bahagia. Bukan sekedar melahirkan, senang sesaat saat mereka masih bayi, lalu pusing saat mereka tumbuh menjadi anak yg tau mana yg baik dan salah, mengeluarkan kata2 yg semakin membuat anak menjadi buas karna terluka bukannya memotivasi, dan akhirnya menjadi dewasa dgn berbagai konflik antara ortu dan anak. Seringkali, kita hanya menjudge saat melihat anak yg kurabg ajar terhadap ortunya. Tanpa pernah menilik adakah yg salah sebgai ortu? Ingayt, tdk ada satupun anak yg terlahir sebagai anak yg gagal kecuali kitalah yg akhirnya menciptakan mereka seperti itu. Saya pribadi, sdh memaafkan mereka, sekalipun akhirnya saya memilih jaga jarak karna saya tahu betul bgaimana kondisi ibu saya jika marah jika ada hal yg tdk berkenan di hatinya. Saya sadar, saya tdk bisa memilih ortu dari awal. Tapi ini semua membuat saya belajar dan bercita2 supaya anak saya tdk tumbuh menjadi anak yg penuh kepahitan terhadap saya sbgai ibunya kelak dan ayahnya. Saya ingin, dia tumbuh menjadi anak yg bangga mempunyai ortu yang seperti kami, sekalipun kami mungkin tdk bisa membanggakan secara material mungkin. Tapi dia bangga karna ortunya utk terus belajar dan tdk merasa dirinya sempurna. Dengan itu, sayapun yakin, dia akan menjadi anak yg terus berevaluasi dan terus memperbaiki dalam setiap tindak dan tutur katanya. Sekian dan terima kasih.

2 Tanggapan
 profile icon
Tulis tanggapan

Halo buuund. Sebelumnya big hugs buat bunda di sana. Aku pun sama, sebagai anak yg punya "luka masa kecil" yg masih membekas sampai sekarang. Sering dibilang anak salah asuhan, anak durhaka, dan masih banyak lagi lah lainnya yg keluar dr mulut orangtua (terutama ibuku) kalau beliau marah. Dari kecil sekali (sekitar usia 3 tahun), aku sudah dibandingkan dengan anak tetangga. Aku dibilang pemalas, nggak rapi,berantakan. Kenapa aku bisa ingat? Karena sangat membekas. Akhirnya sampai dewasa lah aku pemalas, berantakan. Karena ya aku mikir bahwa itulah diriku. Pemalas dan berantakan. Padahal kalau dipikir lagi dari mana sih anak usia 3 tahun belajar kalau bukan dr orangtuanya? Ingin anak rapi? Ya ajarkan dan contohkan bagaimana menjadi rapi. Ingin anak rajin? Ya encourage dan kondisikan anak supaya jadi rajin. Kamu berharap anak usia 3 tahun ujug ujug jadi rapi dan rajin padahal dia biasa hidup di lingkungan yg berantakan? Ya mana bisa Dan masih banyak lagi. Belum lagi ibu saya selalu menumpahkan energi negatif ke saya. Kasarnya, buang unek unek lah. Tentang tetangga lah, teman pengajian lah, tentang sesama orangtua murid lah. Dari ibu saya belajar dgn sangat baik untuk selalu berpikiran negatif tentang orang lain. She taught me well. Ada orang berbuat A, di pikiran saya langsung berpikir orang itu berniat jelek/ngga tulus/buruk. Yah semacam begitu. Tapi lama lama saya mulai mengerti. She did what she could do at that time. Puluhan tahun lalu, ilmu parenting blm banyak menjamur sampai hari ini. Puluhan tahun lalu, ibu saya ngga tau bahwa luka batin anak anak dibawa sampai mati. Puluhan tahun lalu, ibu saya ngga belajar bahwa children see-children do. Puluhan tahun lalu ibu saya meraba raba tentang bagaimana mengasuh dan mendidim saya. Sendirian. Tanpa artikel di internet, tanpa postingan edukatif di sosmed. Jadi saya memutuskan untuk "bangun". Memutus siklus bad parenting hanya sampai di saya. Cukup yg terjadi pada saya, tidak akan saya teruskan ke anak. Saya belajar banyak bahwa jadi ibu itu pekerjaan sulit. Saya harus banyak belajar.

Baca lagi

Semangat y bunda😄 Kita sbg ortu memberikan yg terbaik utk anak.. Semampu kita merawat,membesarkan & membahagiakan buah hati.. Tetap semangat y bun😉 Semoga persalinanmu nanti lancar😇🙏 Ibu & bayi sehat sehat

Baca lagi