Bagaimana kabarmu, nak?

April 2019. Sore itu jadi pengalaman hidup yang tak akan pernah ku lupakan dan tentunya tak ingin pula aku ulang. Aku menanti jadwal periksa kandungan, 37 minggu usia kehamilanku. Di tengah menunggu dokter, seorang perawat memberitahu bahwa periksa sore itu akan dibatalkan karena dokter kandunganku harus melakukan operasi sesar. Namun karena aku mengatakan beliau yg menyuruhku untuk kontrol hari itu, akhirnya aku diperiksa. Bidan memeriksa detak jantung janinku menggunakan doppler. Sekali, dua kali, tiga kali coba tidak terdengar juga suara detaknya. Dalam hatiku aku berucap, "ngejak dolan bu bidan yo le". Bidan yang lain mulai berdatangan, membantu mencari bahkan juga berganti alat. Aku mulai panik, namun masih berusaha berpikir bahwa anakku mengajak bermain. Sampai seorang bidan senior mengatakan kepada yang lain, "kamu cegat dokter T sebelum masuk ruang operasi, sampaikan kondisi ini". Aku terdiam, berusaha tetap mengatur nafas dan berbaring menghadap kiri sembari menanti dokter kandunganku datang. Ketika beliau datang, memeriksaku menggunakan USG, diagnosis itu muncul juga, keluar dari ucapannya, "mbak, detak jantung janin tidak ketemu, jenengan langsung rawat inap ya, kita induksi hari ini juga". Aku menangis saat itu. Tekanan darahku menurun drastis, perawat berdatangan memasang selang oksigen untukku. Di tengah dokter kandunganku menjelaskan prosedur yang akan aku lakukan, ibuku yang saat itu menemaniku bertanya "nanti gimana makamnya ya". Oh Tuhan! Tangisku makin pecah! Anakku masih di rahimku! Bagaimana bisa langsung berpikir mengenai pemakaman?! Saat itu suster biarawati yang mendampingiku di beberapa minggu terakhir, meminta ibuku untuk keluar ruangan dahulu. Ya, aku sedang dalam dampingan susteran. Dan sebenarnya aku meminta pada suster untuk menemaniku, hanya beliau, bukan ibuku. Sore itu juga aku dibawa pindah ke ruang perawatan. Suster yang mendampingiku pamit pulang, beliau memintaku untuk memiliki waktu bersama ibuku. Aku lelah, aku sudah tak peduli. Setelah makan malam, aku meminum obat, sembari dijelaskan oleh perawat. Proses induksiku dimulai. Dokter dan perawat menjelaskan bahwa mungkin proses induksiku akan berlangsung lebih lama dari kebanyakan orang, karena tidak ada dorongan dari janinku. Namun jalan Tuhan berbeda, jam 11 malam aku mulai merasakan kontraksi, ketubanku pecah. Ibuku sempat pamit pergi. Aku tak peduli. Ibuku kembali saat aku merasakan kontraksi yang semakin intens. Beliau mengelus perut dan punggungku. Aku tak peduli. Bukan ketenangan yang aku dapatkan, namun jengkel rasanya. Inginku sendiri saja menikmati sisa waktu bersama anakku. Waktu semakin berjalan, menjelang subuh bidan yang bertugas menghampiriku, mengajakku berjalan berpindah ke ruang bersalin. Beliau mempersiapkan peralatan dan aku diijinkan mengejan. 03.55 WIB. Aku melahirkan anakku dengan kesunyian. Tak ada tangisan. Tak ada teriakan. Tak ada senyuman. Aku terdiam memandang tubuh anakku tergeletak lemas di bawah kakiku. Bidan menjahit perineumku sembari memberitahu kondisi anakku. Ibuku mengatakan "kecil banget, mama ga sanggup liatnya, ini sebelah sini kayak bla bla bla bla bla". Sakit rasanya. Ingin marah, ingin menangis, ingin teriak. Namun aku hanya terdiam. Setelah bidan selesai menjahit perineumku, anakku dibersihkan, dipakaikan baju dan diselimuti dengan bedong yang ku bawa. Bidan bertanya kepadaku, "mau liat adek?" Dengan wajah datar aku mengangguk. Aku peluk anakku. Aku pandangi wajahnya. Aku ciumi pipi gembilnya. Aku usap air di ujung matanya, sambil aku katakan "jangan menangis nak, maafkan ibuk yang belum bisa memelukmu selalu seperti dongeng anak dan induk ayam yang selalu ibuk ceritakan". Air mataku menggenang, namun tak dapat mengalir. Pagi menjelang, para bidan dan perawat yang bertugas pagi berdatangan, termasuk ibu bidan senior. Mereka mendoakanku dan anakku dalam doa pagi bersama suster biarawati. Aku bertanya kepada ibu bidan senior, ada apa, kenapa bisa terjadi padaku dan anakku. Beliau berusaha menjelaskan dari sisi medis, dan kemudian di akhiri dengan "Tuhan yang punya kuasa mbak". Aku masih diam, tak paham. Aku memandangi anakku yang ditidurkan di sampingku. Berdua saja. Sampai seorang biarawati yang belum pernah kukenal sebelumnya datang mendekatiku, beliau memegang tanganku, tersenyum dan bertanya, "bagaimana kabarmu, nak?" Berkecamuk! Namun aku bingung menjawab pertanyaan itu. Aku hanya tersenyum tipis sambil terus memandanginya. Aku kuatkan, aku kumpulkan energi dan ku jawab "ga tau suster". Beliau tersenyum lagi, lalu mengatakan "kalau kamu ingin menangis, menangislah. kalau kamu ingin marah, marahlah. Kita ini manusia nak, bahkan para suster dan romo pun manusia, kita bukan malaikat, marah lah pada Tuhan karena kita tak paham dengan rencana-Nya". Seketika itu tangisku pecah, sesenggukan tak berhenti mengatakan ketidakmampuanku menerima ini semua. Kalimatku berantakan, aku tak mampu mengungkapkan dengan jelas. Dengan sabarnya beliau mendengarkanku, beliau memahamiku, beliau menenangkanku. Sesederhana tatapan wajah dan senyum yang menghangatkan, sesederhana pegangan tangan yang menguatkan, dan sesederhana pertanyaan "bagaimana kabarmu" dari seorang yang tak kukenal, akhirnya meruntuhkan dindingku. Aku pecah, aku merasa hancur. Namun aku bersyukur, aku mampu lagi merasakan berbagai macam emosi dalam diriku. Aku bisa menangis lagi, setelah aku tak merasakan apapun dalam beberapa jam terakhir. Terimakasih suster, terimakasih banyak. Engkau menemaniku, mendengarkanku dan mendoakan anakku. Semoga aku selalu ingat untuk bertanya "bagaimana kabarmu?" kepada orang2 yang ku temui. Semoga aku masih diijinkan untuk menjadi pendengar sepertimu. Dan semoga anak pertamaku tersenyum melihat dari surga. Anakku, anak lanangku, Aloysius Yogatama Geger Priyambodo, ibuk, ayah dan dek Gladys menyayangimu. #KesehatanMentalTAP

Bagaimana kabarmu, nak?
146 Tanggapan
 profile icon
Tulis tanggapan

sama seperti yg kualami bund ... anak ku juga cowo.. Bb 3,1 normal, pnjang 49, selama kehamilan tidak ada kendala apa2, seht trus, saat kandungan 37 week, niatnya mau priksa Usg, tpi saat itu pula dikatakan dokter bahwa janin sudah tidka ada. rasanya pgen marah, knp trjadi pada diriku, tpi alhmdulillah ...bnyak yg memberikan support tmasuk suami. bahwa ini sudh ditakdirkan, kita manusia hnya berusaha dan berdoa, Tuhan telah mmpersiapkan yg terindah untuk kita, rencana Tuhan jauh lebih baik dari apa yg kita pikirkan.. 3 bulan berlalu, Alhamdulillah sekrng saya dikasih kepercayaan kembali oleh Tuhan. untuk mengandung anak yg kedua .. semoga sehat trus. sampai lahiran nnti . bunda yg kuat ya, yg sabar ya... harus ttep yakin, bahwa Tuhan telah mmpersiapkan sesuatu jauh lebih indah untuk kita..

Baca lagi

sabar ya bun, beruntung banget dapet suster yg baik menenangkan bunda, saya dulu juga pernah, tapi anak saya saat lahir masih hidup tapi dalam kondisi yg kritis, 8 hari setelah dilahirkan dan dirawat di nicu meninggal dunia, dapet bidan waktu udah kontraksi baru nyampe RS malah ditanya, ini beneran udah kontraksi, kok perutnya kecil amat, ya Allah ya kali saya bohong, malah saya kontraksi udah berhari2, sakit hati saya dengernya, malah nanya2 ke saya kenapa perutnya kecil ?, ada riwayat pemeriksaan apa, padahal saya udah bilang meriksain kandungan ke dokter yg di RS itu juga, jadi jejak rekam medisnya masih ada, saya ga bisa jelasin lah, dokter yg bisa jelasin, liat kek berkas rekam medis nya, bidannya ketus2 semua ๐Ÿ˜” bukannya nenangin

Baca lagi
4y ago

saya kena infeksi TORCH rupanya bun, toksonya positif, kena pas lagi hamil, setelah 3 tahun akhirnya dibolehin hamil lagi bun, skrg usia kandungan udah 10 minggu, doain sehat2 ya ๐Ÿ˜Š

jadi inget di kehamilan ke 2 ku Bun, di saat hamil kembar.tiap bulan periksa,bayinya sehat.entah kenapa pas usia kehamilan 35 Minggu,sudah pembukaan ke dua,tapi berujung SC.aku di bius total.dan pas sadar aku gak di kasih tau bayi ku sudah meninggal dua-duanya. ya aku fikir setelah tidur panjang (di bius total) masalah nya kelar,aku dan bayi kembar ku selamat.tapi ternyata,ketika aku mau pulang,baru lah suami bilang,bayi kembar kami tidak bisa diselamatkan.berasa mimpi,berasa gak pernah hamil.. kaya linglung gitu.dan aku di diagnosa rupture uteri Bun. tapi, Alhamdulillah dengan jarak 11 bulan aku Sekarang lgi hamil lagi usia kehamilan 13 Minggu. semoga bunda pun segera di kasih baby lagi ya Bun..

Baca lagi

๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ tuhannn cerita bunda ini mengingatkan ku dengan kedua malaikat kembar kecil ku yg telah kembali ke sisi mu ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ rindu dan rasa yg lain bercampur jadi satu๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ yg sabar yah bunda tuhan punya rencana indah sama seperti yg ia lakukan kepada ku ia mengganti sedih ku dengan putri kecil yang telah ia karuniai kembali kepada ku ๐Ÿ˜‡ tetap semangat bunda ๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ˜Š

Baca lagi

dari kemarin lewat d beranda tapi ga berani baca karena udah yakin ini ceritanya sedih. trus tengah malem kebangun akhirnya menguatkam diri baca postingan ini dan.... belum sampai selesai saya udah meneteskan air mata, akhirnya ga saya lanjutkan sampai selesai. semoga bunda selalu diberikan kekuatan dan ketabahan ya bun. Tuhan sayang dengan bunda dan anak bunda.

Baca lagi

semangat yaa bund. saya juga oernah di posisi bunda. tpi kakak bayi sempet hidup 20hari. usia kandungan 31 minggu. sangat kecil 1500gr. 20 hari yang penuh harapan, tapi Tuhan berkehendak lain dan akan memberi kami surprize di kemudian hari. 1 thn berlalu setelah kepergian kakak bayi, si adek lahir dan skrg sdh berusia 10bulan. masyaAllah. Alhamdulillah

Baca lagi

Dari cerita bunda sama persis sma yg q pernh rasakan. pas d usia kandungannya juga sma. n keadaannya juga sama. sudah tdk berdetak jantungnya saat dlm kandungan usia 37 Minggu. hanya bedanya aku melahirkan dengan cara Cesar. krna ketubannya sudah tdk ada. dan anakku pun laki-laki dan juga ank pertama. yg kuat ya bunda...

Baca lagi

ikhlas, sabar, yg kuat ya bunda.. semua ny sudah tuhan atur.. baca cerita bunda saya jd ingat kejadian percis seperti bunda...di usia kehamilan 27week, tanpa ada tanda apa2 tanpa tanda sakit, tau2 ny sudh tak ada detak jantung... saya doakan moga bunda cepat dikaruniai baby.. tetap semangat bunda..

VIP Member

Memang tak selalu orang terdekat kita bahkan orangtua kita sendiri bisa memahami keadaan kita, malah sialnya terkadang yg menjatuhkan mental kita. Yg kuat ya bunda, gabisa bayangin sedihnya diposisi bunda. Semoga segera diberikan ganti kebahagiaan yg lain ya bund๐Ÿ˜‡

4y ago

Hehe iya bun, tp kadang org luar ga paham hal itu, yg mereka tau harusnya kita punya hubungan baik sama orgtua. Sy hanya bisa diam kalo ada yg berpendapat begitu, mereka berhak komentar, sy jg berhak diam, ga harus menjelaskan, ga harus membuat mereka paham kondisi dan perasaan ku :) Puji Tuhan skrg adeknya udah lahir selamat, usia 4 bulan :)

sabar ya bun , saya ikut terharu bacanya , pasti dy akan jadi penolong orang tuanya diakhirat nanti. n allah ganti kan lagi buat bunda seorang anak , kmu kuat bun , kamu wanita hebat , tuhan memberikanmu kesabaran yg tiada batasnya , semangat ya bun, peluk jauh dari saya๐Ÿค—๐Ÿค—

Post reply image