Ternyata benar “Yakinlah, ada yang menantimu setelah banyak kesabaran (yang kau jalani), yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit” _Ali bin Abi Thalib Pasti pernah kan, merasa kecewa sama seseorang sampai tidak mampu berharap lagi. Dan move on kata yang paling sering terucap dan di dengar dari orang-orang sekeliling kita. Padahal yang kita butuhkan hanya ingin waktu, waktu untuk menyembuhkan rasa kecewa dan sakit. Menyibukan diri dengan kegiatan positif dan bertemu dengan orang-orang baru agar tersadar setiap orang memiliki warna yang berbeda dan masih banyak manusia baik-baik di luar sana yang berhati mulia. Pagi itu seperti biasa, saya yang seorang pelayanan masyarakat datang ke kantor yang masih gelap. Menyalakan lampu, membereskan meja lalu duduk di meja Front Office sambil menunggu pemohon datang. Ternyata di ruangan itu ada teman saya bersama seorang lagi yang tidak saya kenal. Tak saya hiraukan karena kedatangan orang baru merupakan rutinitas harian saya. Tiba-tiba teman saya menanyakan kesiapan saya menikah. “Pengen sih, tapi sama siapa ? Toh jodohny belum ada” Jawab saya sambil bercanda. Pertanyaan seperti ini sudah biasa di dengar. Basa basi biasanya, yang terlalu dianggap biasa tetapi tak jarang mengusik pikiran dan hari berhari-hari. Dia mau memperkenalkan sahabatnya waktu kuliah. Saya hanya menjawab seadanya. Terlalu sering bertemu orang baru dalam pekerjaan. Membuat saya juga terbiasa diperkenalkan. Tapi malam itu, selang seminggu dari pertanyaan yang sudah diajukan, teman saya menelpon. Minta izin nomor saya diberikan ke sahabatnya. Padahal dikantor ketemu, belum lama sampai rumah dia memastikan niat saya untuk menikah dan status saya yang masih sendiri. Minimal seharusnya punya pacar, hal lumrah yang dilakukan di usia saya. Dari semangatnya memperkenalkan, saya bertanya apa alasan dia ? Apa kelebihan sahabatnya sampai dia begitu rajinnya menanyakan hal pribadi saya, karena teman sekantor saya ini tergolong orang yang pendiam. Sudah menikah dan memiliki 1 anak. Biasa menjaga jarak sama perempuan. Sayapun hanya sekedarnya berbicara hanya untuk keperluan kantor. Hal yang membuat saya mengiyakan adalah jawabannya “Kalau saya punya anak perempuan, saya pengen anak saya punya suami seperti sahabat saya” sayapun terpana dan mengiakan. Malam itu juga saya mendapat pesan whatsapp isinya tentang dia yang memperkenalkan diri, sudah siap menikah dan memiliki niat baik untuk menikahi saya. Tanpa basa basi, benar-benar chat pertama. Syok, ia. Lalu siapa dia ? yang kenal saja belum sudah yakin mau menemui orangtua saya dan menikahi saya. Minggu depannya kami bertemu Minggu selanjutnya dia datang kerumah Minggu setelah itu bertemu dengan ibuku Minggu kemudian bertemu ayahku Minggu yang tak pernah absen Minggu depannya lagi bertemu ayah ibu ku Minggu selanjutnya lagi meminta jawaban Minggu setelah itu lagi membawa keluarganya kerumah Minggu kemudiannya aku di lamar Dan tak menyangka tanggal pernikahan kami ditetapkan telah ditetapkan, 2 bulan kemudian. Secepat itu, sesingkat itu. Jika Allah meridhoi semuanya terasa mudah & lancar. Alhamdulillah... Dan ternyata, pacaran setelah menikah lebih indah. Setiap perjalanan percintaan seseorang berbeda-beda. Surprise, deg degan dan merasa bersyukur diberikan jalan menuju pernikahan yang indah dan diridhoi Allah. #MyLoveStoryTab
Read moreMy Orders