cerita melahirkan anak pertama: KPD- INDUKSI - PAZ MARYAM

Bismillaah. Alhamdulillaahilladzii bini'matihii tatimushoolihaat Hari itu Senin, 27 April 2020. Bidan sy tiba2 WhatsApp dan menanyakan keadaan saya pukul 10.40 tepat saat saya bangun tidur. Sebelumnya selama beberapa hari saya susah tidur dan baru bisa tidur di pagi harinya. Saya balas Bu bidan bahwa kandungan masih konpal2 kecil dan masih bisa ditahan. Masih tiduran dan mules2 sedikit. Jam 11 saya bangun dari kasur dan mau pipis. Sampai di kamar mandi, ada cairan yang keluar tanpa bisa ditahan selama 2 kali keluar. Dalam hati saya sudah berpikir, aduh ini cairan ketuban. Saya panggil ibu dan segera bertanya. Tapi ibu masih bingung karena udh 22 th lalu hamil anak terakhir. Alhasil langsung wa Bu bidan dan singkat kata, bener kata Bu bidan itu adalah ketuban pecah. Saya diminta secepatnya untuk ke tempat bidan. Pukul 13.30, saya ibu dan sepupu sampai di tempat Bu bidan. Cek dalam dan didapati saya baru bukaan 2. Bu bidan menyarankan agar setelah 1 jam ditunggu bila blm ada tambahan bukaan maka harus segera diinduksi. Khawatir air ketuban habis dan berbahaya bagi janin. Tentu, saya hanya bisa pasrah dan berdoa supaya diberikan yang terbaik oleh Allah. Masih bisa jalan, dan di bawa senam paz maryam, saya makan siang dan berharap bukaan sudah mencapai angka 4. Pukul 14.30. saatnya periksa dalam lagi untuk dicek penambahan bukaan. Qodarullooh, bukaan masih stay di angka 2. Artinya, sy harus menyiapkan mental untuk diinduksi. Pukul 15.00. selang infus dan induksi di pasang. Beberapa menit setelahnya, mulailah bereaksi obat induksi tersebut. Saya dan Bu bidan alhamdulillaah memang berencana melakukan persalinan dg teknik paz Maryam. Ini adalah teknik yg ada di Al Qur'an sebagaimana yg dialami oleh Maryam kala melahirkan nabi Isa 'alihissalaam. 1 jam kemudian, bukaan bertambah menjadi 4. Di titik ini, wajah yang tadinya masih bisa cengar-cengir udh berbeda 180 derajat. Kata Bu bidan, saat itu wajah saya sudah jauh berbeda dari saat bukaan 2. 1 jam kemudian suami sampai setelah ijin dari tempat kerja untuk menemani saya bersalin. Waktu itu saya sempat lelah dan memutuskan untuk berbaring dan pasrah saja menunggu bukaan demi bukaan. Tetapi bukaan bukaan yg bertambah, malah rasa sakit dan teriakan yg makin parah. Saat dicek pun, bukaan baru bertambah 1/2. Disitu saya down banget dan pengen nyerah buat Caesar aja. Sungguh udh ga sanggup rasanya saya pikir. Tapi Bu bidan dan orang2 disekitar menyemangati saya KL saya bisa, tinggal setengah jalan lagi. Sedikit lagi katanya. Rasa kantuk yg amat sangat dg gelombang kontraksi yg berjeda hanya beberapa detik seakan tidak memberi ruang untuk saya istirahat. Tetapi say putuskan untuk terus melakukan senam paz. Terus dan terus hingga 1 jam kemudian tepatnya saat Maghrib alhamdulillaah bukaan bertambah menjadi 8 dan disitu bidan sudah memberi saya untuk menentukan posisi mengejan ternyaman. Saya putuskan untuk posisi bersandar pada suami dalam posisi duduk di lantai. Diluar dugaan, ternyata mengejan itu bukanlah semudah yg dilihat di sinetron 2. Sungguh itu perjuangan yg teramat sangat. Meski sempat kepikiran, masa sih ini beneran bisa keluar dari lubang itu?? Proses mengejan ini berlangsung hingga 1 jam lamanya. Tepat pukul 19.00 saat adzan isya, dengan mengejan panjang, akhirnya, yang ditunggu2 keluar juga. Maa syaa Alloh. Alloohu Akbar. Saya berharap Allooh gantikan surga terbaik untuk saya. Alhamdulillaah, meskipun anak pertama, 4 jam lahir setelah induksi itu satu hal yg sangat sy syukuri.

1 Tanggapan

Terima kasih atas sharingnya bun 🙏

Pertanyaan populer