kehamilan pertama ku (usia3bulan)
Begitu tidak mudah untuk ku menjalankan nya, meskipun aku bersyukur setelah menikah aku langsung diberikan calon bayi mungil yg skrg ada dalam perutku. Aku menjalaninya tanpa bimbingan orang tua, tanpa hadirnya orang2 terdekat ku setiap hari, karena harus tinggal di lokasi yg berjauhan. Bukan karena jarak yg aku kecewakan terhadap keadaan ku, tapi sikap dari mereka...orang tua (mama kandung dn mama mertuaku) yang membuat ku selalu merasa sendiri. Entah pengaruh hormon atau memang sudah terlalu lama aku tidak diberikan kasih sayang seorang ibu. Aku anak korban broken home beruntung nya mempunyai ibu sambung yang sangat menyayangi ku, tetapi rasanya beda karena beliau tak jauh umurnya dariku. Tangan kasih lembut keibuan belum memang tak ada padanya. Tapi perhatian nya panjang tangan dari abah kandungku. Lalu...kemana suamiku? Dia ada, dia selalu ada... tapi aku merasa dia sangat jauh, karena sebelum terjadi pernikahan kami mengalami ujian besar yg membuktikan keburukan masing2...kami berusaha saling menerima, aku pikir dengan pernikahan nanti dia akan berubah, benar saja dia berubah, dia menjadi lebih kasar, sempat beberapa kali melakukan kekerasan fisik dn non fisik terhadap ku, bahkan di saat aku hamil muda. Bahkan ibunya mengucapkan kata kata yang tidak pernah orang tua ku ucapkan pada anaknya, "aku menyusui, membesarkan anakku, dn skrg begitu aja kamu bawa apa ga sedih" . Runtuh, usahaku untuk mencintai ibunya runtuh mungkin selamanya, bagaimana bisa kata2 yg harusnya lazim di ucapkan oleh orang tua perempuan di ucapkan oleh orang tua laki2. Memang selama ini aku sudah meyakini dari ilmu pengetahuan yang kupelajari, bahwa suamiku tipe orang yang selalu menunggu keputusan ibunya. Sebenarnya tipe laki2 seperti itu tidak cocok untuk dijadikan suami. Tapi karena posisiku sudah bertunangan dengannya. Apa mau dikata, aku sudah terlanjur malu pada keluarga. Akupun menyadari posisiku, aku yg bertahun2 memiliki kesenjangan terhadap ibu kandung ku, karena waktu kecil aku di pukuli, dimarahi, membuat ku masih belum memaafkan kejadian perceraian orang tua ku dlu. Sehingga mgkin aku bisa sembuh ketika menikah. Sungguh rumit memang, aku pun perlu istirahat beberapa tahun terakhir ini untuk memahami semuanya sehingga aku berhenti dari karir dn pendidikan s2ku. Sekarang aku fokus membenahi hatiku dn membesarkan anakku yang ada di dalam tubuh ini. Anak yang ku harapkan akan menjadi perubah rumahku, aku selalu ingin pulang tapi aku tidak tahu kemana aku pulang, karena aku belum menemukan rumah yang sesungguhnya.