Sedikit cerita Bun

Hallo bunda2, aku pengen cerita sedikit nih, yang ngk suka mending ngak usah dibaca Bun, cerita nya agak sedikit lebay tp nth la hati perempuan ini selalu susah untuk kutebak padahal hati ku sendiri... Udah mau jalan pernikahan 3 tahun Bun punya anak 1, selama 3 kali pula lebaran telah aku lewati selama pernikahan, tp aku merasakan semenjak aku menikah setiap tahunnya lebaran ku hancur berantakan yang seharusnya menjadi ajang untuk silahturahmi bahagia dan tersenyum lebar aku selalu merasakan kecewa yang berlebihan menurut ku, dan udh 2 kali lebaran ini jatuh nya pada bulan Mei tepat dibulan kelahiran ku, aku selalu membayangkan hal yang indah tp yang terjadi kebalikannya. Mungkin karna aku egois kali.. tahun pertama aku dalam posisi hamil dan alhamdulillah menurut ku tidak terlalu buruk mungkin karna msh penggantin baru2 lah jd suami ku bisa lebaran bareng aku.. Ditahun kedua lebaran kedua suami ku memang setiap tanggal merah tak bisa libur tp karna orng tua nya ingin kmi lebaran dikampung halaman suami sehingga aku pergi duluan bersama anak ku diantar suami emng lalu dia pergi kembali bekerja sehingga aku hanya berdua anak ku, namanya tinggal drmh mertua emng tetap rasanya beda padahal Mertua ku baik.. tp ngk ada suami dan ngk ada jg orangtua ku.. aku merasa kecewa karna suami ku akan pulang lebaran ke3 tp nyata nya dia pulang setelah lebaran ke6 aku merasa tahun itu sia sia dan tak ingin ku ulangi.. Ditahun ketiga ini aku memutuskan untuk ikut suami ketempat kerja ayah bisa lebran bersama tapi apalah daya diriku hanya manusia biasa tepat dimalam takbiran nth kenapa kami bertengkar dengan tingkahnya yang seolah2 selalu sibuk kerja yang membuat ku sedikit muak karna merasa diabaikan ada didekatnya, dan akhirnya sampai sudah lebaran kedua pun hati ku menjadi menyesal didekatnya... Ingin aku lari dan kabur ke kampung halaman ku ddkt orng tua.. ku kira aku akan sebahagia itu ternyata aku salah... Perasaan ini yang selalu membuat ku merasa bersalah pada diriku sendiri, kadang aku kasihan terhadap anakku karna selalu jauh dari ayah nya tp ternyata aku salah, lebih baik kami berjauhan dari pada harus tinggal bersama, apa ini yg dinamakan keluarga? Aku bingung mau cerita kesiapa klo lagi sedih dan ketika aku sedih aku ingin sekali memiliki teman cerita sehingga aku hanya bisa menulis untuk menghilangkan sedikit perasaan hancur ini. Dan sampai saat ini pun suami ku bisa bersikap biasa2 saja seolah tak ada yang terjadi tp kenapa aku wanita tak bisa menyembunyikan perasaan luka ini. Aku membatalkan untuk pergi jalan2 karna menurut ku sudah tak penting karna menurut ku nnti hanya memancing keributan saja ketika dia lelah dijalan.. dan membuat mood ku makin hancur berantakan... Emng susah ya klo beda kampung gini. Aku tak tau la nasib lebaran ku selanjutnya gmna yang pasti aku takkan mengulang dua kesalahan yang sama...

3 Tanggapan
 profile icon
Tulis tanggapan
TapFluencer

Peluuk 🤗 Sabar yah, Bun. Dulu saya pernah merasakan hal yang mirip. Suami seringkali malah semakin sibuk saat menjelang hari-hari raya seperti Lebaran, Natal, Tahun Baru, dll. Padahal kami seringkali berjauhan. Namun, alhamdulillah saat ini hal ini tidak lagi saya rasakan. Kalau pengalaman saya sih, setelah saya telusuri ternyata masalahnya ada di saya, bukan di suami 😅 Saya yang dulu punya harapan-harapan yang terlalu tinggi untuk kenyataan yang saya miliki, hingga sulit mensyukuri apa yang saya miliki 😅 Alhamdulillah saya merasa lebih baik, damai, bahagia setelah : 1. Berusaha lebih memahami kondisi suami dan pekerjaannya. Memahami bahwa dia bekerja juga demi saya dan anak kami. 2. Menurunkan standar ekspektasi, belajar menerima, dan berdamai dengan kenyataan. 3. Belajar menikmati dan mensyukuri apa yang saya miliki saat ini. 4. Belajar lebih banyak melihat sisi baik suami, mengakui hal baik yang dia lakukan, meski keciiill. 5. Belajar memperbaiki kualitas diri dan komunikasi saya ke suami, tanpa mengharap dia melakukan timbal baik. 6. Belajar mengalahkan ego sendiri. 7. Belajar lebih mendengarkan suami dan menerima masukan. Hal ini butuh proses panjang dan bahkan menyakitkan untuk kami, tapi alhamdulillah Allah masih jaga pernikahan kami hingga kami bisa bertahan hingga saat ini genap 13 tahun pernikahan dan kami masih terus belajar tanpa henti. Biasakan bicara dengan suami. Komunikasikan dengan baik. Cari cara komunikasi yang lebih baik, efekti, dan pas untuk diterapkan ke suami. Hindari kesan menyudutkan, Semangat yah, Bun Semoga Bunda dapat solusi terbaik.

Baca lagi

Turunkan ekspetasi dan belajar menerima kenyataan Bun. Aku juga tadinya ber-ekpetasi akan mudik ke Jawa sama suami, tapi kenyataannya mudik lagi ke rumah mertua. Awalnya sedih banget, kecewa sama suami. Tapi selalu inget kata suami "kalau udah waktunya pasti di permudah".. Hampir 3 Minggu hawanya badmood, sama anak ketus sama suami apa lagi. Sensi parah karena keinginan gak tercapai. Tapi akhirnya sadar, kalau kaya gini terus jadinya capek sendiri, bikin emosi doang. Jadi gak bersyukur juga.. Aku inget ada temenku ya ibu dan ayahnya udah meninggal dari dia kecil, jadi aku lebih bersyukur aja ortuku masih ada, kalau gak bisa pulang setidaknya bisa vc, beda sama temenku yang paling bisa kirim doa aja tanpa bisa memandang wajah. Alhamdulillah dengan bersyukur jadi membuat lebih legowo.

Baca lagi

peluk dari jauh bunda, ada baiknyA keinginan kita diutarakan sama suami bund, nunggu suami ngerti sendiri gak bakal bund, sampai lebaran monyet juga. harus kita yg utarakan. dan kalau sya ya bund, gak mau ekspektasi apa" tentang sesuatu hal biarlha berjalan apa adanya, terkadang itu yg buat kecewa. dan satu lagi bund, bahagia kita tidak tergantung pada orng lain, bahagia kita yg ciptakan sendiri. jadi dr pada mom kepikiran terus mending jalan" dah nikmatin liburan atau bersama saudara.

Baca lagi
2y ago

hihihi I feel u bund, sepertinya cerita kita beda tipis bund. tinggal dirantau, gk ada saudara, cuma sama suami dan anak. sekrng saya sudah sampai di fase yang bodo amat, kalau udah kesel kembali inget " ya allah temen berjuang buat gedein anak" ya weislha terima terima saja wkwkkwwk soale kalau berantem rugi bund, gak ada saudara yg deket buat temen berbagi cerita, yg pasti dia lagi dia lagi, jadi dinikmatin sajalha.