Amina Khumaira profile icon
PlatinumPlatinum

Amina Khumaira, Indonesia

Kontributor

About Amina Khumaira

A Mother of 1 Child

My Orders
Posts(7)
Replies(256)
Articles(0)

Tentang IRT (full time mom)

Tadi saya sempat baca salah satu postingan seorang bunda yg menyarankan “perempuan yg belum menikah atau sudah menikah itu harus bekerja atau punya penghasilan sendiri”. Beliau memberi saran seperti ini karena banyaknya bunda yg curhat tentang kemelut rumah tangganya; suami selingkuh, suami pelit, pejudi, pemabuk, KDRT, uang dikuasai mertua, dan lain sebagainya. Tentu saran tersebut mendapat pro dan kontra dari bunda yg lainnya. Saya sendiri adalah full time mom, suami tidak mengizinkan bekerja di luar dan saya pun tidak punya keinginan sama sekali untuk berkarir di luar rumah. Selain karena dalam ajaran agama saya menuntut perempuan untuk tetap berada di rumahnya, adalah karena saya ratu di rumah, saya adalah jantung kehidupan, saya adalah madrasah pertama anak-anak saya. Tidak dapat dibayangkan bagaimana jadinya kalau saya adalah wanita karir. Harus menitipkan baby yg setiap saat saya peluk, saya cium, saya didik, dan saya perlakukan dg sangat baik, kepada orang lain. Meninggalkan baby dengan bapaknya untuk waktu yg cukup lama aja saya sudah was-was. Memang setelah membaca curhatan para bunda disini membuat kita nelangsa, tapi tak perlu sampai was-was karena was-was yg berlebihan itu datangnya dari syaithon. Percayakan semuanya sama Allah. Dan yg paling penting adalah “untuk yg belum menikah, pilihlah laki-laki yg baik agama dan akhlaknya. Salah satu cara ibu menyayangi anak-anaknya adalah dimulai dengan mencari calon ayah yg baik” Saya lihat dari kebanyakan curhatan tentang kemelut rumah tangga itu adalah pernikahan yg dipaksakan. Contohnya: 1. Dari awal udah ragu karena yg laki-laki kasar dan susah mengendalikan emosi, tapi karena cinta dan yakin si laki akan berubah maka tetap menikah. Akhirnya setelah menikah KDRT. 2. Menikah tanpa restu orang tua, baik dari pihak perempuan atau laki2 3. Menikah karena hamil duluan, tapi laki2 seolah2 tidak ingin bertanggung jawab atau terpaksa bertanggung jawab. 4. Menikah dg laki2 yg saat pacaran pernah selingkuh atau genit. Setelah menikah selingkuh. 5. Menikah dg laki pengangguran, padahal sebelum nikah udah tau dia malas dan tidak bekerja. 6. Menikah dengan laki-laki yg masih ngetek sama ibunya. 7. Menikah dg laki2 yg tidak punya pendirian. 8. Tinggal dengan mertua 9. Menikah dg preman, pemabuk, penjudi dll 10. Apa lagi ya, tolong deh bun dilanjutkan aja haha Intinya bukan tentang kita IRT atau wanita karir, tapi laki-laki seperti apa yg kita pilih untuk menjadi ayah dari anak-anak kita. Tapi tentunya sebelum menginginkan laki-laki yg baik, kita dulu yg memperbaiki diri. Karena laki-laki yg baik hanya untuk perempuan yg baik, begitu juga sebaliknya. Untuk yg sudah menikah dan menjadi full time mom, jangan berkecil hati. Kita adalah super woman, tetap berdayakan diri dan asah skill semampunya. Dan untuk wanita yg berkarir di luar rumah, itu pilihannya dan kita tidak pantas menyalahkan mereka karena kita tidak berada di posisi mereka. Mungkin itu karena tuntutan kehidupan, prinsip hidupnya, dan alasan lainnya yg tidak kita ketahui dan pahami. CMIIW Salam damai 💋

Read more
 profile icon
Write a reply

Just Sharing

Bersyukur banget punya keluarga (mama, nenek) yang super duper baik, pengertian dan selalu support. Yang tidak pernah memaksakan cara pengasuhan mereka dulu, tidak pernah membandingkan cara pengasuhan mereka dengan cara pengasuhan saya, dan setiap ngobrol atau nanya tentang bayi saya, selalu aja yang mereka ucapkan kalimat-kalimat positif yang gak bikin saya down atau insecure atau jadi berpikiran negatif. Sebagai new mom, tentu saya belum punya pengalaman mengurus bayi, pasti pernah melakukan kesalahan. Akan tetapi, cara mereka memberi tahu bukan dengan cara intimidasi, menjudge saya dengan kata-kata buruk dll, mereka memberi solusi yang membuat saya merasa saya tidak sedang dijatuhkan. Meskipun new mom, bukan berarti saya “buta” akan semuanya tentang dunia pengasuhan bayi. Sekarang zaman sudah canggih, ada buku, ada google, youtube, instagram, aplikasi, dll yang bisa saya manfaatkan untuk memperluas ilmu parenting saya. Ibu mana pun di dunia ini “PASTI INGIN YANG TERBAIK UNTUK ANAKNYA dan PASTI BERJUANG MEWUJUDKAN KEINGINANNYA ITU.” Dan ibu mana pun pasti tidak ingin bayinya atau cara pengasuhannya dikomentari, dibanding-bandingkan, dan berbagai macam baby shaming dan mom shaming lainnya. Jadi “STOP” untuk berkomentar tidak baik kepada ibu dan bayi yang lain. Jika kamu belum memiliki anak, maka kamu memang tidak akan paham, tapi bila kamu adalah seorang ibu, coba bayangkan jika komentar-komentar buruk itu terjadi padamu. Catatan: Komentar yang saya maksud adalah kritik pedas yang sebenarnya tidak diperlukan. Beda cerita kalau kritikannya untuk kebaikan ibu dan bayi, lalu dikasih saran yang masuk akal dengan penyampaian yang baik pula. Example: Si ibu makein gurita atau bedak tabur utk newbornnya, padahal sudah tidak disarankan oleh dokter. Lalu dikasih tau. (Kritik positif) Kamu lagi jenguk bayi temanmu usia dua bulan, trus ngomong “Ih kok hitam banget sih, Ih kok hidungnya gitu, ih kok kecil banget sih, anakku 2 bulan udah segede gentong loh, anak budeku 2 bulan udah segede gaban, dll. (Kritik negatif) Thank You :*

Read more
 profile icon
Write a reply
VIP Member
 profile icon
Write a reply