Menjelaskan Mitos yang Berkembang di Masyarakat
Hai maaaak.. apakabar? Mungkin dari judul di atas sudah langsung tersirat dan mengenang lagi apa saja yang telah emak hadapi ketika mengasuh bayi baru lahir dan emak tergolong emak baru. Sementara di sisi lain emak melakukan proses lahiran di kampung yang notabene banyak sekali informasi cara pengasuhan anak yang sebenarnya tidak logis dan wajib dilakukan padahal tidak sedikit pula juga membahayakan di bayi. Saya termasuk emak baru yang melewati itu, dan harus setrong menghadapi omelan sana sini yang banyak menguras emosi, meski ujung2nya harus nangis bombay nguci kamar. Hehehe ??? Saya tinggal di Depok, dan saya harus lahiran di kampung di Pulau Madura sana. Tau sendiri kan kalo dah dikampung banyak aturan macem-macem baik itu untuk emaknya atau bayinya. Nah waktu saya ngelahirin baby Shafa (nama anak gadisku) 20 Maret lalu, sebenarnya sudah menyiapkan diri apasaja yang akan dihadapi berkenaan dengan cara pengasuhan. Sudah membayangkan pula harus beradu argumen dengan orang tua, keluarga terdekat, paman bibi, kakak perempuan semuanya deh pokoknya. Hari pertama melahirkan, memang ASI sudah keluar akan tetapi mungkin belum banyak. Saya pun tetap menyusukan ke baby Shafa, meski harus membutuhkan waktu lama untuk baby Shafa benar-benar puas menyusu. Seminggu pertama saya hitung sekali menyusu, baby Shafa membutuhkan 45menit- 60 menit untuk sekali menyusu. Malam hari kedua sampai hari keempat, baby shafa nangis saja mulai jam 22.00 sampai shubuh nangis, mungkin karena ASI belum banyak sementara tali pusat juga belum copot, dan emaknya hanya bisa khawatir gugup menghadapi anak nangis jerit, kemudian keluarga tiba2 menyarankan memberikan susu formula karena bayi ga puas nyusunya. Tekad untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi Shafa tinggi, saya pun harus siap dengan segala macem saran dari susu Formula sampai dengan diberikan makan pisang. Hmmmm... menghela nafas panjang kemudian harus jelaskan bahwa bayi selama 0-6bulan sebaiknya diberikan ASI saja. Karena lambung bayi belum siap untuk menerima makanan. Bla..bla.bla..bla........... macem sampek emosi juga akhirnya agak sedikit suara meninggi saya sampaikan:"silahkan aturan macem2 ke saya sebagai emaknya akan saya lakukan, tapi kalo berkenaan dg bayiku saya yang urus, sampean semua ga usah komentar". Meskipun akhirnya nyesel dg perkataan tersebut, tapi cukup ampuh tidak ada lagi komentar macem2 tentang cara pengasuhanku. Memang tidak mudah lho menjelaskan kepada keluarga tentang mitos mengasuh anak, sementara cara pengasuhan itu sudah dilakukan bertahun2 bahkan kita pun sendiri produk pengasuhan tersebut. Selanjutnya, katanya ibu menyusui itu tidak boleh makan makanan pedas. Dari awal karena saya penyuka makanan pedas, saya coba browsing boleh atau tidak dan apakah ada pengaruh atau tidak makanam pedas ke ASI. Ternyata memang tidak berhubungan secara langsung. Rasa pedas dengan rasa ASI kita. Ketika saya makan sambel, keluarga pada protes. Kemudian saya jelaskan sebagaimana dalam artikel yamg pernah saya baca. Beberapa hari kemudian, keluarga pun ikut membuktikan termyata memang meski hampir setiap hari saya makan sambel, tidak membuat baby Shafa mencret atau masalah perut lainnya. Sementara itu dulu ya maaak.. untuk lanjutannya masih ada. Masih mau pumping dulu nih.. Salam ngucur ya maak..