Kisah Pernikahan: Antara Tradisi dan Modal

Bahagia. Ketika pasanganmu mengajak ke arah lebih serius. Hanya menikah tak sekedar berani, ada tradisi dan budget yang tak bisa dipungkiri. Pundi-pundi rupiah harus tetap diperhitungkan meskipun tak jadi pesta semarak. Aku dan suamiku bekerja di kantor yang sama, bahkan bersahabat. Ketika perjalanan luar kota, dia mengajak aku untuk menikah. Saat itu jawabannya enteng aja, "hayu besok.". Eh taunya dia emang serius bicara ke orangtuaku. Dari tabungan yang kita miliki, tercetuslah untuk mendiskusikan pernikahan kita. Dengan susah payah meyakinkan orangtua, mengurangi tradisi yang seringkali membuat budget membengkak dalam persiapan pernikahan. Awalnya orangtua tidak setuju, mengingat pasanganku masih ada keturunan jawa dan aku lahir dari keluarga sunda. Tradisi kami masih kental. Menyewa gedung kita sanggup tapi mungkin tak akan bisa mengundang banyak teman dan keluarga. Menggelar pesta sederhana di rumah, kita pertimbangkan tempat dan estetika. Akhirnya, dengan budget sederhana kita mampu mengundang teman, sahabat, kedua keluarga besar di sebuah villa. Dengan tetap mempertimbangkan estetika dan menjamu tamu dengan layak. Kita memilih mengurangi tradisi. Kita memaksimalkan budget yang ada, menekan dekorasi dan menghidangkan makanan yang unik namun bisa diterima oleh semua kalayangan. Untuk menambah kesan konsep 60'an tidak lupa kita undang musik keroncong terbaik sebagai hadiah kita kepada tamu undangan.

3 Tanggapan
 profile icon
Tulis tanggapan

hallo everyone